tirto.id - Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah mengatakan turunnya peringkat utang anak usaha Duniatex dari BB- menjadi CCC- dikhawatirkan berdampak pada utang perusahaan lainnya.
Walaupun penilaian lembaga Standard and Poor (S&P) ditujukkan secara individu perusahaan, Piter mengatakan tak menutup kemungkinan bila pandangan ini melekat pada investor ketika akan melirik Indonesia.
“Kalau swasta ada gagal bayar dia dapat penilaian buruk dengan rating. Bond-nya jadi junk bond. Itu bisa berpengaruh terhadap nama baik dari perusahaan Indonesia (lainnya) dan bond-bond yang dikeluarkan Indonesia secara keseluruhan,” ucap Piter saat dihubungi reporter Tirto pada Rabu (24/7/2019).
Pemeringkatan S&P memiliki pemaknaan berbeda-beda pada tiap levelnya. Peringkat BB- menandakan bahwa perusahaan dalam kondisi mampu memenuhi kewajibannya dengan cukup memuaskan. Namun, jika peringkatnya CCC- maka perusahaan dianggap tengah goyah dan bergantung pada kondisi ekonomi yang menguntungkan.
Menurut Piter, apa yang menimpa Duniatex ini dapat dimaknai juga adanya peningkatan utang swasta yang akhir-akhir ini cukup tinggi. Bahkan melampaui utang pemerintah.
Ia menjelaskan seiring dengan peningkatan utang itu, maka perlu diwaspadai risiko yang menyertainya juga ikut meningkat. Dalam hal ini, Piter merujuk pada fenomena gagal bayar seperti yang dialami oleh salah satu anak usaha Duniatex.
“Nah fenomena ini menunjukan risiko itu. Risiko terjadinya gagal bayar di swasta yang dikhawatirkan bisa merambat,” ucap Piter.
Sebelumnya, lembaga pemeringkat S&P merilis laporannya yang menyoroti performa anak usaha Duniatex. Menurut S&P persoalan gagal bayar yang dialami perusahaan tekstil itu merupakan imbas dari perang dagang AS-Cina yang memukul pasar tekstil Indonesia.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Nur Hidayah Perwitasari