tirto.id - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan pemerintah perlu mengantisipasi kesulitan likuiditas yang dialami oleh Duniatex Group.
Menurut Enny, apa yang dialami Duniatex bisa jadi adalah cerminan keadaan industri tekstil Indonesia yang saat ini daya saingnya sedang menurun.
Penanganan ini, menurut Enny, menjadi penting karena dikhawatirkan ada pabrik tekstil lain yang turut mengalami hal yang sama. Sebab dalam situasi perang dagang AS-Cina ini, industri tekstil Indonesia, menurutnya, agak sulit bersaing usai banyak relokasi pabrik di sektor ini telah pindah dari Cina ke Vietnam sehingga peluang pasar semakin ketat.
"Secara competitiveness, [industri tekstil] kita agak kalah bersaing. Apa yang dialami Duniatex berpotensi dialami oleh pabrik tesktil yang lain,” ucap Enny kepada reporter Tirto saat ditemui di Hotel Le Meridien pada Rabu (24/7/2019).
"Duniatex ini refleksi penurunan daya saing kita di internasional," tambah Enny.
Enny mengatakan saat ini persoalan keuangan perusahaan memang baru dialami oleh Duniatex saja. Namun, tidak menutup kemungkinan, katanya, akan ada perusahaan tekstil lain yang mengalami nasib serupa sehingga menyerupai efek domino. Ia memastikan bila perusahaan cukup tahan guncangan, maka dipastikan ia akan aman.
“Kalau sektor tekstil hanya Duniatex saja ya gak [sistemik]. Takutnya ada efek domino. Ada potensi kena tapi kalau daya tahannya kuat ya gak kena seperti penyakit aja,” ucap Enny.
Soal masalah internal perusahaan, Enny yakin Duniatex sejauh ini cukup baik dalam manajemen. Ia mengatakan persoalan gagal bayar obligasi yang diberitakan sejumlah media lebih berkaitan pada situasi makro industri tekstil Indonesia.
“Kalau mis-management gak ya. Makro industri tekstil kita memang menurun aja competitiveness-nya,” ucap Enny.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri