OJK mencatat nilai utang industri pengolahan mencapai Rp900 triliun dengan kinerja kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) membengkak dari 2,5 persen ke 4,12 persen.
Grup Duniatex mengalami gagal bayar senilai Rp3,6 triliun dalam pembayaran kupon global bond disebabkan oleh ketidakcocokan (mismatch) pengelolaan likuditas.
Produksi manufaktur besar dan sedang untuk pakaian jadi mencatatkan kenaikan yang signifikan sebesar 29 persen. Sementara itu, produksi tekstil hanya sekitar 9 persen.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira menilai potensi gagal bayar ini memang perlu diwaspadai. Apalagi rasio kemampuan bayar pada quartal 1 2019 naik ke angka 27,9 persen.
Peringkat BB- menandakan bahwa perusahaan dalam kondisi mampu memenuhi kewajibannya dengan cukup memuaskan. Namun, jika peringkatnya CCC- maka perusahaan dianggap tengah goyah dan bergantung pada kondisi ekonomi yang menguntungkan.
Menurut Ekonom Indef Enny, sebelum perang dagang sebenarnya industri tekstil sudah memiliki tanda-tanda akan menurun. Namun, persoalan itu kata Enny tak direspons dengan baik oleh pemerintah.
Direktur Riset CORE Piter Abdullah menilai jarang terjadi jika obligasi tidak dapat dibayar dalam waktu 3-4 bulan pertama. Paling tidak, 1-2 tahun pertama perusahaan seharusnya masih sanggup.
Konglomerasi di industri pertekstilan, Duniatex, mendadak ramai diperbincangkan gara-gara anak usahanya dikabarkan gagal bayar utang hingga jutaan dolar. Seperti apa gurita bisnis mereka?