tirto.id - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan pemerintah terlambat merespons penurunan daya saing industri tekstil Indonesia.
Enny mengatakan akibat dari kesalahan ini, ia tak heran bila Duniatex saat ini bisa sampai mengalami kesulitan keuangan.
Menurut Enny, sebelum perang dagang sebenarnya industri tekstil sudah memiliki tanda-tanda akan menurun. Namun, persoalan itu kata Enny tak direspons dengan baik oleh pemerintah.
“Telat respons memberi insentif dan fasilitas ke sektor tekstil. Padahal competitiveness-nya sudah menurun,” ucap Enny kepada reporter Tirto saat ditemui di Hotel Le Meridien pada Rabu (24/7/2019).
Enny mencontohkan pemerintah pernah menjanjikan adanya diskon atau pengurangan tarif jika operasi dilakukan di malam hari. Namun, ternyata bantuan itu bersyarat dengan mengharuskan perusahaan menambah kapasitas.
Menurut Enny, hal ini tentu tidak masuk akal. Sebab untuk menambah kapasitas, perusahaan akan merogoh saku lebih dalam sehingga logisnya mereka justru harus didukung dulu dengan insentif untuk dapat mencapai penambahan kapasitas yang diinginkan pemerintah.
“Padahal kan butuh stimulus dulu. Telat respons akhirnya memberi insentif dan fasilitas ke sektor tekstil kita padahal competitiveness Indonesia sudah menurun,” ucap Enny.
Corporate Secretary Bank Mandiri, Rohan Hafas pun juga mengatakan Bank pelat merah itu melihat pola yang sama. Mulai tahun 2015, penyaluran kredit Bank Mandiri pada salah satu perusahaan tekstil pun sudah dikurangi menyusul prediksi industri tekstil yang agak kurang cerah ke depannya.
“Jadi industri tekstil sudah cukup senja di Indonesia. Ada masalah tenaga kerja lalu Vietnam,” ucap Rohan saat dihubungi pada Rabu (24/7/2019).
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Nur Hidayah Perwitasari