Menuju konten utama

Kampanye Jokowi pada Pilpres 2019: Malu-malu di Ruang Tertutup

Selama kampanye terbuka Pilpres 2019, Jokowi mendatangi 6 daerah di Jawa Barat, provinsi yang memenangkan Prabowo pada Pilpres 2014.

Kampanye Jokowi pada Pilpres 2019: Malu-malu di Ruang Tertutup
Jokowi memberikan orasi di kampanye terakhirnya bertajuk “Konser Putih Bersatu” dan dihadiri para pendukungnya yang memenuhi Stadion GBK, Senayan Jakarta pada Sabtu (13/4/19). tirto.id/Hafitz Maulana

tirto.id - "Saya kalau melihat semangat dan militansi yang diperlihatkan pagi hari ini, saya meyakini, insyaallah di Bogor kita akan menang pada 17 April 2019."

Begitu kata Joko Widodo saat berpidato di Sirkuit Sentul pada Jumat, 12 April lalu, satu hari sebelum masa kampanye ditutup. Dalam pidato itu, Jokowi juga menyampaikan ia kalah di Bogor saat Pemilihan Presiden 2014. Namun, ia yakin situasi berubah pada Pilpres 2019.

"Saya meyakini 2019, kita akan dapat minimal 50 persen. Artinya, kalau dapat 55 persen, alhamdulillah; 60 persen, boleh; 70 persen, boleh," kata Jokowi.

Bogor merupakan wilayah terakhir di Jawa Barat yang disambangi Jokowi pada masa kampanye terbuka. Sepanjang 23 Maret 2019, hari pertama masa kampanye terbuka, hingga 13 April 2019, Jokowi menggelar kampanye di enam kabupaten/kota di Jawa Barat. Daerah Jawa Barat pertama yang dikunjungi Jokowi pada masa kampanye akbar adalah Kabupaten Cirebon.

Di Kabupaten Cirebon, kampanye Jokowi dihelat di Pelabuhan Perikanan Gebangmekar, 5 April. Saat berpidato, Jokowi menginginkan menang di daerah itu dengan perolehan suara minimal 75 persen.

"Di catatan saya, di Kabupaten Cirebon tahun 2014, kita mendapatkan 61 persen. Tahun 2019, kita ingin di Cirebon di atas 75 persen. Siapa yang setuju, tunjuk jari?" ujar Jokowi kepada pendukungnya.

Meski di kedua kampanye itu Jokowi sama-sama berkemeja putih, berpidato, dan memasang target perolehan suara, ada perbedaan pengaturan ruang di dua kampanye itu.

Kampanye Jokowi di Cirebon berlangsung di ruang terbuka. Sedangkan di Bogor, kampanye Jokowi digelar di gedung pertemuan.

Pola seperti itu, menurut data yang dihimpun Tirto, ditemui juga dalam kampanye Jokowi di Jawa Barat. Perolehan suara Jokowi di daerah itu terkait dengan jenis ruang kampanye terbuka Jokowi.

Pertaruhan Jumlah Massa

Yang membuat kampanye terbuka menarik adalah soal jumlah massa pendukung dan daerah yang didatangi Jokowi. Namun, pengukuran jumlah peserta yang hadir di setiap kampanye selama ini sulit dilakukan. Angka yang muncul biasanya datang dari tim kampanye masing-masing kandidat.

Angka itu secara politis menggambarkan kemampuan tim kampanye dan kandidat dalam memobilisasi massa. Jumlah massa ini kemudian dibingkai seolah pendukung kandidat di hari pencoblosan nanti. Semakin banyak massa yang hadir, semakin gampang pula tim kampanye dan kandidat mengklaim mereka lebih unggul daripada lawannya.

Dokumentasi berupa foto dan video, apalagi di era media sosial, berperan penting untuk menggambarkan jumlah massa yang hadir di kampanye.

Dokumentasi itu membuat orang setidaknya membandingkan jumlah massa yang hadir dengan ruang kampanye digelar. Ruang terbuka, seperti lapangan atau stadion, membuat massa terlihat sedikit. Sedangkan di ruang tertutup, massa berjejal lebih mampat sehingga terlihat lebih banyak.

Tim kampanye dan kandidat juga dapat menggunakan dokumentasi ini untuk memperkuat klaim mereka. Tetapi, tim lawan juga dapat menggunakan dokumentasi serupa untuk menyerang balik. Menggelar kampanye di ruang terbuka berarti mesti menanggung risiko dicibir bila peserta yang hadir terlihat sedikit.

Pada awal Desember 2018, jumlah peserta Reuni 212, acara yang dihadiri Prabowo Subianto, di kawasan Monumen Nasional menjadi perdebatan. Panitia acara mengklaim 8 juta orang hadir di acara tersebut. Namun, perhitungan Tirto menunjukkan jumlah pesertanya tidak sebanyak itu.

Di pekan terakhir masa kampanye rapat umum, baik Jokowi maupun Prabowo menggelar kampanye di Stadion Gelora Bung Karno.

Prabowo mengatakan jumlah peserta yang hadir sebanyak 1 juta orang. Diadakan setelahnya, Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf mengklaim jumlah peserta kampanye Jokowi-Ma'ruf di GBK lebih banyak dari yang datang ke kampanye Prabowo di tempat yang sama.

Keduanya juga sama-sama ingin menunjukkan betapa kolosalnya massa yang hadir di kampanye masing-masing menggunakan dokumentasi video yang diambil drone.

Pola Kampanye Jokowi di Jawa Barat

Jokowi mengadakan enam kali kampanye terbuka di enam kabupaten/kota berbeda di Jawa Barat. Tiga di antaranya digelar di ruang terbuka. Selain di Cirebon, juga di Kabupaten Indramayu dan Karawang.

Di Indramayu, kampanye Jokowi dilaksanakan di Sport Center Indramayu. Sedangkan di Karawang, kampanye itu dilancarkan di Stadion Singaperbangsa.

Dari semua daerah ini, pada Pilpres 2014, Jokowi-Jusuf Kalla kalah hanya di Karawang. Di Kabupaten Cirebon, Jokowi-JK unggul dengan selisih 22,28 persen suara dibandingkan Prabowo-Hatta Rajasa. Sedangkan di Indramayu, Jokowi-JK unggul dengan selisih 18,62 persen.

Sementara itu, tiga kampanye Jokowi lainnya di Jawa Barat berlangsung dengan cara sebaliknya, masing-masing di Sukabumi, Depok, dan Bogor.

Kampanye Jokowi di Sukabumi berlangsung di Gedung Bazul Asyhab. Di Kota Depok, kampanye itu diadakan di Hotel Bumi Wiyata.

Pada Pilpres 2014, Jokowi-JK kalah di daerah-daerah itu. Sebagaimana di Bogor, Jokowi-JK juga kalah dengan selisih 35,73 persen suara ketimbang Prabowo-Hatta di Kabupaten Sukabumi; serta kalah dengan selisih 38,71 persen suara di Kota Sukabumi. Di Kota Depok, Jokowi-JK meraup 43,17 persen suara.

Gempuran Jokowi di Jawa Barat

Pada Pilpres 2014, Jokowi-JK keok di Jawa Barat. Perolehan suara Prabowo-Hatta hampir satu setengah kali lipat dari pasangan Jokowi-JK di provinsi tersebut.

Menurut sigi Tirto, sepanjang masa kampanye (23 September 2018 - 13 April 2019), Jokowi berkegiatan di 88 kabupaten/kota berbeda. Kegiatan ini mencakup kunjungan ke daerah, aktivitas non-kepresidenan (olahraga, misalnya), menerima tamu, menghadiri undangan acara sebagai presiden, menghadiri acara resmi KPU sebagai kandidat presiden, dan kampanye terbuka (23 Maret - 13 April).

Tim riset Tirto menghimpun informasi ini melalui penelusuran pemberitaan media. Kami mungkin tidak mencatat beberapa aktivitas Jokowi sebab tidak diberitakan media.

Kota atau kabupaten yang paling banyak jadi tempat kegiatan Jokowi adalah Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Kota Bogor. Jakarta Pusat dan Kota Bogor adalah lokasi Istana Negara, yang sering jadi tempat Jokowi menerima kunjungan, baik tamu negara maupun kelompok profesi tertentu. Sedangkan sebagian besar lokasi Debat Pilpres 2019 atau acara resmi KPU diadakan di Jakarta Selatan.

Selain tiga daerah itu, kabupaten/kota yang paling rajin jadi tempat kegiatan Jokowi ialah Kabupaten Bogor (7 kegiatan), Jakarta Timur (6 kegiatan), dan Kabupaten Garut (6 kegiatan).

Meski demikian, itu hanya tiga dari 37 kabupaten/kota yang belum berhasil dikuasainya pada Pilpres 2014, dan kemudian jadi tempat dia berkegiatan dalam masa kampanye.

Di 15 dari 37 kabupaten/kota itu, Jokowi-JK kalah telak alias suaranya terpaut lebih dari 15 persen dari Prabowo-Hatta. Sedangkan di 12 kabupaten/kota lain, Jokowi-JK kalah tipis, terpaut kurang dari 10 persen dari suara Prabowo-Hatta.

Data itu menunjukkan ternyata Jokowi lebih banyak berkegiatan di daerah yang berhasil dia kuasai di Pilpres 2014 (51 kabupaten/kota).

Namun, di 12 dari 45 daerah itu, Jokowi-JK menang tipis, hanya unggul kurang dari 10 persen ketimbang Prabowo-Hatta.

=======

Tim riset Tirto: Yuti Ariyani, Desi Purnamasari, Scholastika Gerintya Saraswati, Frendy Kurniawan, Irma Garnesia, dan Hanif Gusman menghimpun data kampanye Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga. Wan Ulfa Nur Zuhra terlibat dalam visualisasi data kampanye kedua kandidat.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Husein Abdulsalam

tirto.id - Politik
Penulis: Husein Abdulsalam
Editor: Fahri Salam