tirto.id - The Magnificent Seven (1960) yang disutradarai John Sturges menggambarkan kehidupan di Amerika masa Old West. Mata penonton kerap dimanjakan dengan keindahan alam liar khas benua Amerika bagian barat yang sebagian besar belum terjamah pendatang.
Aktor-aktor yang membintangi film ini antara lain Eli Wallach, Steve McQueen, dan Charles Bronson. Film ini terinspirasi dari film Jepang garapan sutradara Akira Kurosawa yang berjudul Seven Samurai.
The Magnificent Seven bercerita tentang tujuh orang koboi yang sepakat untuk melindungi sebuah desa kecil dari sekelompok penjahat yang kerap mengganggu ketenteraman.
Tokoh Chris yang diperankan oleh Yul Brynner mengajak Vin (Steve McQueen) untuk merekrut orang ketiga dalam kelompok itu. Mereka mengunjungi sebuah rumah tempat Bernardo O’Reilly biasa bekerja memotong kayu bakar dan meminta upah berupa makanan. Tokoh inilah yang diperankan oleh Charles Bronson.
Di taman belakang rumah itu, O’Reilly mengenakan celana jins ketat khas pekerja kasar AS. Ia sepakat bergabung dengan upah 20 Dollar.
The Magnificent Seven menjadi salah satu film ikonik dalam sejarah AS. Bukan hanya para aktor, bahkan Elmer Bernstein, komponis yang bertanggung jawab menggarap musik temanya, menjadi tenar setelah film ini dirilis.
Musik karyanya untuk film itu kemudian dipakai oleh perusahaan rokok Marlboro untuk berbagai produksi advertensi di televisi. Hal itu berhasil mendongkrak popularitas Marlboro dengan strategi iklan yang banyak menampilkan video kehidupan American West.
Hingga kini, musik yang identik dan tagline “Come to where the flavor is, come to Marlboro country” begitu ikonik menampilkan pencitraan kegagahan ala koboi di dunia Barat.
Karakter O’Reilly rupanya melekat dalam kehidupan Charles Bronson. Beberapa tawaran peran yang ia mainkan di film lain kerap menonjolkan perawakan yang tangguh.
Sebenarnya, sejak awal Bronson tidak sengaja mengambil peran-peran jagoan dalam film. Sebagai anak ke-11 dari 15 bersaudara yang lahir dari keluarga berdarah Lithuania, ia tak pernah benar-benar menempuh pendidikan seni peran. Di masa mudanya Bronson bahkan sempat bekerja di pertambangan batu bara, jauh dari gemerlap dunia film Hollywood.
Ketika Amerika Serikat dilanda depresi besar di era 1930-an, keluarga Bronson benar-benar melarat. Ayahnya meninggal ketika ia berusia 10 tahun. Ditinggal ayahnya di usia sekecil itu membuatnya tidak pernah benar-benar mengenal ayah kandungnya. Dalam sebuah wawancara ia mengaku tidak yakin bagaimana perasaannya terhadap sang ayah.
Setelah melewati masa-masa sulit, Bronson memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya di tambang batu bara. Ia mendaftar di Angkatan Udara AS dan ikut terjun di Perang Dunia II. Tapi karier militernya tak berlangsung lama.
Segera setelah perang berakhir, ia kembali ke Pennsylvania. Bronson bekerja serabutan untuk menyambung hidup. Ia menemukan hobi baru ketika melihat sebuah kelompok teater. Tak lama kemudian, ia pun memutuskan bergabung dengan harapan suatu hari akan mendapatkan kesempatan tampil di panggung teater.
Gagal Jadi Superman
Tahun 1950, Charles Bronson memutuskan pindah ke Hollywood. Ia mengejar kesempatan bermain dalam drama panggung ataupun peran kecil di produksi film. Satu tahun kemudian, cita-cita itu menjadi kenyataan. Ia mendapat peran kecil sebagai pelaut dalam film You’re in the Navy Now (1951).
Di waktu yang hampir bersamaan, Bronson yang kala itu masih menggunakan nama Charles Buchinsky, berkenalan dengan sutradara John Sturges. Perkenalan mereka itu menjadi awal kerja sama yang apik di film The Magnificent Seven. Dari peran di film itu, Bronson mendapatkan honor 50 ribu dolar.
Namun, hal yang lebih penting dari honor adalah terbukanya kesempatan untuk mengambil peran di berbagai produksi film berikutnya. Pada 1962, misalnya, Bronson sempat terlibat sebagai aktor pendukung untuk film Kid Galahad yang diperankan oleh Elvis Presley.
Dari sekian banyak film yang dibintangi Bronson di sepanjang kariernya, film Death Wish yang diproduksi pada 1974 menjadi film Bronson yang paling terkenal. Padahal, ketika memerankan Paul Kersey, seorang arsitek di New York dalam film itu, usia Bronson sudah 52 tahun.
Karena film itu begitu sukses, Bronson dipercaya untuk kembali memainkan peran yang sama dalam empat sekuel yang diproduksi di rentang periode dua dekade berikutnya.
Paul Talbot dalam bukunya Bronson’s Loose: The Making of the Death Wish Film (2006) menceritakan kegembiraan penonton dalam peninjauan internal oleh tim produksi film itu.
“Reaksi mereka yang menonton mengatakan segalanya. Reaksi itu sungguh luar biasa. Saya sangat bangga telah ikut memproduksi Death Wish,” kata Bobby Roberts, salah satu dari tiga orang yang menjadi produser film tersebut.
Empat tahun setelah Death Wish pertama dirilis, ia mengikuti audisi untuk peran Superman dalam film adaptasi Superman versi tahun 1978. Sayang, ia tak lolos.
Produser Ilya Salkind kala itu menilai Bronson kurang pas untuk menjadi Superman. Salkind memilih Christopher Reeve untuk memerankan karakter pahlawan super milik DC itu.
Sekitar sebelas film dibintangi Bronson pada dekade 1980-an. Konsistensinya baru menurun ketika masalah kesehatan mulai menggerogoti. Pada 1990-an, hanya tujuh film yang sanggup ia mainkan.
Kondisi kesehatannya semakin menurun sejak menjalani operasi pinggul. Setelah operasi itu, ia tak pernah ambil peran apa pun dalam dunia film sampai meninggal pada 30 Agustus 2003 dalam usia 81 tahun.
Penulis: Tyson Tirta
Editor: Irfan Teguh Pribadi