Menuju konten utama

Isi Lengkap & Poin-Poin Penting Pidato Prabowo di PBB

Poin-poin penting pidato Prabowo Subianto berjudul “Seruan Indonesia untuk Harapan" pada sesi Debat Umum Sidang Majelis Umum PBB ke-80, Selasa, (23/9/2025).

Isi Lengkap & Poin-Poin Penting Pidato Prabowo di PBB
Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato dalam Sidang Majelis Umum ke-80 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, Selasa (23/9/2025). Presiden Prabowo menyampaikan pidato selama 19 menit bertemakan Seruan Indonesia untuk Harapan dengan menekankan solidaritas, keadilan global, hingga solusi dua negara bagi Palestina dan Israel. ANTARA FOTO/Fathur Rochman/app/wpa.

tirto.id - Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato perdana dalam Sidang Majelis Umum ke-80 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat (AS), pada Selasa, 23 September 2025. Simak isi lengkap dan poin-poin penting pidato Prabowo Subianto di Sidang Majelis Umum PBB.

Prabowo Subianto menyampaikan pidato berjudul “Seruan Indonesia untuk Harapan" pada sesi Debat Umum selama lebih dari 19 menit dengan menggunakan bahasa Inggris.

Sebelum menyampaikan pidato di sesi Debat Umum Sidang Majelis Umum PBB ke-80, Presiden Prabowo turut hadir dalam Konferensi Internasional Tingkat Tinggi untuk Penyelesaian Damai atas Masalah Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara. Acara ini berlangsung Senin (22/9) sebagai bagian dari rangkaian Sidang Majelis Umum PBB ke-80.

Poin-Poin Penting Pidato Prabowo di Sidang Majelis Umum PBB ke-80

Presiden Prabowo menempati urutan berbicara ketiga, setelah Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva dan Presiden AS Donald Trump. Salah satu poin pidato Prabowo ialah mengecam genosida militer Israel di Gaza yang mengakibatkan puluhan ribu warga Palestina meninggal dunia.

Berikut poin-poin penting pidato Prabowo di Sidang Majelis Umum PBB ke-80:

1. Berdiri Di antara Pemimpin Dunia

Prabowo menyampaikan sebuah kehormatan besar dapat berdiri di antara para pemimpin dunia. Di tengah perbedaan yang ada, para pemimpin bertemu sebagai sesama manusia yang dikaruniai hak untuk hidup, kebebasan, dan mengejar kebahagiaan.

“Sungguh suatu kehormatan besar bagi saya untuk berdiri di General Assembly Hall yang agung ini, di antara para pemimpin yang mewakili hampir seluruh umat manusia. Kita berbeda ras, agama, dan kebangsaan, namun kita berkumpul bersama sebagai satu keluarga ,” ujar Presiden Prabowo, Rabu (23/9).

2. Dominasi Era Kolonialisme di Indonesia

Di tengah kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan, dunia katanya menghadapi berbagai tantangan dan ketidakpastian, seperti rasa takut, rasisme, kebencian, penindasan, dan apartheid.

“Selama berabad-abad, bangsa Indonesia hidup di bawah dominasi kolonial, penindasan, dan perbudakan. Kami diperlakukan lebih rendah daripada anjing di tanah air kami sendiri. Kami, bangsa Indonesia, tahu apa artinya diabaikan keadilan dan apa artinya hidup dalam apartheid, hidup dalam kemiskinan, dan diabaikan kesempatan yang setara,” ucap Prabowo dalam sesi Debat Umum Sidang Majelis Umum PBB ke-80, mengutip Antaranews, Selasa (23/9).

3. Peran PBB untuk Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Prabowo menyampaikan peran krusial PBB beserta organisasi di bawahnya dalam memberi legitimasi internasional mendukung kemerdekaan Indonesia dan masa-masa awal pasca kemerdekaan.

Organisasi tersebut di antaranya Dana Anak-Anak PBB (UNICEF), Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan lainnya.

“Dan karena itu, Indonesia saat ini berada di ambang kemakmuran bersama dan kesetaraan serta martabat yang lebih besar,” lanjut Prabowo.

4. Refleksi Tujuan Pembentukan PBB dan Dukungan

PBB beserta negara anggotanya dianggap perlu memperkuat dan berjuang mencapai harapan dan cita-cita. Prabowo menegaskan pentingnya solidaritas global.

Menurutnya, dunia pasca Perang Dunia II hanya bisa bertahan berkat kerja sama internasional dan institusi multilateral.

“PBB lahir dari abu Perang Dunia Kedua yang merenggut jutaan nyawa. PBB dibentuk untuk menjamin perdamaian, keamanan, keadilan, dan kebebasan bagi semua,” ujar Prabowo.

“Tanpa Perserikatan Bangsa-Bangsa, kita tidak akan aman. Tidak ada negara yang dapat merasa aman. Kita membutuhkan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Indonesia akan terus mendukung Perserikatan Bangsa-Bangsa,” lanjutnya.

5. Dukungan terhadap Palestina

Prabowo menyampaikan situasi warga Gaza yang menghadapi trauma, kelaparan, banyaknya anak dan perempuan yang meninggal akibat perang.

“Dan hari ini, kita tidak boleh diam sementara rakyat Palestina dirampas keadilan dan legitimasi yang sama di Aula ini,” ucap Prabowo.

6. Indonesia Siap Kerahkan 20.000 Pasukan Perdamaian Dunia

“Jika dan ketika Dewan Keamanan dan Majelis Agung ini memutuskan, Indonesia siap mengerahkan 20.000 atau bahkan lebih putra-putri kami untuk mengamankan perdamaian di Gaza atau di tempat lain, di Ukraina, di Sudan, di Libya, di mana pun perdamaian perlu ditegakkan, perdamaian perlu dijaga, kami siap,” ujar Prabowo.

Prabowo juga menyatakan bersedia berkontribusi secara finansial untuk mendukung misi besar Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mencapai perdamaian.

7. Reformasi Tata Kelola Global

“Kita harus memperjuangkan tatanan multilateral di mana perdamaian, kemakmuran, dan kemajuan bukanlah hak istimewa segelintir orang, melainkan hak semua orang,” ucap Prabowo.

Prabowo menekankan pentingnya keadilan yang pantas bagi sebuah negara. Ia juga mendesak pemanfaatan sains untuk memuliakan negara, bukan untuk menghancurkan negara lain.

“Kita semua berharap para pemimpin dunia akan menunjukkan kenegarawanan yang agung, kebijaksanaan yang agung, pengendalian diri, dan kerendahan hati, mengatasi kebencian, mengatasi kecurigaan,” lanjut Prabowo.

8. Pamerkan Swasembada Beras & Prediksi Lumbung Pangan Dunia

Pada kesempatan itu, Prabowo menyampaikan produksi beras dan cadangan gabah tertinggi dalam sejarah Indonesia.

“Kita sekarang swasembada beras dan telah mengekspor beras ke negara-negara lain yang membutuhkan, termasuk menyediakan beras untuk Palestina,” tegasnya.

Prabowo juga memprediksi dalam beberapa tahun ke depan Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia. Hal ini telah diawali dengan membangun rantai pasok pangan yang tangguh, memperkuat produktivitas petani, dan berinvestasi dalam pertanian cerdas iklim.

9. Perubahan Iklim dan Tembok Laut Raksasa

Prabowo menjelaskan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan telah merasakan dampak nyata adanya perubahan iklim, khususmya kenaikan permukaan air laut.

“Permukaan air laut di pesisir utara ibu kota kami naik 5 sentimeter setiap tahun. Bisakah Anda bayangkan dalam sepuluh tahun? Dalam dua puluh tahun?” ucap Prabowo.

Guna menanggulangi permasalahan tersebut, Prabowo menyampaikan Indonesia membangun tembok laut raksasa, sepanjang 480 kilometer.

Sebagai bentuk komitmen terhadap Perjanjian Paris 2015, Prabowo juga menargetkan emisi nol bersih pada tahun 2060 di Indonesia.

Target tersebut dimulai dengan mereboisasi lebih dari 12 juta hektar lahan terdegradasi, mengurangi degradasi hutan, dan memberdayakan masyarakat lokal dengan lapangan kerja hijau yang berkualitas untuk masa depan.

10. Solusi Dua Negara: Palestina & Israel

“Kita harus memiliki Palestina yang merdeka, tetapi kita juga harus mengakui dan menjamin keselamatan dan keamanan Israel. Hanya dengan demikianlah kita dapat mencapai perdamaian sejati: perdamaian tanpa kebencian, perdamaian tanpa kecurigaan,”ucap Prabowo dalam penutup pidatonya, Rabu (23/9).

Melansir laman resmi Presiden RI, Prabowo juga hadir dalam Konferensi Internasional Tingkat Tinggi untuk Penyelesaian Damai atas Masalah Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara.

Acara ini berlangsung sehari sebelum sesi Debat Umum, yaitu pada Senin, 22 September 2025. Prabowo juga menegaskan komitmen Indonesia terhadap solusi dua negara sebagai jalan menuju perdamaian antara Palestina dan Israel.

Konferensi ini dipimpin oleh Prancis dan Arab Saudi dengan tujuan meneguhkan komitmen global terhadap solusi dua negara, sekaligus menggalang dukungan nyata bagi implementasinya.

Pada forum ini, Indonesia menjadi salah satu anggota core group yang mengawal proses perdamaian tersebut. Presiden Prabowo mendapat kesempatan berbicara pada urutan ke-5 dari total 33 negara dan organisasi internasional yang diundang.

Isi Lengkap Pidato Presiden Prabowo di PBB

Berikut adalah isi lengkap pidato Presiden Prabowo di PBB sebagaimana mengutip laman Antaranews, Rabu, 24 September 2025:

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Shalom, Salve, Om swastiastu,

Salam kebajikan, Rahayu, rahayu.

Yang Mulia, Bapak Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Yang Mulia, Ibu Annalena Baerbock, Presiden Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Yang Mulia, Bapak Morses Abelian, Wakil Sekretaris Jenderal untuk Sidang Umum dan Manajemen. Yang Mulia, Para Kepala Negara, Para Kepala Pemerintahan, Para Delegasi yang terhormat, Hadirin sekalian,

Merupakan suatu kehormatan besar untuk berdiri di Aula Sidang Umum yang agung ini, di antara para pemimpin yang mewakili hampir seluruh umat manusia. Kita berbeda ras, agama, dan kebangsaan, namun kita berkumpul sebagai satu keluarga manusia.

Kita di sini pertama dan terutama sebagai sesama manusia — masing-masing diciptakan setara, dianugerahi hak yang tak terelakkan untuk hidup, kebebasan, dan mengejar kebahagiaan.

Kata-kata dalam Deklarasi Kemerdekaan AS telah menginspirasi gerakan-gerakan demokrasi di berbagai benua — termasuk Revolusi Prancis, Revolusi Rusia, Revolusi Meksiko, Revolusi Tiongkok, dan perjuangan serta perjalanan Indonesia menuju kemerdekaan.

Deklarasi ini juga melahirkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang diadopsi oleh PBB pada tahun 1948. "Semua manusia diciptakan setara" adalah kredo yang membuka jalan menuju kemakmuran dan martabat global yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, di era kejayaan ilmu pengetahuan dan teknologi kita sendiri — era yang mampu mengakhiri kelaparan, kemiskinan, dan kerusakan lingkungan — kita juga terus menghadapi bahaya, tantangan, dan ketidakpastian yang serius saat ini.

Kebodohan manusia, yang dipicu oleh rasa takut, rasisme, kebencian, penindasan, dan apartheid, mengancam masa depan kita bersama. Negara saya merasakan kepedihan ini. Selama berabad-abad, bangsa Indonesia hidup di bawah dominasi kolonial, penindasan, dan perbudakan. Kami diperlakukan lebih rendah daripada anjing di tanah air kami sendiri. Kami, bangsa Indonesia, tahu apa artinya diabaikan keadilan dan apa artinya hidup dalam apartheid, hidup dalam kemiskinan, dan diabaikan kesempatan yang setara.

Kami juga tahu apa yang dapat dilakukan oleh solidaritas. Dalam perjuangan kami untuk kemerdekaan, dalam perjuangan kami untuk mengatasi kelaparan, penyakit, dan kemiskinan, Perserikatan Bangsa-Bangsa berdiri bersama Indonesia dan memberi kami bantuan penting.

Keputusan yang dibuat di sini berdasarkan solidaritas kemanusiaan — oleh Dewan Keamanan dan Majelis ini — memberi Indonesia legitimasi internasional, membuka pintu, dan mendukung perkembangan awal kami melalui Dana Anak-Anak PBB (UNICEF), Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan banyak lagi lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa lainnya.

Dan karena itu, Indonesia saat ini berada di ambang kemakmuran bersama dan kesetaraan serta martabat yang lebih besar.

Ibu Presiden, Yang Mulia,

Dunia kita digerakkan oleh konflik, ketidakadilan, dan ketidakpastian yang semakin dalam. Setiap hari kita menyaksikan penderitaan, genosida, dan pengabaian terang-terangan terhadap hukum internasional dan kepatutan manusia.

Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, kita tidak boleh menyerah, seperti yang dikatakan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, "kita tidak boleh menyerah". Kita tidak boleh menyerahkan harapan atau cita-cita kita. Kita harus semakin dekat, bukan semakin menjauh. Bersama-sama kita harus berjuang untuk mencapai harapan dan impian kita.

PBB lahir dari abu Perang Dunia Kedua yang merenggut jutaan nyawa. PBB dibentuk untuk menjamin perdamaian, keamanan, keadilan, dan kebebasan bagi semua. Kami tetap berkomitmen pada internasionalisme, multilateralisme, dan pada setiap upaya yang memperkuat lembaga besar ini.

Saat ini, Indonesia semakin dekat dari sebelumnya untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dalam mengakhiri kemiskinan dan kelaparan ekstrem — karena bertahun-tahun yang lalu, majelis ini memilih untuk mendengarkan dan menegakkan keadilan sosial dan ekonomi. Kita tidak akan pernah lupa. Dan hari ini, kita tidak boleh diam sementara rakyat Palestina dirampas keadilan dan legitimasi yang sama di Aula ini.

Yang Mulia, Thucydides memperingatkan: "Yang kuat melakukan apa yang mereka bisa, yang lemah menanggung apa yang harus mereka tanggung." Kita harus menolak doktrin ini. PBB hadir untuk menolak doktrin ini. Kita harus membela semua, baik yang kuat maupun yang lemah. Yang benar tidak bisa menjadi benar. Yang benar harus menjadi benar.

Indonesia saat ini merupakan salah satu penyumbang terbesar Pasukan Penjaga Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kami percaya pada Perserikatan Bangsa-Bangsa, kami akan terus mengabdi di mana perdamaian membutuhkan penjaga — bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan pasukan di lapangan.

Jika dan ketika Dewan Keamanan dan Majelis Agung ini memutuskan, Indonesia siap mengerahkan 20.000 atau bahkan lebih putra-putri kami untuk mengamankan perdamaian di Gaza atau di tempat lain, di Ukraina, di Sudan, di Libya, di mana pun perdamaian perlu ditegakkan, perdamaian perlu dijaga, kami siap.

Kami akan memikul beban ini, tidak hanya dengan putra-putri kami. Kami juga bersedia berkontribusi secara finansial untuk mendukung misi besar Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mencapai perdamaian.

Ibu Presiden, Yang Mulia,

Saya menyampaikan kepada majelis ini sebuah pesan harapan dan optimisme — yang didasarkan pada tindakan dan pelaksanaan. Hari ini kita mendengarkan pidato Ibu Presiden, Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Benar apa yang beliau katakan. Tanpa Organisasi Penerbangan Sipil Internasional, akankah kita berada di sini hari ini? Akankah kita duduk di aula yang megah ini? Tanpa Perserikatan Bangsa-Bangsa, kita tidak akan aman. Tidak ada negara yang dapat merasa aman. Kita membutuhkan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Indonesia akan terus mendukung Perserikatan Bangsa-Bangsa. Meskipun kita masih berjuang, kita tahu dunia membutuhkan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang kuat.

Populasi dunia terus bertambah. Planet kita sedang berada di bawah tekanan. Ketidakamanan pangan, energi, dan air menghantui banyak negara. Kita memilih untuk menjawab tantangan ini secara langsung di dalam negeri dan membantu di luar negeri kapan pun kita bisa.

Tahun ini, kita mencatat produksi beras dan cadangan gabah tertinggi dalam sejarah kita. Kita sekarang swasembada beras dan telah mengekspor beras ke negara-negara lain yang membutuhkan, termasuk menyediakan beras untuk Palestina. Kami membangun rantai pasok pangan yang tangguh, memperkuat produktivitas petani, dan berinvestasi dalam pertanian cerdas iklim untuk memastikan ketahanan pangan bagi anak-anak kami dan anak-anak di seluruh dunia.

Kami yakin, dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, kami bersaksi di hadapan Anda bahwa kami telah merasakan dampak langsung dari perubahan iklim, khususnya ancaman kenaikan permukaan air laut.

Permukaan air laut di pesisir utara ibu kota kami naik 5 sentimeter setiap tahun. Bisakah Anda bayangkan dalam sepuluh tahun? Dalam dua puluh tahun? Untuk ini, kami terpaksa membangun tembok laut raksasa, sepanjang 480 kilometer. Mungkin butuh waktu 20 tahun, tetapi kami tidak punya pilihan. Kami harus mulai sekarang. Oleh karena itu, kami memilih untuk menghadapi perubahan iklim — bukan dengan slogan, tetapi dengan langkah-langkah segera.

Kami berkomitmen untuk memenuhi kewajiban Perjanjian Paris 2015. Kami menargetkan emisi nol bersih pada tahun 2060 dan kami yakin dapat mencapai emisi nol bersih jauh lebih awal. Kami bertujuan untuk mereboisasi lebih dari 12 juta hektar lahan terdegradasi, mengurangi degradasi hutan, dan memberdayakan masyarakat lokal dengan lapangan kerja hijau yang berkualitas untuk masa depan.

Indonesia sedang beralih secara signifikan dari pembangunan berbasis bahan bakar fosil menuju pembangunan berbasis energi terbarukan. Mulai tahun depan, sebagian besar kapasitas pembangkit listrik tambahan kami akan berasal dari energi terbarukan.

Tujuan kami jelas: Mengentaskan seluruh warga negara kami dari kemiskinan dan menjadikan Indonesia pusat solusi ketahanan pangan, energi, dan air.

Ibu Presiden, Yang Mulia,

Kita hidup di masa ketika kebencian dan kekerasan terdengar seperti suara yang paling keras. Namun, di balik kebisingan ini terdapat kebenaran yang lebih tenang: bahwa setiap orang ingin merasa aman, dihormati, dicintai, dan mewariskan dunia yang lebih baik kepada anak-anak mereka. Anak-anak kita sedang memperhatikan. Mereka belajar kepemimpinan bukan dari buku teks, tetapi dari pilihan kita.

Saat ini, situasi bencana di Gaza masih terbentang di depan mata kita. Saat ini, orang-orang tak berdosa sedang menangis minta tolong, menangis untuk diselamatkan. Siapa yang akan menyelamatkan mereka? Siapa yang akan menyelamatkan orang-orang tak berdosa? Siapa yang akan menyelamatkan para lansia dan perempuan? Jutaan orang menghadapi bahaya saat ini juga, sementara kita duduk di sini, mereka menghadapi trauma, dan kerusakan yang tak tergantikan pada tubuh mereka, mereka sekarat karena kelaparan. Bisakah kita tetap diam? Akankah jeritan mereka tak terjawab? Akankah kita mengajari mereka bahwa umat manusia mampu bangkit menghadapi tantangan ini?

Ibu Presiden, kita harus bertindak sekarang. Banyak pembicara telah mengatakan hal itu. Kita harus memperjuangkan tatanan multilateral di mana perdamaian, kemakmuran, dan kemajuan bukanlah hak istimewa segelintir orang, melainkan hak semua orang.

Dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang kuat, kita dapat membangun dunia di mana kaum lemah tidak menderita apa yang seharusnya mereka derita, tetapi menjalani keadilan yang pantas mereka dapatkan. Mari kita lanjutkan perjalanan cita-cita agung umat manusia — aspirasi tanpa pamrih yang menciptakan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Mari kita gunakan sains untuk mengangkat, bukan menggunakan sains untuk menghancurkan. Biarkan bangsa-bangsa yang sedang bangkit membantu bangsa lain untuk mengangkat diri mereka sendiri.

Saya yakin bahwa para pemimpin peradaban dunia yang agung: Peradaban Barat, Timur, Utara, Selatan. Para pemimpin Amerika, Eropa, India, Tiongkok, dunia Islam, seluruh dunia. Saya yakin mereka akan bangkit untuk peran yang dituntut oleh sejarah.

Kita semua berharap para pemimpin dunia akan menunjukkan kenegarawanan yang agung, kebijaksanaan yang agung, pengendalian diri, dan kerendahan hati, mengatasi kebencian, mengatasi kecurigaan.

Ibu Presiden, para Delegasi yang terhormat,

Kami sangat berbesar hati dengan peristiwa beberapa hari terakhir, di mana negara-negara terkemuka dunia telah memilih untuk berpihak pada sejarah—jalan moral yang luhur, jalan kebenaran, jalan keadilan, kemanusiaan, dan menjauhi kebencian, mengatasi kecurigaan, serta menghindari penggunaan kekerasan. Penggunaan kekerasan akan melahirkan kekerasan. Tidak ada satu negara pun yang dapat menindas seluruh komunitas umat manusia.

Kita mungkin lemah secara individu, tetapi rasa penindasan, rasa ketidakadilan, yang telah terbukti dalam sejarah umat manusia, akan bersatu dengan kekuatan dahsyat yang akan mengatasi penindasan ini, ketidakadilan ini.

Sebagai penutup, saya ingin menegaskan kembali dukungan penuh Indonesia terhadap Solusi Dua Negara di Palestina. Kita harus memiliki Palestina yang merdeka, tetapi kita juga harus mengakui dan menjamin keselamatan dan keamanan Israel. Hanya dengan demikianlah kita dapat mencapai perdamaian sejati: perdamaian tanpa kebencian, perdamaian tanpa kecurigaan.

Satu-satunya solusi adalah solusi dua negara ini. Dua keturunan Abraham harus hidup dalam rekonsiliasi, kedamaian, dan harmoni. Arab, Yahudi, Muslim, Kristen, Hindu, Buddha, semua agama. Kita harus hidup sebagai satu keluarga manusia. Indonesia berkomitmen untuk menjadi bagian dalam mewujudkan visi ini. Apakah ini mimpi? Mungkin. Namun inilah mimpi indah yang harus kita wujudkan bersama.

Mari kita lanjutkan perjalanan harapan umat manusia, sebuah perjalanan yang dimulai oleh para leluhur kita, sebuah perjalanan yang harus kita selesaikan. Terima kasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Shalom, Om shanti shanti shanti om.

Namo Budaya.

Terima kasih banyak.

Baca juga artikel terkait PIDATO PRABOWO atau tulisan lainnya dari Sarah Rahma Agustin

tirto.id - Edusains
Kontributor: Sarah Rahma Agustin
Penulis: Sarah Rahma Agustin
Editor: Beni Jo