Menuju konten utama

Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Tertinggi Sejak 2021

Inflasi utama didorong oleh komponen inti yang naik 0,39 persen dan memberi andil 0,25 persen terhadap total inflasi.

Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Tertinggi Sejak 2021
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (02/12/2025). tirto.id/Nabila Ramadhanty Putri Darmadi.

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Oktober 2025 sebesar 0,28 persen secara bulanan (month to month/mtm). Kenaikan ini membuat indeks harga konsumen (IHK) meningkat dari 108,74 pada September menjadi 109,04 pada Oktober 2025.

Secara tahunan (year on year/yoy), inflasi tercatat 2,86 persen, sementara secara tahun kalender (year to date/ytd) mencapai 2,10 persen.

“Tingkat inflasi pada Oktober 2025 merupakan inflasi tertinggi dibandingkan tingkat inflasi Oktober 2021 hingga 2024,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers Senin (4/11/2025).

Ia menjelaskan, kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar berasal dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, yang mencatat inflasi sebesar 3,05 persen dan memberikan andil inflasi 0,21 persen. “Komoditas yang paling dominan mendorong inflasi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa ini adalah emas perhiasan yang memberikan andil inflasi sebesar 0,21 persen,” jelas Pudji.

Selain emas perhiasan, komoditas cabai merah turut memberi andil inflasi sebesar 0,06 persen, diikuti telur ayam ras sebesar 0,04 persen, dan daging ayam ras sebesar 0,02 persen.

Pudji menambahkan, sejumlah komoditas juga masih memberikan tekanan deflasi pada Oktober 2025, antara lain bawang merah dan cabai rawit dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,03 persen, tomat sebesar 0,02 persen, serta beras, kacang panjang, dan cabai hijau masing-masing sebesar 0,01 persen.

Sebelumnya, ia mencatat beberapa peristiwa yang berpengaruh terhadap pergerakan harga selama Oktober.

“Produksi cabai besar menurun dan bahkan menjadi yang terendah sepanjang tahun 2025, sementara produksi bawang merah meningkat di beberapa daerah seperti Solok dan Enrekang, serta panen masih berlangsung di sentra produksi Bima, Brebes, dan Nganjuk,” paparnya.

Selain itu, peningkatan permintaan terhadap telur ayam ras dan daging ayam ras juga terjadi seiring berjalannya program Makan Bergizi (MBG) pemerintah. “Program tersebut mendorong kenaikan permintaan kedua komoditas tersebut karena menjadi bagian dari menu MBG,” ujar Pudji.

Ia juga mencatat bahwa tren kenaikan harga emas dunia terus berlanjut dan bahkan mencapai rekor baru pada Oktober 2025, yang turut mendorong kenaikan harga emas di pasar domestik.

Komponen Penyumbang Inflasi

Dari sisi komponen inflasi, seluruh komponen mengalami kenaikan harga. Inflasi utama didorong oleh komponen inti yang naik 0,39 persen dan memberi andil 0,25 persen terhadap total inflasi.

“Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada komponen inti adalah emas perhiasan dan biaya kuliah akademi atau perguruan tinggi,” jelas Pudji.

Sementara itu, komponen harga yang diatur pemerintah (administered prices) mengalami inflasi sebesar 0,10 persen dengan andil 0,02 persen terhadap inflasi umum.

"Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah sigaret kretek mesin dan angkutan udara," tuturnya.

Selanjutnya komponen harga bergejolak (volatile food) mengalami inflasi sebesar 0,03 peren dengan andil inflasi sebesar 0,01 persen. "Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada komponen harga bergejolak ini adalah cabe merah telur ayam ras dan daging ayam ras," jelasnya.

Baca juga artikel terkait INFLASI atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Insider
Penulis: Hendra Friana
Editor: Hendra Friana