Menuju konten utama

Indonesia Pastikan Tak Tempuh Tindakan Balasan atas Tarif Trump

Upaya merayu pemerintahan Trump dilakukan dengan mendorong sektor swasta meningkatkan perdagangan atau memperbanyak investasinya di AS.

Indonesia Pastikan Tak Tempuh Tindakan Balasan atas Tarif Trump
Presiden AS Donald Trump memberikan pidato pada pengarahan pemulihan pasca Badai Helene di hanggar Bandara Regional Asheville di Fletcher, North Carolina, pada 24 Januari 2025. Trump mengatakan ia mungkin akan "menyingkirkan FEMA," jika dianggap perlu. Badan Penanggulangan Bencana Federal Badan Penanggulangan Bencana (FEMA) bertugas mengoordinasikan respons terhadap bencana. (Foto oleh Mandel NGAN / AFP)

tirto.id - Pemerintah memastikan tidak akan mengambil tindakan balasan (retaliasi) kepada Amerika Serikat (AS) usai pengenaan tarif perdagangan 32 persen pada Senin (7/7/2025). Namun, Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Haryo Limanseto, memastikan kerja sama yang telah disepakati oleh para pelaku usaha akan diteruskan jika terbukti menguntungkan dua belah pihak, AS dan Indonesia.

Apalagi, upaya memperkuat hubungan dagang antara dua negara ini dilakukan melalui komitmen para pelaku usaha, sedangkan pemerintah hanya mendorong agar sektor swasta meningkatkan perdagangannya dengan AS atau memperbanyak investasinya di Washington D.C.

"Tadi saya sampaikan bahwa pemerintah cuma mendorong bahwa agreement-agreement MoU itu dilaksanakan sebelum pengumuman, sebagai sweetener, gitu ya. Jadi, ini kembali lagi ke pihak bisnisnya. Kalau kedua pihak menguntungkan, ya tetap jalan," kata dia, dalam Konferensi Pers, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu (9/7/2025).

Karena itu, seiring dengan komitmen para pengusaha ini, pemerintah juga terus berupaya agar defisit perdagangan terjadi sebaliknya, jadi memberatkan Indonesia.

"Kita berharap pihak dari Amerika itu juga mempertimbangkan lagi posisi Indonesia yang selama ini dan juga selama ini kita juga sudah memenuhi semua permintaan-permintaan dan juga mungkin untuk defisit itu juga sudah tertangani," tambah Haryo.

Sementara itu, agar Presiden AS Donald Trump melunak dan memberikan tarif resiprokal lebih rendah, Indonesia melakukan pembelian produk energi dan pertanian dari AS senilai 34 miliar dolar AS, lebih tinggi dari defisit perdagangan yang dialami dua negara sebesar 17,9 miliar pada 2024.

Beberapa perusahaan swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sudah sepakat dalam komitmen perdagangan ini, di antaranya adalah PT Kilang Pertamina International yang setuju mengambil pasokan minyak mentah dari AS, PT Busana Apparel Group yang mewakili Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) akan mengimpor kapas.

Selanjutnya FKS Group akan mengimpor produk pertanian, PT Sorini Agro Asia Corporindo sebagai anggota Perkumpulan Produsen Pemurni Jagung Indonesia yang akan mengimpor jagung, dan Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) akan mengimpor gandum.

"Rekan bisnis di sana kurang nyaman kalau disampaikan volume dan kegiatan lainnya karena beberapa juga masih dalam proses sehingga kami juga tidak bisa menyampaikan (lebih rinci)," jelas Haryo, enggan menyebut nilai kesepakatan yang telah dicapai para pelaku usaha tersebut.

Sebaliknya, perusahaan-perusahaan AS yang terlibat dalam kesepakatan dagang ini antara lain, US Wheat Associates, Cotton Council International, Zen-Noh Grain Corp, ExxonMobil, dan Chevron.

Baca juga artikel terkait TARIF TRUMP atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Insider
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Hendra Friana