Menuju konten utama

IHSG Masih Terdampak Pencopotan Sri Mulyani, Sesi I Turun 1,66%

Sorotan utama pelaku pasar masih  tertuju pada pergantian jabatan Menteri Keuangan menjadi Purbaya Yudhi Sadewa.

IHSG Masih Terdampak Pencopotan Sri Mulyani, Sesi I Turun 1,66%
Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (1/9/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada senin pagi dibuka melemah 210,39 poin atau 2,69 persen ke posisi 7.620,10. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/wpa.

tirto.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih melanjutkan tren pelemahan pada perdagangan sesi pertama hari ini, Selasa (9/9/2025). IHSG ditutup turun 128,59 poin atau 1,66 persen ke level 7.638 pada jam makan siang.

IHSG sebelumnya dibuka di posisi 7.748 dan sempat menguat ke 7.791 sekitar pukul 09.20 WIB. Namun, tekanan jual kembali meningkat hingga membuat indeks tertekan hingga akhir sesi pertama.

Berdasarkan data RTI, volume perdagangan mencapai 23,13 miliar saham dengan nilai transaksi Rp15,07 triliun dari 1,57 juta kali transaksi. Sebanyak 193 saham menguat, 510 saham melemah, dan 100 saham stagnan.

Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, pelemahan IHSG pada hari ini masih dipengaruhi oleh sentimen reshuffle kabinet yang diumumkan Presiden Prabowo Subianto pada Senin (8/9/2025).

Sorotan utama pelaku pasar tertuju pada pergantian jabatan Menteri Keuangan menjadi Purbaya Yudhi Sadewa, mantan Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

"Sri Mulyani, mencermati IHSG yang turun tajam di hari Senin setelah ada konfirmasi resmi akan penggantian tersebut. Di tengah ketidakpastian ini, sangat sulit mengetahui saham mana yang bisa menguat," ujarnya saat dihubungi Tirto.

Hal sama disampaikan Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih. Menurutnya, postur fiskal harus tetap dijaga di tengah transisi kepemimpinan ini, demi menjaga kepercayaan investor.

“Utang negara harus tetap terkendali, defisit anggaran tidak boleh melebar, serta kebijakan belanja publik perlu diarahkan pada sektor produktif agar tidak mengganggu stabilitas makroekonomi,” katanya, seperti dikutip Antara.

Sementara dari mancanegara, pelaku pasar menaruh harapan pada kebijakan bank sentral Amerika Serikat. “Pemangkasan suku bunga The Fed berpotensi memberikan inflow baru di pasar negara berkembang dan Asia Pasifik,” ujarnya.

Ia menambahkan, pasar optimistis The Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 4–4,25 persen pekan depan, menyusul data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang melandai, seperti data tenaga kerja (NFP) yang mencerminkan inflasi dapat terkendali. The Fed akan menyelenggarakan pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) pada 16–17 September 2025, untuk menentukan kebijakan suku bunga acuannya.

Baca juga artikel terkait PURBAYA YUDHI SADEWA atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Insider
Penulis: Hendra Friana
Editor: Dwi Aditya Putra