tirto.id - Pemerintah Peru resmi memutus hubungan diplomatik dengan Meksiko pada Senin (3/11/2025) waktu setempat. Keputusan ini diambil setelah Meksiko memberikan suaka politik kepada mantan Perdana Menteri Peru, Betssy Chavez, yang sedang diselidiki atas tudingan upaya kudeta pada 2022.
Menteri Luar Negeri Peru, Hugo de Zela, menyatakan keterkejutannya terhadap hal ini. Ia menyesal Chavez diberi perlindungan di kantor kedutaan Meksiko di Peru.
"Mengingat tindakan tidak bersahabat ini... pemerintah Peru telah memutuskan untuk menyudahi hubungan diplomatik dengan Meksiko hari ini," kata Zela dikutip BBC.
Kementerian Luar Negeri Meksiko menganggap tindakan Peru sebagai keputusan sepihak. Mereka menyebutnya sebagai tindakan yang berlebihan dan tidak proporsional.
Chávez pernah ditahan pada Juni 2023 atas dugaan membantu rencana mantan Presiden Peru, Pedro Castillo, untuk membubarkan kongres dan membentuk pemerintahan darurat. Chávez dibebaskan dengan jaminan pada September di tahun yang sama dan membantah tuduhan terhadapnya.
Castillo sebelumnya ditangkap pada Desember 2022 atas tuduhan pemberontakan. Ia dimakzulkan dari kursi presiden Peru tak lama setelah penangkapannya dan dicekal.
Keputusan Peru memutus hubungan diplomatik dengan Meksiko menambah ketegangan yang sedang berlangsung antara kedua negara sejak Castillo dimakzulkan.
Peru pernah mengusir duta besar Meksiko pada 2022 karena memberikan suaka kepada istri dan anak-anak Castillo setelah penangkapannya.
Setahun kemudian, Peru menarik duta besarnya dari Meksiko setelah Presiden Meksiko saat itu, Andres Manuel Lopez Obrador, menyatakan dukungan bagi Castillo dengan dalih telah digulingkan secara ilegal.
Dugaan Keterlibatan Betssy Chavez dalam Kudeta
Betssy Chavez pernah menjadi perdana menteri Peru di masa pemerintahan Presiden Castillo yang bekerja singkat dari 26 November sampai 7 Desember 2022. Ia mengundurkan diri di akhir jabatannya.
Polisi Peru menahannya pada Juni 2023 atas tuduhan terlibat dalam upaya kudeta yang dilakukan mantan Presiden Castillo. Ia mendapatkan penahanan rumah di Kota Tacna.
Penahanan Chavez terjadi lebih dari enam bulan dari penangkapan Castillo yang sudah jalankan lebih awal. Castillo dituduh mengobarkan rencana aksi kudeta yang dilakukan bersama dengan Chavez dan beberapa menteri.
Pemerintahan Presiden Castillo pun hanya bertahan selama 17 bulan dari 28 Juli 2021 sampai 7 Desember 2022. Ia mendapatkan tiga kali upaya pemakzulan, namun gagal untuk proses pertama dan kedua.
Pada pemakzulan ketiga yang dilakukan awal Desember 2022, Castillo melawannya dengan melakukan kudeta terhadap pemerintahannya sendiri. Ia mencoba membentuk pemerintahan darurat sementara dan akan membubarkan kongres.
Mengutip Antara, Castillo ingin menjalankan pemerintahan baru melalui dekrit sebelum anggota kongres sempat memakzulkannya. Sayangnya, upaya Castillo gagal karena kongres bereaksi cepat untuk menggulingkannya.
Setelah Castillo digantikan Presiden Dina Boluarte yang juga mantan wakilnya, penyelidikan atas kudeta di Peru mulai dilakukan. Castillo lalu ditangkap.
Mahkamah Agung Peru turut memerintahkan penangkapan kepada mantan Perdana Menteri Betssy Chavez. Pengadilan menuntutnya dengan hukuman penjara 18 bulan.
Chavez yang merupakan pengacara dan setia pada Castillo, berulang kali membantah atau pun mengetahui adanya upaya kudeta. Pemeriksaan pada Chavez diikuti pula para mantan menteri yang diduga terlibat.
Editor: Iswara N Raditya
Masuk tirto.id


































