Menuju konten utama

Harga Properti Residensial Naik Tipis di Kuartal I-2025

Beberapa kota yang mengalami perlambatan pertumbuhan harga rumah antara lain, Kota Samarinda dan Bali.

Harga Properti Residensial Naik Tipis di Kuartal I-2025
Foto udara kawasan perumahan di Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (19/12/2024). Cushman & Wakefield memprediksi adanya kenaikan harga rata-rata tanah di Jabodetabek sebesar 3-4 persen menjadi Rp13.200.000 per meter persegi, serta kenaikan harga properti residensial diperkirakan berkisar antara 5-7 persen pada 2025 karena dipengaruhi oleh kenaikan PPN 12 persen dan harga bahan baku bangunan. ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/foc.

tirto.id - Bank Indonesia (BI) melalui Survei Harga Properti Residensial (SHPR) melaporkan harga properti residensial di pasar domestik naik 1,07 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal I-2025. Kenaikan ini lebih terbatas dibanding kuartal IV-2024 yang sebesar 1,39 persen (yoy).

"Perkembangan harga properti tersebut dipengaruhi oleh penjualan unit properti residensial di pasar primer pada triwulan I 2025 yang meningkat, terutama rumah tipe kecil, di tengah penurunan penjualan rumah tipe menengah dan besar," jelas Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangannya, dikutip Rabu (7/5/2025).

Perlu diketahui, harga rumah untuk tipe kecil dan menengah di kuartal I-2025 tercatat masing-masing mengalami kenaikan sebesar 1,39 persen dan 1,14 persen, dari yang sebelumnya 1,84 persen dan 1,31 persen. Sementara untuk harga rumah tipe besar tergolong stabil, dengan pertumbuhan sebesar 0,96 persen.

"Secara spasial, dari 18 kota yang disurvei, 12 kota di antaranya mencatat perlambatan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) secara tahunan," imbuh Ramdan.

Beberapa kota yang mengalami perlambatan pertumbuhan harga rumah antara lain, Kota Samarinda dan Bali yang masing-masing sebesar 0,18 persen dan 0,90 persen dari sebelumnya 2,36 persen dan 1,79 persen.

Sebaliknya, daerah yang mengalami kenaikan harga properti residensial tertinggi di antaranya, Semarang dan Palembang yang sebelumnya hanya tumbuh 0,62 persen dan 1,29 persen menjadi 0,85 persen dan 1,43 persen.

Meski begitu, secara keseluruhan penjualan properti residensial mengalami kenaikan 0,73 persen (yoy), dari sebelumnya yang terkontraksi hingga 15,09 persen (yoy).

Sementara dari sisi pembiayaan, survei menunjukkan bahwa sumber utama pendanaan untuk pembangunan properti residensial masih berasal dari dana internal pengembang, dengan pangsa mencapai 77,28 persen.

"Dari sisi konsumen, sebagian besar pembelian rumah di pasar primer dilakukan melalui skema pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dengan pangsa sebesar 70,68 persen dari total pembiayaan," tukas Ramdan.

Baca juga artikel terkait PROPERTI atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Insider
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Dwi Aditya Putra