tirto.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan akan merevisi mekanisme Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) pertambangan batu bara dari semula tiga tahun menjadi tahunan. Langkah ini, kata Bahlil, dilakukan untuk menjaga stabilitas harga komoditas yang kini tengah anjlok.
"Kita lihat target produksi batu bara per 2025 berdasarkan RKAB targetnya itu 739,67 juta ton. Sekarang harga batu baranya lagi turun 25 sampai 30 persen, ini terjadi karena supply and demand," ujarnya dalam konferensi pers Capaian Kinerja Semester I 2025, Senin (11/8/2025).
"(Pengubahan RKAB) ini kita akan lakukan tanpa pandang bulu supaya menjaga stabilitas. Kalau harganya bagus, negara akan mendapatkan pajak yang baik, pengusaha juga akan mendapat keuntungan yang baik," imbuhnya.
Bahlil memaparkan, total batu bara yang diperdagangkan di dunia mencapai sekitar 1,3 miliar ton, dari total kebutuhan global sebesar 8,9 miliar ton. Indonesia, sebagai salah satu eksportir utama, pada 2024 mengirimkan 600-650 juta ton ke pasar internasional.
Namun, ia menilai skema RKAB tiga tahunan yang berlaku saat ini justru membuat pemerintah kehilangan kendali dalam mengatur produksi. "Jadi gara-gara RKAB tiga tahun ini, akhirnya sekarang harga turun, kita enggak bisa mengendalikan. Ini kan bisnis, kita jaga supply and demand," ujarnya.
Hingga paruh pertama 2025, realisasi produksi baru mencapai 357,6 juta ton atau 48,34 persen dari target. Dari jumlah tersebut, kewajiban Domestic Market Obligation (DMO) sebesar 104,6 juta ton telah dialokasikan untuk PLN dan smelter, sementara ekspor tercatat 238 juta ton, dan stok mencapai 15 juta ton.
Bahlil menyebut kondisi ini ironis mengingat Indonesia memasok sekitar 45 persen kebutuhan batu bara dunia untuk pembangkit listrik. "Begitu harga turun, kita nggak bisa bikin apa-apa karena permintaannya sedikit, produksinya banyak," katanya.
Bahlil juga menekankan bahwa pengelolaan batu bara harus memperhatikan keberlanjutan. "Jangan dimaknai hanya untuk lima tahun, tapi juga untuk anak cucu kita. Kalau memang harganya belum bagus, ya kita kelola dengan penuh hati-hati. Bagian kita harus tinggalkan kepada anak cucu kita. Jangan beranggapan seolah-olah dunia ini hanya untuk kita," tegasnya.
Editor: Dwi Aditya Putra
Masuk tirto.id







































