Menuju konten utama

Gurita Perusahaan Cina di Bisnis Mobil Dunia

Setelah Volvo, Proton, dan Tesla, kini perusahaan asal Cina tertarik untuk membeli Fiat Chrysler Automobiles.

Gurita Perusahaan Cina di Bisnis Mobil Dunia
Model berpose di mobil Wuling Confero S di stan mobil Wuling pada GIIAS 2017 di ICE, BSD City, Tangerang, Kamis (10/8). tirto.id/Arimacs Wilander

tirto.id - Dari jejeran bangunan di kawasan pinggir Jalan Ringroad Utara Maguwoharjo, Yogyakarta, terselip sebuah bangunan bertulis dealer Wuling Motors. Sebuah dealer mobil Cina yang belakangan ini jadi pembicaraan sebagai pendatang baru di dunia otomotif Indonesia.

Tak tampak aktivitas yang ramai di dealer anyar itu, hanya terlihat satu mobil yang dipajang Wuling Confero dan dua staf yang sedang berjaga. Di bagian samping bangunan ada beberapa motor terparkir. Dealer ini bagian dari rencana 50 gerai bengkel dan dealer yang akan dikembangkan Wuling di Indonesia. Wuling mencoba peruntungan di pasar Indonesia dengan investasi 700 juta dolar.

Baca juga: Rahasia Wuling Bisa Jual Mobil Berharga Miring

Wuling masuk ke pasar negara-negara potensial dengan cara pertumbuhan organik melalui pembangunan pabrik di Bekasi, Jawa Barat. Sementara itu, pabrikan mobil Cina lainnya juga membidik berbagai pasar di dunia dengan cara akuisisi berbagai merek mobil papan atas global.

Baca juga:

Baru-baru ini perusahaan otomotif Cina, Great Wall Motors menyatakan tertarik untuk membeli Fiat Chrysler Automobiles (FCA), yang di dalamnya terdiri dari merek-merek ternama seperti Jeep, Dodge, Maserati, Chrysler hingga Abarth.

“Kami memiliki keinginan untuk membeli FCA,” kata juru bicara perusahaan Cina tersebut dikutip dari CNN. Menurutnya, FCA sesuai dengan kebutuhan dan strategi Great Wall Motors.

Namun, belum ada pernyataan resmi apakah perusahaan Cina tersebut akan membeli semua atau sebagian dari FCA atau hanya menargetkan merek Jeep yang menjadi dambaan dari perusahaan mobil Cina tersebut. Kabar soal pembelian perusahaan mobil Cina terhadap FCA mendapat respons positif dari para pelaku pasar dan mendorong saham Fiat Chrysler meningkat 3,3 persen pada Senin (21/8/2017).

Rencana Great Wall Motors terhadap FCA hanya contoh kecil, bagaimana mengguritanya perusahaan mobil Cina di dunia.

Di Eropa misalnya, perusahaan Cina lainnya Zhejiang Geely Holding Group pada 2010 lalu mengakuisisi Volvo dari kepemilikan Ford. Perusahaan Ford Motor Company sempat membeli Volvo pada 1999 senilai US$6,45 miliar, tapi terpaksa harus melepas Volvo dengan nilai yang tak lebih dari US$2 miliar.

Selain itu, dalam pernyataan Geely, pihaknya akan tetap mempertahankan citra mobil premium pada Volvo. Geely juga menyatakan akan mempertahankan dua pabrik Volvo di Swedia dan Belgia. Eropa menjadi pasar pertama Volvo sedangkan Cina menjadi pasar keduanya.

Geely barangkali kisah soal kehebatan Cina menguasai merek mobil, perusahaan ban terbesar di dunia asal Italia, Pirelli juga diakuisisi perusahaan China National Chemical Corp senilai 7,7 miliar dolar. Pembelian ini semakin menunjukkan bahwa Cina tak hanya tertarik pada perusahaan otomotif, tapi perusahaan penyedia komponen otomotif dunia.

Selain menggurita di pasar Eropa, perusahaan Cina juga merambah Amerika Serikat. Tencent Holdings Ltd yang tertarik dengan perusahaan otomotif asal Amerika Serikat. Perusahaan Cina yang bermarkas di Shenzhen itu menggelontorkan US$ 1,8 miliar untuk mendapatkan 5 persen saham di perusahaan Elon Musk, Mobil Tesla pada Maret 2017--yang bergerak di kendaraan listrik.

Masuknya perusahaan Cina dalam industri mobil listrik tentu tak lepas dari pergerakan pasar mobil listrik yang mulai mendapat tempat pada konsumen di berbagai negara. Sedangkan Cina dalam tahun ini berhasil melampaui Amerika Serikat dalam penjualan mobil listrik.

“Kepemilikan pasif Tencent bukan hanya mosi percaya pada Elon Musk dan juga masa depan EVS [mobil listrik], tetapi juga dapat membantu [Tesla] dalam mengakses pasar Cina,” kata analis mobil di Barclays Plc, Brian Johnson.

Setelah Eropa dan Amerika, belum lengkap rasanya bila Cina belum masuk ke negara-negara potensial di Asia. India adalah salah satunya. Cina merambah negara di Asia Selatan itu melalui perusahaan otomotif terbesarnya Shanghai Automotive Insdustry Corporation (SAIC Motor Corp). SAIC mengakuisisi fasilitas produksi milik General Motors di Halol, Gujarat, India.

Infografik Industri otomotif cina

Langkah agresif perusahaan Cina di India sebagai bagian dari penetrasi pasar di India. Perusahaan itu juga akan memiliki pabrik perakitan di India. SAIC menjadi perusahaan otomotif Cina pertama yang menjajaki India dan segera memproduksi mobil penumpang di Negeri Hindustan.

Selain India, perusahaan Cina juga merambah wilayah Asia Tenggara yang memiliki pasar 600 juta jiwa. Zhejiang Geely Holding Group pada Mei lalu mengumumkan telah mengakuisisi 49,9 persen saham mobil Proton Malaysia. Akuisisi ini dianggap sebagai pintu masuk Cina di pasar Asia Tenggara, dan sekaligus tamatnya mobil nasional Malaysia.

Baca juga: Tamatnya Mobil Nasional Malaysia

Dalam laporan Financial Time, penjualan kendaraan di kawasan Asia Tenggara terus meningkat dan diperkirakan akan tumbuh 8,1 persen di 2017. Performa terbaik diperkirakan akan terjadi di Kamboja, Filipina dan Vietnam dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 19 persen. Pertumbuhan ini tak lepas dari adanya pertumbuhan ekonomi yang solid, tingkat konsumsi yang kuat dan adanya reformasi pajak mendorong lonjakan penjualan mobil di kawasan ini.

Potensi besar ini sudah tentu tak ingin dilewatkan Cina. Melakukan ekspansi ke berbagai wilayah menunjukkan keseriusan Cina untuk menjadi pemain utama dalam industri otomotif dunia. Bagi Cina, kini industri otomotif dan juga industri suku cadang termasuk salah satu industri pilar utama mereka.

Mengapa disebut pilar utama? Karena industri otomotif dan suku cadang berada di antara 10 sektor prioritas dalam inisiatif Cina yang dinamai "Made in China 2025". Inisiatif itu tengah dijalankan Cina untuk meningkatkan sektor industrinya yang terinspirasi dari "Industry 4.0" yang digulirkan Jerman, menurut analis Scott Kennedy dari Center for Strategy & International Studies.

Untuk menjalankan misi Made in China 2025, Cina tak hanya mengandalkan perusahaan otomotif dalam negeri. Cina membutuhkan “pelajaran” dari perusahaan otomotif lainnya. Merek-merek mobil Cina memang sebagian besar adalah pendatang baru bila dibandingkan dengan Jepang atau Jerman yang sukses di sektor industri otomotif sejak lama. Pola akuisisi perusahaan terkemuka menjadi salah satu strategi bagi Cina.

“Beberapa motivasi utama untuk akuisisi lintas batas adalah akses ke pasar baru, merek, teknologi, kemampuan penelitian dan pengembangan dan dalam beberapa kasus untuk produk dan mata rantai pasokan yang dapat dijual ke jaringan distribusi pembeli di Cina,” kata Vikas Seth dari Credit Suisse.

Gurita perusahaan mobil Cina di berbagai perusahaan mobil terkemuka bukan hanya gagahan semata, tapi ada pasar yang dibidik mereka, saat pasar mobil Cina pada waktunya akan mencapai titik jenuh.

Baca juga artikel terkait INDUSTRI OTOMOTIF atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Otomotif
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Suhendra