tirto.id - "Waspadalah para pembuat mobil di dunia: Cina sedang bersiap membanjiri dunia dengan ekspor mobilnya". Wall Street Journal dalam sebuah tulisan yang berjudul “China Looks to Export Auto Overcapacity on Slow-Growth World” awal Mei 2017 mengingatkan “bahaya” serbuan mobil Cina.
Cina memang menargetkan produksi 30 juta mobil per tahun dalam tiga tahun ke depan dan 35 juta unit pada 2025. Angka tersebut setara dengan 30 kali lipat produksi mobil di Indonesia atau seperempat pasar mobil dunia. Hingga Mei tahun lalu, ada 130 merek mobil yang beredar di Cina, mereka menelurkan kurang lebih 952 tipe mobil yang berbeda. Beberapa nama yang terkenal antara lain FAW, Geely, Chery, Hafei, Hongqi, Brilliance Auto, BYD Auto, Dongfeng, BAIC Group, Jianghuai, Great Wall, Roewe dan masih banyak lainnya.
Tentu saja tidak semua produksi itu akan masuk ke pasar di Cina, meski sudah delapan tahun berturut-turut pasar negara tersebut mendominasi penjualan mobil di seluruh dunia. Para produsen mobil Cina harus berpikir tentang pasar-pasar baru untuk mengejar target pertumbuhan produksi, di tengah varian produk yang semakin banyak.
Dalam sebuah obrolan di lokasi produksi mobil Guangqi besutan pabrikan mobil Guangzhou Automobile Group (GAC) Motor di Guangzhou, salah satu petinggi produsen mobil Cina ini melontarkan sinyalemen melirik pasar-pasar potensial di Timur Tengah dan Afrika. Namun, GAC juga tak menutup peluang menyasar pasar Asia Tenggara mengikuti jejak Wuling di Indonesia.
Setelah era Geely dan Chery satu dekade lalu, SAIC Motor Corporation, salah satu empat besar produsen mobil di Cina, pada 2002 SAIC bersama GM dan Wuling Automobile Company membentuk SGMW yang merupakan induk dari Wuling Motors yang berdiri Agustus 2015 di Indonesia.
"Kami tahu Wuling sudah buka pabrik di Indonesia. Kami lihat respons pasar di sana seperti apa," kata Direktur Humas GAC Motor Co Ltd, Liu Feilei, kepada Antara di Guangzhou.
Menurutnya, untuk membuka pabrik otomotif di negara lain membutuhkan waktu paling tidak 10 tahun. "Pasti butuh persiapan lama. Memang kami tahu pasar otomotif di Indonesia sangat bagus," katanya.
GAC kini juga sedang membuka pasar mobil di AS yang cukup besar tapi terkenal ketat untuk urusan kualitas. GAC mencoba peruntungan baru setelah pabrikan Cina lain seperti Zhejiang Geely Holding Group dan BYD Auto sempat gagal di AS. GAC satu-satunya peserta dari Cina dalam ajang North American International Auto Show in Detroit Januari 2017 lalu.
Produk-produk ini akan memulai debutnya di AS dengan membuka showroom perdana, awal tahun depan. Uniknya, mobil yang akan dipasarkan di Amerika dengan seri SUV Trumpchi GS4—tapi pihak GAC menegaskan nama ini tak ada kaitannya dengan Presiden Donald Trump.
Apa yang menjadi perhatian Wuling dan GAC menjadi contoh bagaimana pabrikan mobil Cina tidak tinggal diam hanya mengisi ceruk pasar domestik mereka. Ekspor mobil Cina memang belum sebanyak dibandingkan dengan produksinya. Rata-rata ekspor masih sekitar di bawah satu juta unit per tahun, rekor tertinggi mencapai satu juta lebih terjadi pada 2012. Namun, jumlah ini sudah setara dengan total penjualan mobil di Indonesia selama setahun.
Asisten Sekjen China Association of Automobile Manufacturers (CAAM) Xu Haidong optimistis ekspor mobil tahun ini menembus 750.000 unit atau tumbuh 5 persen. “Merek mobil Cina kini lebih kompetitif di pasar global, khususnya untuk segmen mobil SUV,” kata Xu dikutip dari Chinadaily.
- Baca Juga: Tak Ada Alasan Meremehkan Mobil Cina
“Di negara berkembang seperti Iran, India, Indonesia, Malaysia masih ada ruang. Pasar India patut mendapat perhatian bagi para pembuat mobil Cina karena permintaan yang menanjak dan pasar yang tumbuh cepat. Beberapa pembuat mobil Cina telah melihat peluang ini dan mengalihkan fokus mereka.”
Di sisi lain, pabrikan mobil Cina juga harus mengantisipasi soal potensi perlambatan pasar domestik. Tahun lalu pasar mobil Cina memang masih tumbuh mengesankan, Jato mencatat pasar Cina tumbuh 14 persen dengan total penjualan mobil penumpang dan komersial menembus 25,5 juta unit.
Namun, tahun ini mulai terlihat ada perlambatan. Pada April 2017, CAAM mencatat terjadi penurunan total penjualan 2,2 persen dibandingkan tahun lalu atau hanya 2,08 juta unit. Penurunan disumbang oleh mobil penumpang yang turun 3,7 persen hanya sebanyak 1,72 juta unit, merupakan penurunan terbesar sejak Juli 2015. Penyebabnya karena kebijakan pajak yang tinggi oleh pemerintah—Cina memang sedang dihadapkan dengan persoalan polusi udara yang kronis sehingga mendorong pemerintah mengedepakan kehadiran mobil ramah lingkungan seperti mobil listrik.
Juru bicara Kementerian Perdagangan Cina, Sun Jiwen juga memperkirakan penjualan mobil di Cina khususnya kategori penumpang yang menyumbang 85 persen pasar akan mengalami perlambatan di 2017. Ini sudah tercermin dari kondisi kuartal I-2017 yang hanya tumbuh 4,6 persen (yoy), lebih rendah dari ekspektasi.
Kenyataan-kenyataan semacam ini harus dihadapi para produsen mobil Cina, dan sebagian dari mereka sudah mengantisipasi untuk tak bermain di kandang saja. Keberanian GAC dan Wuling menjadi pesan kuat era baru invasi mobil Cina ke penjuru dunia sedang berlangsung tak kecuali di Indonesia. Wuling bisa jadi pembuka bagi kedatangan mobil Cina lainnya. Serbuan mobil Cina di masa depan adalah sebuah keniscayaan, meski butuh waktu.