Menuju konten utama

Ekonom Ungkap Potensi PHK Massal Efek Rupiah yang Kian Melemah

Harga produk final pada industri yang membutuhkan bahan baku impor akan membengkak dan daya saing produk Indonesia akan turun karena rupiah melemah. 

Ekonom Ungkap Potensi PHK Massal Efek Rupiah yang Kian Melemah
Sejumlah pekerja pabrik berjalan di luar area pabrik saat jam istirahat di Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (7/4/2020). ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/hp.

tirto.id - Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (INDEF), Esther Sri Astuti, mengungkapkan potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) atas efek pelemahan nilai tukar rupiah yang masih bertengger di level psikologis di atas Rp16.300 per dolar AS.

Hingga penutupan awal pekan, Senin (24/6/2024) sore ini, berdasarkan data Bloomberg, rupiah menembus level Rp16.394, menguat 56 poin dari posisi sebelumnya.

Menurut Esther, harga produk final pada industri yang membutuhkan bahan baku impor seperti elektronik, tekstil, hingga otomotif akan membengkak dan daya saing produk Indonesia akan turun karena nilai tukar rupiah kian terperosok.

"Akibatnya omset industri bisa turun dan berpotensi terjadi lay off tenaga kerja dengan alasan efisiensi," ungkapnya saat dihubungi Tirto, Senin.

Dia juga menyoroti nilai tukar yang memiliki tren menurun secara terus menerus akan berpotensi pada peningkatan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Secara spesifik, dia menegaskan untuk membayar utang luar negeri (ULN) pun membutuhkan penggunaan dolar AS.

"Ruang fiskal berpotensi akan lebih kecil," ujar Esther.

Di samping itu, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyebut sentimen pergerakan nilai tukar tersentimen oleh pasar yang merespons kebijakan presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, terkait defisit fiskal dari produk domestik bruto (PDB).

Dana moneter internasional atau IMF juga melihat fiskal Indonesia akan mengalami ekspansi pada 2024 dan 2025. Namun, IMF melihat defisit yang sedikit lebih kecil akan mendukung pertumbuhan dan bauran kebijakan yang lebih seimbang sekaligus menjaga ruang kebijakan untuk merespons risiko-risiko negatif.

Namun begitu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menegaskan defisit APBN akan tetap dijaga di bawah 3 persen. Hal itu dinilai menjadi komitmen pemerintah dan akan dilanjutkan presiden terpilih Prabowo Subianto.

Sebagaimana diketahui, APBN kini menjadi perhatian serius bagi investor karena kekhawatiran defisit akan menembus level 3 persen PDB melihat rencana belanja yang dilakukan.

Ibrahim memproyeksi, pergerakan rupiah masih akan fluktuatif dan cenderung akan melemah untuk perdagangan besok, (25/6/2024). "Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp16.380-Rp16.450," ungkapnya.

Sebelumnya, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), Ristadi, mengungkapkan sebanyak 13.800 pekerja terdampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada sejumlah perusahaan yang bergerak di industri tekstil.

Dia merinci, terdapat 10 perusahaan yang telah melakukan PHK massal, yakni enam perusahaan karena penutupan pabrik, dan empat perusahaan karena efisiensi jumlah pekerja.

Secara kumulatif, setidaknya sekitar 13.800 pekerja terkena pemutusan kerja. Namun, Ristadi menjelaskan jumlah tersebut mungkin lebih sedikit daripada kondisi di lapangan, mengingat beberapa perusahaan memiliki masalah keterbukaan informasi.

Baca juga artikel terkait RUPIAH MELEMAH atau tulisan lainnya dari Faesal Mubarok

tirto.id - Flash news
Reporter: Faesal Mubarok
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Irfan Teguh Pribadi