tirto.id - “Selama menangani COVID-19, Pak Doni [Monardo] tidak pernah pulang, jadi sehari-hari ngantor dan tinggal di kantor BNPB.”
Pernyataan tersebut dilontarkan Mennteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, saat melayat almarhum Letjen (purn) Doni Monardo. Purnawirawan jenderal yang dikenal lewat upaya penanganan COVID-19 ini meninggal dunia pada Minggu (3/12/2023) pukul 17.35 WIB di Rumah Sakit Siloam, Jakarta.
Selain penanganan COVID-19, Doni punya rekam jejak kuat di militer. Pria kelahiran Cimahi, 10 Mei 1963 ini adalah alumni Akademi Militer 1985. Ia sendiri bisa dibilang “anak kolong” lantaran ayahnya juga prajurit militer, yakni Letkol CPM Nasrul Saad.
Sebagai lulusan akademi militer 1985 atau Delima Tidar, kawan-kawan Doni juga bukan sembarangan di angkatan tersebut. Beberapa nama yang tergolong sukses di angkatan dia, antara lain eks Gubernur Sumatera Utara Letjen (purn) Edy Rahmayadi, eks Irjen TNI Letjen (purn) Dodik Wijanarko, eks KSAL Laksamana (purn) Sukma Aji, eks MenpanRB Komjen (purn) Syafrudin, eks Wakapolri Komjen Ari Doni Sukmanto, dan eks Kepala BNPT Komjen (purn) Suhardi Alius.
Doni sendiri malang-melintang di dunia militer, terutama di dunia pasukan khusus dan pengamanan presiden. Karier Doni juga dinilai cukup bagus dan dapat dikategorikan 'dekat' dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Saat SBY menjadi presiden, Doni menjalankan amanah sebagai Waasops Danpaspampres (2004–2006).
Sempat dimutasi sebagai Danbrigif Linud 3/Tri Budi Mahasakti, Doni kembali ke Paspampres sebagai Dan Grup A Paspampres selama 2 tahun, yakni 2008-2010, grup yang mengawal presiden dan keluarga. Pada 2010, Doni mendapat amanah dan 'pecah bintang' sebagai Danrem 061/Surya Kencana. Ia bertugas selama 2010-2011 hingga akhirnya mendapat amanah sebagai Wadanjen Kopassus.
Ia tidak lama menjabat sebagai Wadanjen Kopassus. Pada 2012, Doni mendapat mandat sebagai Danpaspampres di era SBY. Ia mengabdi selama dua tahun atau berakhir pada 2014. Lalu, ia bergeser menjadi Danjen Kopassus selama 2014-2015.
Usai mengabdi di korps baret merah itu, Doni menjabat dua jabatan pangdam yakni Pangdam Pattimura (2015-2017) dan Pangdam Siliwangi (2017-2018). Ia pun mengakhiri karier militer sebagai Sekjen Wantanas (2018-2019) sebelum mendapat amanah sebagai Kepala BNPB.
Selama aktif di militer, Doni sempat ikut dalam operasi Timor-Timur. Akan tetapi, Doni lebih dikenal dekat sebagai aktivis lingkungan. Saat masih aktif di Kopassus, Doni menggagas gerakan pembersihan titik 0 Sungai Ciliwung. Mengutip laman resmi Kopassus, Doni mengenang pohon yang ia tanam saat masih Wadanjen Kopassus.
Selain gerakan menanam pohon, saat menjadi Pangdam Siliwangi, Doni mendapat amanah dalam penyelesaian kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum. Hal itu tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum. [PDF]
Ia pun tetap menjalankan program tersebut meski sudah tidak menjadi Pangdam Siliwangi, bahkan meminta agar Citarum tetap bersih di masa depan.
Selama menjadi Kepala BNPB, Doni memang lebih dikenal sebagai Kepala Gugus Tugas Penanganan COVID-19. Presiden Jokowi menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 7 tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019. Jokowi pun menunjuk Doni yang kala itu menjabat Kepala BNPB untuk menghadapi penyakit yang mewabah secara global.
Sejak didapuk sebagai Kepala Satgas COVID-19, Doni berupaya melakukan beragam penanganan COVID. Ia mendorong gerakan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) dan mensosialisasikan agar penyakit tidak meluas.
Ia juga memimpin operasi penyelamatan WNI di Wuhan maupun Kapal Diamond Princess. Doni juga yang melakukan upaya lobi agar pembangunan RS Darurat di Pulau Natuna tidak ditolak warga.
BNPB, di bawah komando Doni, juga bekerja sama dengan berbagai pihak mendirikan RS darurat Wisma Atlet dan mencari perlengkapan kesehatan. Ia juga berupaya menggunakan Gerakan pentahelix dalam penanganan COVID di awal kasus.
Selama dua tahun, Doni terus menjadi panglima dalam melawan pandemi COVID-19. Ia pun sampai terpapar COVID-19 dan sempat dirawat. Ia pun akhirnya menyerahkan tongkat estafet penanganan Covid-19 kepada Letjen Ganip Warsito pada 25 Mei 2021.
Setelah itu, pria yang mendapat gelar honoris causa dari IPB dalam bidang Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan pada 2021 itu melanjutkan pengabdian sebagai Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI AD hingga akhir hayat.
Baik di Mata Para Tokoh
Muhadjir mengenang momen Doni dalam menangani pandemi. Muhadjir yang kala itu sebagai Dewan Pengarah Gugus Tugas COVID-19 kerap berkomunikasi dengan Doni sebagai ketua satgas. Mereka bekerja sama dalam berbagai momen. Salah satunya terkait upaya evakuasi WNI di Wuhan, Cina saat awal pandemi COVID-19 merebak.
Doni, kata Muhadjir, juga merupakan tokoh yang melobi pembangunan RS Darurat Pulau Natuna yang sempat ditolak warga. Doni juga lah yang membantu upaya evakuasi warga yang terjebak dalam kapal Diamond Princess yang notabene episentrum kedua setelah Wuhan.
Muhadjir pun mengakui bahwa Doni sebagai salah satu tokoh rendah hati dan pro-lingkungan. Doni selalu mengampanyekan penanaman pohon di manapun kegiatannya. Muhadjir menilai, Doni punya jasa yang besar dalam penanganan bencana dan penyelamatan lingkungan lewat penanganan longsor, almarhum menginisasi penanaman tanaman akar wangi atau vetiver, dan juga dalam penanganan rehabilitasi Sungai Citarum.
“Dan beliau termasuk yang mengusulkan tanaman vetiver untuk menangani tanah longsor. Dan sampai sekarang menjadi tanaman yang dijadikan oleh negara kita untuk ditanam di daerah yang rawan longsor," ujar Muhadjir.
Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto pun menghormati Doni. Ia menjadi inspektur upacara dalam pelepasan pemakaman seniornya itu. Agus mengaku, Doni adalah seniornya dalam operasi Seroja Timor Timur pada 1995. Ia menilai, Doni adalah senior yang membimbing adik-adiknya dan menjadi panutan dalam bekerja.
“Beliau [Doni Monardo] itu smart, kita jarang mempunyai prajurit seperti almarhum, beliau itu panutan adek-adeknya. Kalau kerja itu fokus, sehingga setiap kegiatan ada target yang berhasil," kata Agus di lokasi pemakaman.
Sementara itu, Menteri Sosial Tri Rismaharini berkeyakinan Doni layak untuk menjadi pahlawan nasional. Ia beralasan, sepak terjang Doni sudah cukup berdampak bagi masyarakat, terutama dalam penanganan COVID-19.
“Layak jadi pahlawan nasional dan Pak Doni sangat rendah hati. Beliau enggak mau menonjol-nonjolkan, dedikasinya dan kerjanya bisa dirasakan,” kata Risma saat menghadiri pemakaman Doni di lokasi, Senin (4/12/2023).
Eks Wali Kota Surabaya itu mengaku memiliki hobi serupa dengan Doni, yaitu menanam pohon. Semasa hidup, Risma mengenal Doni sebagai sosok yang tak suka membeda-bedakan. Ia mengenal Doni ketika masih menjabat Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
“Saya punya kesaksian untuk Pak Doni beliau orang yang sangat baik sekali,” tutur Risma.
Kini, jenderal yang dikenal sebagai aktivis lingkungan itu telah pergi, tapi karyanya akan selalu abadi.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz