Menuju konten utama

Dokter Tolak Kenaikan Gaji: Kiat Sukses Kanada Jaga Kesehatan Warga

Sistem pelayanan kesehatan di Kanada adalah salah satu yang terbaik di dunia. Mentalitas melayani para dokternya sudah pada tahapan menolak kenaikan gaji.

Ilustrasi kedokteran Kanada. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Tuntutan naik gaji dari kelompok pekerja itu normal. Tapi jika menolak? Anomali tersebut benar-benar terjadi di Kanada. Lebih dari ratusan mahasiswa kedokteran di Provinsi Quebec yang menamakan diri Médecins Québécois Pour le Régime Public (MQRP) menandatangani surat terbuka untuk menolak kenaikan upah tahunan.

“Kami, dokter Quebec yang percaya bahwa dalam sebuah sistem publik yang kuat, menolak peningkatan gaji yang dinegosiasikan oleh federasi medis kami,” demikian isi surat yang dipublikasikan melalui website resmi MQRP pada 25 Februari 2018, sebagaimana dikutip dari The Globe and Mail.

Kenaikan gaji itu akan diterima oleh total 20.000-an spesialis medis dan praktisi umum di provinsi terbesar di Kanada itu. Besarannya antara 1,4 persen hingga 1,8 persen per tahun selama delapan tahun ke depan. Federasi petugas medis yang membuat pemerintah mau menaikkan anggarannya untuk upah dokter menyatakan kesepakatan itu adil, namun dokter-dokter di Quebec berseberangan pendapat.

MQRP mengkritik kenaikan gaji di tengah pemotongan drastis anggaran untuk layanan pasien dalalm beberapa tahun terakhir dan sentralisasi kekuasaan di Kementerian Kesehatan. Mereka juga menyoroti gaji dan kondisi kerja yang layak dari pekerja medis non-dokter di Kanada. Profesinya meliputi perawat, petugas klinik, dan lain sebagainya.

Penandatangan melonjak dari angka 200-an menjadi lebih dari 700 dalam kurun waktu satu minggu. Isabelle Leblanc, pemimpin kelompok yang melahirkan surat terbuka itu, mengatakan bahwa sikap para koleganya diambil berdasarkan solidaritas. Pasalnya sejak beberapa bulan terakhir para perawat Quebec sedang mendorong pemerintah untuk mengatasi kekurangan perawat yang membuat perawat aktif kelebihan jam kerja.

Kelebihan jam kerja berpengaruh terhadap kualitas beraktivitas, dan ini bisa berdampak buruk bagi pasien. “Kami pikir (penolakan kenaikan gaji) ini akan membantu lebih banyak pasien jika uang yang banyak itu dialihkan ke sistem pelayanan, bukan ke kantong para dokter,” jelas Isabelle.

Total anggaran untuk kenaikan upah dokter Quebec sedianya akan naik dari $4,7 miliar menjadi $5,4 miliar. Pada 2016 gaji rata-rata untuk dokter di Quebec sebesar $403 ribu per tahun. Gaji tertinggi dipegang oleh radiolog dengan gaji mencapai $700 ribu per tahun. Gaji perawat lebih rendah dibanding keduanya, namun intensitas kerjanya kerap lebih tinggi.

Pada Januari, isu ini diviralkan seorang perawat Quebec bernama Emilie Richard melalui akun Facebook-nya. Ia mengunggah foto diri dengan mata sembab dan keterangan yang menjelaskan dirinya sangat kelelahan usai lembur semalaman. Richard harus mengurus lebih dari 70 pasien di satu lantai di rumah sakit tempat ia bekerja. Ia dilanda stres yang menyebabkan kram hingga membuatnya susah tidur. Unggahan tersebut mendapat 42 ribu tanggapan dan dibagikan hampir 58 ribu kali.

Perjuangan federasi perawat Quebec pernah membuahkan pertemuan dengan Menteri Kesehatan provinsi pada akhir Februari kemarin. Sayangnya tak menghasilkan kesepakatan yang menggembirakan. Ketuanya federasi Nancy Bedard berkata pada Global News bahwa kawan-kawannya sudah tak tahan dengan kondisi kerja yang menyiksa. Terlebih lagi, pada akhirnya para pasien tak akan mendapatkan perawatan yang maksimal.

Medicare untuk Semua

Jika negara-negara lain punya stereotip yang buruk, Kanada adalah pengecualian. Masyarakat Kanada sering dipandang sebagai rombongan orang-orang paling baik hati sedunia. Sikap MQRP tak hanya menegaskan stereotip ini, namun juga menunjukkan betapa seriusnya Kanada dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi warganya.

Sineas Michael Moore pernah membuat film dokumenter Sicko (2007) yang secara pedas mengkritik sistem pelayanan kesehatan di Amerika Serikat yang terlampau liberal hingga kerap mengorbankan pasien. Ia mencontohkan Kanada—selain Perancis dan Kuba—yang mampu bertindak sebaliknya. Kanada mengaplikasikan sebuah sistem pelayanan kesehatan yang bersifat universal, dan kini menjadi salah satu yang terbaik di dunia.

Sistem pelayanan kesehatan Kanada bernama Medicare, kependekan dari Medical Care Act, yang disahkan melalui Undang-Undang Kesehatan Kanada pada 1984. Prinsip universalitas membuat semua orang berhak menerima pelayanan medis yang dibutuhkan, demikian menurut website resmi pemerintah Kanada.

Ada 13 provinsi dan teritorial yang mengelola program Medicare-nya sendiri-sendiri—dengan sedikit perbedaan, misalnya dalam hal perawatan gigi atau obat yang diterima pasien. Mayoritas pelayanannya bersifat gratis alias ditanggung negara. Pemerintah Kanada menghabiskan dana yang besar untuk menjalankan Medicare. Dana itu mereka dapat dari pemberlakuan pajak progresif kepada warga Kanada dan kerja sama dengan pihak swasta.

Dalam catatan Commonwealth Fund, 30 persen pengeluaran pemerintah untuk Medicare didapatkan dari sektor swasta. Sementara dalam riset Carlos Quinonez dan Paul Grootendorst di tahun 2011 menyatakan hampir seluruh pengeluaran pemerintah Kanada untuk pelayanan perawatan gigi berasal dari pemasukan non-pemerintahan.

Sejumlah legislator Kanada telah lama berjuang agar ada peningkatan anggaran untuk membiayai program pelayanan kesehatan nasional—yang sebetulnya sudah tergolong tinggi dibandingkan negara lain. Harapannya, peningkatan anggaran bisa dipakai untuk menutupi biaya layanan-layanan lain. Sayangnya perjuangan ini belum mencapai hasil yang diharapkan.

Menurut laporan Washington Post, pada 2009 pemerintah Kanada menghabiskan 11,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk menjalankan Medicare. Persentase ini tergolong salah satu yang tertinggi di antara anggaran kesehatan negara-negara Barat lain, apalagi jika disandingkan dengan anggaran di negara-negara ekonomi menengah-bawah.

Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau OECD rajin memuji hasil Medicare, terutama dalam perbandingan dengan negara lain. Dalam riset OECD yang dirilis tahun 2011 silam, Kanada meraih prestasi bagus dalam kesembuhan pasien penderita kanker payudara dan kanker kolorektal.

src="//mmc.tirto.id/image/2018/03/10/prestasi-medicare-untuk-kanada--mild--rangga-01_ratio-9x16.jpg" width="859" height="1527" alt="infografik prestasi medicare kanada" /

“Kanada juga melakukan pekerjaan yang baik dalam perawatan penyakit primer, sehingga mencegah rumah sakit mengeluarkan biaya mahal untuk mengatasi kondisi kronis seperti asma dan diabetes yang tak terkontrol,” catat OECD.

Tahun lalu Global Burden of Disease merilis hasil risetnya di jurnal The Lancet. Mereka melakukan analisis terhadap akses dan kualitas pelayanan kesehatan dari 195 negara dalam periode tahun 1990-2015. Variabel utamanya pada 32 penyakit yang seharusnya bisa dicegah atau disembuhkan, antara lain kanker testikular, kanker kulit, diabetes, penyakit jantung, tuberkulosis, tetanus, gangguan maternal dan neonatal, dan sebagainya.

Kanada mendapat skor yang baik, yakni 88, dan menempati urutan ke-17 bersama Belgia, Perancis, Austria, dan Irlandia. Kanada berhasil dalam mencegah kematian akibat penyakit radang usus buntu, tuberkulosis, dan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Prestasi negara dengan lambang daun maple merah itu melampaui tentangganya, AS, yang merosot di urutan ke-35.

Melalui Medicare, Kanada juga mendapat reputasi membanggakan lain. Misalnya berada di urutan ke-16 dalam daftar negara dengan sistem kesehatan terbaik versi Legatum Institute (2016), urutan ke-20 negara terbaik untuk menjadi ibu versi Save the Children (2015), urutan ke-12 negara tersehat untuk tinggal pendatang versi InterNations (2017), dan urutan ke-12 di indeks harapan hidup versi WHO (2015) dengan rata-rata 82,2 tahun.

Medicare bukan sistem tanpa cela. Selama ini salah satu kritikan terbesar kepada Medicare adalah waktu tunggu pasien untuk mendapatkan perawatan masih lebih lama dibanding negara lain. Kembali ke riset Commonwealth Fund, pada 2010 ditemukan bahwa 59 persen pasien Medicare harus menunggu hingga lebih dari empat minggu untuk bisa bertemu dengan dokter spesialis.

Pemerintah Kanada tahu jika persoalan tersebut tergolong klasik. Sejak 2005 pemerintah di ke-13 provinsi dan teritorial mulai membuat beragam kebijakan baru untuk memangkas waktu tunggu. Commonwealth Fund mencatat kebijakan-kebijakan baru berhasil mempersingkat waktu tunggu bagi pasien pergantian sendi, masalah penglihatan, operasi jantung, dan pemindaian area tubuh.

Kebijakan Medicare tentu tak terlepas dari kondisi politik di tingkat elite pusat maupun daerah. Jika sudah dirasa mengkhawatirkan, sebagaimana perjuangan para perawat Quebec dalam beberapa bulan terakhir, para pekerja medis Kanada tak segan-segan menekan pemerintah mulai dari bentuk petisi hingga aksi demonstrasi. Muaranya tak jauh-jauh dari pelayanan kesehatan terbaik yang ingin diberikan pada seluruh warga Kanada.

Baca juga artikel terkait PELAYANAN KESEHATAN atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Windu Jusuf