Menuju konten utama
Pemilu Serentak 2024

Dinamika Perebutan Kursi DPR di Dapil Jogja: Sultan Berpengaruh?

Selain PDIP, PAN juga memiliki akar rumput yang kuat di Provinsi DIY. Bagaimana strategi mereka berebut kursi DPR pada 2024?

Dinamika Perebutan Kursi DPR di Dapil Jogja: Sultan Berpengaruh?
Header Pileg. tirto.id/quita

tirto.id - Daftar Caleg Sementara (DCS) DPR RI Daerah Pemilihan Daerah Istimewa Yogyakarta (Dapil DIY) diwarnai oleh sejumlah figur populer. Dari nama putri Presiden RI ke-2 Soeharto, Siti Hediati Soeharto atau Titiek Soeharto yang duduk di nomor urut satu caleg Partai Gerindra hingga putri Amien Rais, Hanum Salsabiela Rais. Hanum memilih mundur dari Fraksi PAN di DPRD DIY untuk masuk menjadi caleg DPR RI dari Partai Ummat nomor urut satu.

PDIP yang merupakan partai pemenang Pemilu 2019 dari dapil Jogja, juga memasang beberapa tokoh ternama. Dari My Esti Wijayati yang merupakan petahana dan anggota Komisi X DPR RI, mantan pemain tenis Yayuk Basuki hingga budayawan Totok Hedi Santoso.

Strategi PDIP dalam penempatan kadernya di dalam surat suara patut dibaca oleh para pesaingnya. Hal itu mengingat PDIP menjadi pemenang dalam proses pemilihan legislatif di DIY dengan perolehan suara 29,94 persen. Kepada reporter Tirto, Ketua DPP Bappilu PDIP, Bambang Wuryanto atau akrab disapa Bambang Pacul mengungkap strategi partainya untuk mempertahankan kursi dari dapil ini.

Pacul menyebut untuk memenangkan kursi Pileg, PDIP menggunakan strategi catenaccio. Strategi ini merujuk pada sistem taktis dalam permainan sepak bola yang menitikberatkan kekuatan pada pertahanan. Catenaccio dikutip dari Bahasa Italia yang berarti kunci yang mempertahankan strategi permainan dengan pertahanan yang terorganisir dan efektif agar lawan kesulitan menyerang atau mencetak gol.

Pacul juga menyampaikan proses pemenangan di Dapil DIY sama seperti yang dilakukan partai berlambang kepala banteng moncong putih di Jawa Tengah.

“Jateng dan DIY dalam mempertahankan kemenangan memakai strategi catenaccio. Strategi grendel yang dipakai tim sepak bola Italia dalam World Cup," kata Bambang Pacul saat dihubungi Tirto pada Minggu (10/9/2023).

Bambang Pacul juga mendetailkan penempatan para kader dan simpatisan di DIY dalam sejumlah regu pemenangan. Dia membaginya dalam lima kelompok yang setiap kelompok disebut dengan grendel.

“Grendel satu berisikan pasukan bintang-bintang, grendel kedua berisikan pasukan gorong-gorong, grendel ketiga berisikan pasukan burung hantu, grendel keempat berisikan pasukan cheerleader dan ibu-ibu yang tergabung dalam senam sicita yang kerap diadakan PDIP,” kata dia.

PDIP juga menyiapkan pasukan cadangan yang ditempatkan di setiap wilayah kabupaten dan kota. Pacul menyebut pasukan cadangan ini siap digerakkan setiap waktu apabila dibutuhkan.

“Kami siapkan satuan setingkat peleton di setiap kabupaten dan kota sebagai pasukan cadangan yang bisa digerakkan dengan cepat jika dibutuhkan,” ujarnya.

Selain PDIP, PAN juga memiliki akar rumput yang kuat di Provinsi DIY. Hal itu disebabkan latar belakang masyarakat Jogja sebagian besar dari kalangan Muhammadiyah yang lekat dengan PAN. Sekretaris DPW PAN DIY, Indaruwanto Eko Cahyono tak menampik bila mereka rutin berkomunikasi dengan pengurus dan masyarakat Muhammadiyah di berbagai level.

“Selama ini kader-kader PAN selalu berkomunikasi dan silaturahmi dengan persyarikatan. Termasuk dukungan dari PAN di rekomendasi Rakerwil DPW PAN DIY untuk mendukung dan memenangkan Bapak Syauqi calon DPD RI dari Muhammadiyah,” kata Indaruwanto saat dihubungi pada Minggu (10/9/2023).

PAN DIY juga menyiapkan sejumlah nama besar untuk dicalonkan sebagai caleg DPR RI. Di antaranya mantan Bupati Sleman, Sri Purnomo dan Bendahara Umum DPP PAN, Totok Daryanto. Meski dua nama tersebut, merupakan tokoh nasional dan mantan pejabat publik, tapi PAN menempatkan Sri Purnomo dan Totok di nomor terakhir. Indaruwanto beralasan penempatan DCS saat ini masih menggunakan huruf abjad, dan akan direvisi bila sudah ditetapkan dalam Daftar Caleg Tetap (DCT).

“Jadi di PAN sekarang masih dalam DCS yang menggunakan pakan abjad. Untuk penomoran urut besok menjelang DCT. Itu bagian dari strategi dalam rekrutmen bakal caleg baru yang akan bergabung. Jadi semua bakal caleg punya peluang yang tergantung skoring dan penilaian DPP," ungkapnya.

Saat dikonfirmasi apakah keberadaan Partai Ummat akan menjadi pesaing dari PAN, Indaruwanto membenarkannya. Terutama, setelah sejumlah kader PAN yang merupakan putra dan putri pendiri Partai Ummat, Amien Rais, keluar dari PAN.

“Hal itu berpengaruh, tapi kami sudah antisipasi. Kita tidak terpaku pada figur orang per orang. Insyaallah dengan kerja organisasi kami yakin bisa tetap meraih dan mempertahankan suara kami," ungkapnya.

Caleg DPR DIY Tidak Bersandar pada Coattail Effect Capres

Dinamika perebutan kursi caleg DPR RI dari Dapil DIY sebagian besar tidak menggantungkan harapan kepada coattail effect tiga capres, meski belum mendaftar ke KPU RI. Wakil Ketua DPRD DIY dari Fraksi PKS, Huda Tri Yudiana mengungkapkan, partainya tidak berpatokan pada efek ekor jas capres yang akan didukung. Dia mengklaim gerak kader PKS di akar rumput menjadi lebih penting daripada bersandar pada nama besar capres.

“Kami ada target yang ditetapkan oleh PKS DIY yaitu 15 persen. Langkah-langkah masif dilakukan kader dan struktur sampai bawah," ujarnya.

Hal serupa juga disampaikan Bambang Pacul, bahwa coattail effect dari capres hanya berkisar di angka 0,5 sampai 4 persen untuk prosentase pemenangan. Seperti PKS, PDIP lebih menekankan pada kerja-kerja kader di akar rumput.

Coattail effect itu kita perhitungkan belakangan saja,” terangnya.

Indaruwanto dari PAN menambahkan, pihaknya tidak terlalu mengandalkan dampak dari efek ekor jas capres. Di antara alasannya adalah belum adanya cawapres yang didukung oleh PAN. Sehingga coattail effect masih perlu kajian lebih lanjut oleh PAN.

“Terkait coattail effect itu perlu kajian lebih lanjut termasuk juga cawapresnya nanti siapa. Tetapi harapannya kami dengan PAN mendukung capres yang bisa diterima masyarakat di DIY dan harapannya bisa berdampak positif pada PAN,” kata dia.

Dosen Ilmu Pemerintahan Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Bayu Dardias menambahkan, dalam pengamatannya coattail effect capres kepada perolehan suara pileg tidak berdampak signifikan. Hal itu berdasarkan risetnya di Pemilu 2019, coattail effect tidak berdampak signifikan di perolehan caleg.

Coattail effect theory sampai saat ini masih hanya teori. Tidak terbukti di 2019," jelasnya.

DIY dan Pengaruh Tokoh Politik Lokal

Sebagai daerah istimewa, DIY memiliki sejumlah tokoh lokal yang dianggap mampu menggenjot suara para caleg untuk maju ke Senayan. Ada sejumlah nama, dari Sultan HB X hingga tokoh keagamaan seperti Amien Rais yang juga pendiri Partai Ummat.

Seperti PAN, mereka berkomitmen untuk memiliki hubungan baik dengan Kasultanan dan Pakualaman. Sebagai pemegang peran penting dalam kepemimpinan adat dan politik lokal karena menjabat sebagai gubernur. Indaruwanto menyampaikan, kedekatan mereka dengan Kasultanan juga sebagai bentuk komitmen untuk kesejahteraan rakyat.

“PAN punya komitmen salah satunya mensejahterakan masyarakat Yogyakarta yang dalam hal ini harus bersama-sama dengan pengambil kebijakan dalam hal ini Sultan,” ujarnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh PDIP. Sebagai partai yang getol keistimewaan DIY saat ada wacana pembahasan RUU Keistimewaan, Pacul membenarkan hal itu menjadi bagian dari histori mereka yang masih terjaga hingga saat ini.

“Silakan saja, itu catatan," kata Bambang Pacul.

Berbeda dengan PAN dan PDIP yang telah eksis, Partai Ummat mengungkap tidak perlu berupaya mendekati Sultan HB X. Ketua DPW Partai Ummat DIY, Dwi Kuswantoro menganggap, posisi Sultan HB X sebagai publik figur biasa yang perlu berdiri di atas dan untuk semua golongan.

“Kami melihat hal itu sebagai positif, dan semua orang ingin dekat beliau akan mendapat posisi yang sama," ujarnya.

Dwi menyebut, Amien Rais selaku petinggi Partai Ummat juga punya pengaruh kuat di DIY sebagai daya tarik untuk pemilihan partai tersebut. Dirinya menjelaskan posisi Amien diterima oleh semua kalangan dan kelompok di DIY.

“Pak Amien di Jogja cukup dihormati terutama di kalangan kelompok Islam modern. Terutama dari kelompok Muhammadiyah, HMI dan kelompok laskar karena sifatnya Pak Amien itu tegas,” jelasnya.

Selaku pengamat politik, Bayu Dardias juga menanggapi bahwa kedekatan dengan Kasultanan tidak terlalu berdampak pada perolehan pileg. Walaupun demikian, posisi Kasultanan tetap penting sebagai tokoh tradisional yang dihormati.

“Kalau mengalahkan mungkin susah. Kuncinya seperti yang dilakukan PDIP, pengorganisasian dan soliditas partai," kata Bayu.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2024 atau tulisan lainnya dari Irfan Amin

tirto.id - Politik
Reporter: Irfan Amin
Penulis: Irfan Amin
Editor: Abdul Aziz