Menuju konten utama

Danantara Prioritaskan Proyek WTE di Kota dengan Sampah Terbesar

Proyek ini akan diprioritaskan di kota-kota besar yang menghasilkan sampah minimal 1.000 ton per hari.

Danantara Prioritaskan Proyek WTE di Kota dengan Sampah Terbesar
Managing Director Investment BPI Danantara, Stefanus Ade Hadiwidjaja dalam acara Katadata SAFE, di Kempinski Grand Ballroom, Jakarta, Kamis (11/9/2025). tirto.id/ Nanda Aria Putra

tirto.id - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) berencana masuk ke dalam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) sebagai platform pengolahan sampah menjadi energi atau waste to energy (WTE).

Managing Director Investment BPI Danantara, Stefanus Ade Hadiwidjaja, mengatakan langkah ini diambil untuk menjawab persoalan sampah yang kian menggunung dan belum tertangani secara optimal di berbagai kota besar Indonesia.

Ia menyebut bahwa Indonesia memproduksi 35 juta ton sampah setiap tahunnya. Menurutnya, jika sampah ini ditumpuk di Jakarta dengan ketinggian 20 cm, maka seluruh wilayah ibu kota akan penuh terselubung sampah.

“Satu orang terutama yang di urban, di kota besar itu menghasilkan sampah 1 kg satu hari. Ya bisa dihitung aja tuh berapa besar yang bisa dihasilkan oleh berbagai kota di Indonesia,” kata Stefanus dalam acara Katadata SAFE, di Kempinski Grand Ballroom, Jakarta, Kamis (11/9/2025).

Paling memprihatinkan, sambungnya, sekitar 60 persen dari total sampah tersebut belum dikelola dengan benar. Hanya 38 persen yang terkelola, dan itupun belum optimal karena sebagian besar masih mengandalkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Stefanus menegaskan bahwa TPA bukanlah solusi akhir, malah kerap memunculkan masalah baru, seperti longsor di TPA Leuwi Gajah yang menelan korban jiwa atau kebakaran di TPA Bali akibat gas metana.

“TPA ini satu solusi tapi belum optimal. Oleh karena itu kita mau ada program penting dari pemerintah, dari Pak Presiden yang punya visi untuk membersihkan ini,” ujarnya.

Ke depan, Danantara akan fokus membangun platform WTE dengan kolaborasi berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, Kementerian Lingkungan Hidup, Kemenko Infrastruktur, PLN, serta investor private dan global. Proyek ini akan diprioritaskan di kota-kota besar yang menghasilkan sampah minimal 1.000 ton per hari.

“Satu project yang akan kita mulai eksekusi dengan segera mungkin dengan fokus beberapa kota besar dulu,” ucapnya.

Inspirasi pengolahan sampah menjadi energi ini berasal dari berbagai negara di dunia. Dia menjelaskan, negara-negara seperti Jepang, Cina, Singapura, Inggris, dan Swedia telah lama memanfaatkan WTE ini.

Mereka telah mengolah rata-rata 70 persen sampah menjadi energi listrik atau energi terbarukan. Cina misalnya, hanya 25 persen sampah yang berakhir di TPA, 70 persen di antaranya menjadi WTE dan 5 persen lainnya didaur ulang.

Begitu pula Singapura, 88 persen sampah mereka bahkan diolah menjadi WTE dan 12 persen sisanya didaur ulang, hingga tak ada yang berakhir di TPA.

“Nah ini salah satu model kita akan coba berinvestasi dengan membuat platform WTE. Dan balik lagi bahwa kolaborasi itu penting. Ini salah satu program penting dari Danantara,” tuturnya.

Baca juga artikel terkait DANANTARA atau tulisan lainnya dari Nanda Aria

tirto.id - Insider
Reporter: Nanda Aria
Penulis: Nanda Aria
Editor: Dwi Aditya Putra