tirto.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut hampir 42 ribu orang di Gaza mengalami cedera yang mengubah hidup. Jumlah ini setara dengan seperempat orang yang mengalami berbagai cedera di Gaza.
Sebanyak lebih dari 10 ribu penyandang disabilitas tersebut di antaranya adalah anak-anak. Mereka yang mengalami cedera parah dipicu buruknya sistem kesehatan di Gaza.
“Cedera yang mengubah hidup ini mencakup seperempat dari semua cedera yang dilaporkan, dari total lebih dari 167.300 orang terluka sejak Oktober 2023,” kata Rik Peeperkorn, Perwakilan WHO di Tepi Barat dan Gaza.
Laporan WHO yang dirilis pada laman United Nation (UN/PBB) pada Kamis (2/10/2025) tersebut juga menyebutkan, lebih dari 5 ribu orang mendapatkan amputasi dan cedera parah di lengan, kaki, sampai sumsum tulang belakang.
Peeperkorn menjelaskan, saat ini kebutuhan untuk mengatasi kasus trauma makin banyak. Di sisi lain, puluhan pekerja yang menangani rehabilitasi tewas. Fasilitas kesehatan juga sangat terbatas.
Jumlah tempat layanan kesehatan di Gaza tersisa kurang dari 14 dari 36 rumah sakit yang ada. Itu pun hanya dapat berfungsi sebagian.
Lalu, layanan rehabilitasi beroperasi kurang dari dari sepertiganya. Beberapa layanan rehabilitasi tersebut juga terancam tutup.
Ibu Hamil Melahirkan di Luar Faskes
Masalah kesehatan juga dialami para ibu hamil di Jalur Gaza. Jumlah ibu yang mengandung dan terjebak di Gaza mencapai 55 ribu wanita.
Badan kesehatan reproduksi PBB, UNFPA, mencatat, puluhan ribu ibu hamil ini juga harus berjuang untuk bertahan di pengungsian. Mereka mesti melawan kelaparan parah, ancaman bom hingga masalah kekurangan gizi.
Sekira 130 bayi lahir setiap harinya di Gaza. Lebih dari seperempatnya melahirkan dengan operasi Caesar.
Setiap pekan, sedikitnya ada 15 wanita melahirkan di luar fasilitas kesehatan. Satu dari lima bayi yang lahir mengalami kondisi prematur dengan berat badan lahir rendah.
“Melihat banyaknya ibu-ibu dengan bayi baru lahir di koridor, rumah sakit menjadi kewalahan karena buruknya layanan kesehatan,” kata James Elder dari UNICEF.
Kasus cedera yang sangat banyak ini turut menimbulkan luka psikologis. Mereka yang cedera sebenarnya juga perlu mendapatkan rehabilitasi kesehatan mental dan perawatan inklusif disabilitas.
“ Para penyintas berjuang melawan trauma, kehilangan, dan kelangsungan hidup sehari-hari di mana layanan rujukan psikososial masih terbatas,” ujar Peeperkorn.
WHO menyampaikan berbagai jenis piranti yang dibutuhkan untuk menunjang layanan kesehatan di Gaza saat ini. Kebutuhan tersebut meliputi bahan bakar, pasokan medis, prostetik hingga alat bantu. Tenaga medis juga memerlukan perlindungan yang memadai.
Evakuasi medis turut menjadi prioritas. Lebih dari 15 ribu orang memerlukan perawatan khusus di luar Gaza. Dari jumlah itu, 3.800 di antaranya anak-anak.
Jalannya evakuasi medis memerlukan kerja sama dengan berbagai negara. Mereka yang mengalami masalah kesehatan diharapkan bisa mendapatkan layanan kesehatan layak dalam penanganan, hingga pada pemulihannya.
“ Kita membutuhkan lebih banyak negara untuk menerima pasien , dan pemulihan jalur rujukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur,” kata Peeperkorn
Simak berbagai berita internasional di Tirto.id melalui tautan berikut:
Editor: Iswara N Raditya
Masuk tirto.id


































