tirto.id - Dalil tentang puasa Rajab di antaranya terdapat dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, hadis riwayat Abu Dawud, hadis riwayat An-Nasai, hingga hadis riwayat Muslim.
Rajab merupakan salah satu bulan haram yang mulia dalam Kalender Hijriah di samping Zulkaidah, Zulhijah, dan Muharam. Hal ini karena di bulan tersebut terdapat banyak amalan sunah yang dapat dilakukan seperti puasa Rajab.
Puasa Rajab sebenarnya sama layaknya amalan siam di bulan-bulan lainnya. Beberapa contoh puasa yang dapat dilaksanakan di bulan Rajab seperti puasa Senin dan Kamis hingga puasa Ayyamul Bidh (Hari-hari putih).
Puasa Ayyamul Bidh merupakan puasa sunah yang lazimnya dikerjakan umat Islam pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan sesuai penanggalan Hijriah. Perbedaan pelaksanaan puasa Rajab dengan siam di waktu-waktu biasa adalah adanya pahala yang dilipatgandakan. Hal ini sejalan dengan hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas Ra. sebagai berikut:
“Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak,” (Lataif Al-Ma'arif, 2009: 207).
Sebenarnya, dalam Islam sendiri terdapat puasa-puasa sunah lain yang dianjurkan dilaksanakan ketika bulan Rajab. Namun, puasa-puasa tersebut hingga sekarang ini masih menjadi perdebatan para ulama.
Beberapa puasa sunah Rajab yang masih mengalami perdebatan meliputi puasa 1 Rajab, puasa Kamis Minggu pertama Rajab, puasa nisfu Rajab, puasa 27 Rajab, hingga puasa awal, pertengahan, serta akhir Rajab.
Perdebatan sunah pelaksanaan puasa tersebut terletak pada dalilnya. Semua hadis yang menyunahkan beberapa jenis puasa Rajab di atas berkategori lemah atau daif. Meskipun demikian, sebagian ulama Mazhab Syafi’i dan mayoritas ulama Mazhab Hanbali tetap menyunahkan pelaksanaan beberapa puasa Rajab tersebut.
Dasar pembolehan ulama Mazhab Syafi’i dan Hanbali tersebut adalah hadis daif tetap dapat digunakan, selagi dilakukan untuk dasar amalan sunah serta demi keutamaan amal (fada’ilul a’mal).
Daftar Dalil tentang Puasa Rajab Beserta Lafal dan Artinya
Berikut ini daftar dalil tentang puasa Rajab beserta lafal dan artinya:
Hadis Riwayat Abu Dawud
صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ
“Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah! Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah! Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah!,”(HR. Abu Dawud dan yang lainnya).
Hadis Riwayat An-Nasai
قاَلَ أَ بُوْ ذَ رٍّ اْ لغِفَّا رِى رَضِىَ ا اللهُ عَنْهُ: أَ مَرَ نَا رَ سُوْلُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَنْ نَصُوْ مَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلَا ثَةَ أَيَّا مٍ اْلبِيْضِ ثَلَاثَ عَشْرَةَوَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ قَالَ : هِىَ كَصَوْمِ الدَّ هْرِ
“Berkata Abu Dzar Al Ghiffary: ‘Rasulullah saw. menyuruh kepada kita untuk melakukan puasa setiap bulan tiga hari putih [bulan bersinar cemerlang] yakni di hari tanggal 13, 14 dan 15, dan beliau bersabda, puasa [tiga hari pada tiap bulan] itu seperti puasa setahun,’”(HR. An-Nasai dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban).
Hadis Riwayat Muslim
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصوم حتى نقول لا يفطر ويفطر حتى نقول لا يصوم
“Rasul Saw. berpuasa sampai-sampai kami mengatakan beliau tidak meninggalkan puasa [puasa terus], dan Rasul Saw. tidak berpuasa sampai-sampai kami mengatakan beliau tidak berpuasa,”(HR. Muslim).
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Yulaika Ramadhani