Menuju konten utama

Contoh Cerpen Maulid Nabi Muhammad SAW Singkat dan Bermakna

Cerpen Maulid Nabi saw. singkat bisa menjadi media meneladani akhlak mulia Rasul saw. Cek contoh cerpen tentang Maulid Nabi di artikel ini.

Contoh Cerpen Maulid Nabi Muhammad SAW Singkat dan Bermakna
Ilustrasi Maulid Nabi. foto/istockphoto

tirto.id - Contoh cerpen seputar Maulid Nabi Muhammad saw. dapat dijadikan referensi. Mendekati Maulid Nabi, banyak cara dapat dilakukan untuk senantiasa meneladani Nabi Muhammad saw.

Berbagai upaya penting perlu dilakukan untuk terus mengenal pribadi Rasulullah saw. Mulai dari membaca buku-buku sirah nabawi, terus mengaji, dan belajar agama dengan tertib dan baik, hingga mempelajari hadis-hadis Nabi saw.

Kisah tentang Nabi Muhammad saw. dapat memberi gambaran tentang pribadi Rasul saw. Salah satu wujud kisah seputar Nabi Muhammad saw. dapat dituangkan dalam cerpen.

Cerpen tentang Maulid Nabi bisa memperkaya ilmu anak-anak supaya semakin mengenal pribadi agung Rasulullah saw. Selain itu, cerpen dapat menjadi salah satu media untuk meneladani akhlak beliau. Guru dapat mencari referensi cerpen tentang Maulid Nabi untuk disampaikan pada anak-anak.

Lantas, seperti apa contoh cerpen Maulid Nabi? Simak referensi contoh cerpen Maulid Nabi di artikel ini.

3 Contoh Cerpen tentang Maulid Nabi Muhammad saw.

Tulisan nabi muhammad

Tulisan nabi muhammad. FOTO/iStock

Cerpen seputar Maulid Nabi saw. dapat disampaikan pada generasi muda, terutama anak-anak untuk meneladani akhlak mulia Rasulullah saw. Momentum Maulid Nabi saw. bisa dimanfaatkan secara optimal untuk mengingatkan generasi muda supaya senantiasa meneladani Rasulullah saw. dalam kehidupan sehari-hari.

Akhlak Rasul saw. adalah akhlak mulia dan pribadi Rasul saw. merupakan suri tauladan atau uswah hasanah bagi umat manusia. Seluruh pemikiran, perkataan, dan tindakan Rasulullah saw. menjadi panduan utama umat Islam untuk berpikir, berkata-kata, dan bertindak.

Seruan untuk meneladani akhlak mulia Rasulullah saw. dapat dituangkan dalam berbagai cara. Salah satunya melalui media sastra berupa cerpen.

Cerpen dengan tema Maulid Nabi saw. berisi kandungan makna seputar keteladanan Rasulullah saw. Karya sastra berupa cerpen tidak hanya sebagai hiburan semata, tetapi juga berisi kandungan pesan moral supaya umat Islam senantiasa mencinta Nabi saw.

Berikut contoh cerpen tentang Maulid Nabi yang dapat dijadikan media untuk meneladani akhlak mulia Rasulullah saw.

1. Cerpen tentang Maulid Nabi: Lentera di Malam Maulid

ilustrasi maulid nabi. (istockphoto)

ilustrasi maulid nabi. (istockphoto)

Kampung kecil di pinggir kota itu tampak lebih terang dari biasanya. Banyak lampu berjejeran menghias pemandangan. Sepanjang jalan terang dari lampu kecil ini terus tampak. Obor kecil di tangan anak-anak pun berderet membentuk cahaya mirip bintang yang turun ke bumi.

Fahri duduk termenung di suatu panggung sederhana yang berada di dekat masjid. Ia ditunjuk untuk melantunkan shalawat di depan warga pada acara Maulid Nabi.

“Abi, aku takut salah...” ujar Fahri. Perasaan ragu dan cemas ada tampak di wajahnya.

Ibunya tersenyum lembut. “Nak, jangan takut. Rasulullah tidak menilai suara kita merdu atau tidak. Beliau menilai hati kita yang tulus saat bershalawat.”

Fahri pun menunduk. Ia berusaha meyakinkan diri dan menguatkan hati. Tak lama kemudian namanya dipanggil, ia melangkah ke panggung. Tangannya gemetar, tetapi ia menarik napas dalam-dalam.

“Allahumma shalli ‘ala Muhammad…” suaranya pelan di awal, lalu semakin kuat, jernih, dan indah. Jamaah yang hadir ikut larut, sebagian bahkan menitikkan air mata.

Begitu selesai, Fahri turun dengan lega. Seorang ustaz mendekatinya.

“Nak, lantunanmu indah sekali,” ujarnya.

“Tapi saya sempat gugup, Ustaz.”

“Tidak apa-apa. Ingatlah, Rasulullah saw. lebih senang jika umatnya menjaga salat, jujur, dan berakhlak baik. Salawatmu malam ini adalah awal, tetapi amalmu sehari-hari adalah kelanjutannya.”

Fahri tersenyum kecil. “Saya mengerti, Ustaz. Mulai sekarang, saya ingin membuktikan cinta saya kepada Rasulullah lewat perbuatan.”

Cerpen singkat tentang Maulid Nabi di atas mengajarkan bahwa cinta kepada Nabi bukan hanya lewat pujian, melainkan juga lewat akhlak mulia.

2. Cerpen tentang Maulid Nabi: Hadiah Terindah untuk Rasulullah saw.

Maulid Nabi dirayakan dengan sukacita di sebuah sekolah. Spanduk besar bertuliskan “Cinta Rasulullah Sepanjang Masa” terpampang di halaman. Siswa-siswi mengikuti berbagai lomba dalam rangka Maulid Nabi. Mulai dari lomba azan, membaca puisi, hingga lomba tilawah dilaksanakan di sekolah ini.

Namun, Ali tampak termenung. Bersama tiga temannya, ia duduk di bawah pohon mangga.

“Rasanya kita harus melakukan sesuatu yang lebih istimewa,” ucap Ali.

“Seperti apa? Rasulullah sudah tiada. Apa yang bisa kita berikan?” tanya Budi.

“Betul,” tambah Rina, “kita tidak bisa memberi hadiah langsung kepada beliau.”

Ali teringat perkataan gurunya saat pelajaran agama. “Ustaz pernah bilang, hadiah terbaik untuk Rasulullah adalah meneladani akhlaknya. Bukankah beliau sangat menyayangi anak yatim?”

Mereka bertiga saling pandang, lalu tersenyum. “Kalau begitu, ayo kita kumpulkan uang jajan kita selama seminggu!” seru Ali.

Setelah tujuh hari, uang itu terkumpul cukup banyak. Mereka membeli sembako dan membagikannya kepada anak-anak yatim di sekitar sekolah. Saat menerima bantuan itu, seorang anak kecil berkata, “Terima kasih kakak-kakak, semoga Allah Swt. membalas kebaikan kalian.”

Mata Rina berkaca-kaca. “Aku merasa bahagia sekali.”

Guru mereka yang melihat peristiwa itu berkata, “Anak-anakku, inilah hadiah terbaik untuk Nabi. Beliau pasti gembira melihat umatnya saling berbagi dan menyayangi anak yatim.”

Ali tersenyum puas. “Sekarang aku mengerti, hadiah bukanlah benda mewah, tapi perbuatan baik yang tulus.”

Berdasarkan cerpen singkat tentang Maulid Nabi di atas, dapat dipetik pelajaran bahwa mengasihi sesama, terutama anak yatim adalah bentuk hadiah cinta yang paling indah untuk Rasulullah saw.

3. Cerpen tentang Maulid Nabi: Shalawat di Tengah Hujan

Ilustrasi maulid nabi Muhammad

Ilustrasi maulid nabi Muhammad. FOTO/iStockphoto

Sore itu langit mendung. Hujan deras mengguyur desa tempat Hasan tinggal. Padahal malam itu adalah acara Maulid Nabi di masjid. Banyak warga mulai ragu datang.

Hasan kecil menatap ibunya. “Bu, aku mau berangkat.”

Ibunya khawatir. “Nak, hujannya deras sekali. Bagaimana kalau kau sakit?”

Hasan menggeleng. “Aku ingin sekali bershalawat malam ini. Rasulullah tidak pernah menyerah menghadapi kesulitan, kan? Aku juga tak boleh menyerah hanya karena hujan.”

Dengan payung tua di tangannya, Hasan melangkah ke masjid. Sesampainya di sana, jamaah hanya sedikit. Namun ketika lantunan shalawat dimulai, Hasan bernyanyi dengan suara lantang.

“Allahu shalli ‘ala Muhammad…”

Suaranya polos, tetapi penuh semangat. Jamaah yang hadir menoleh, terharu mendengar suara seorang anak kecil yang begitu ikhlas.

“Masya Allah, semangatnya luar biasa,” bisik seorang bapak.

Perlahan, orang-orang datang meski hujan belum reda. Masjid yang semula sepi menjadi ramai. Semua ikut bershalawat bersama.

Usai acara, ustaz mengusap kepala Hasan.

“Semangatmu menghidupkan masjid ini, Nak. Rasulullah pasti bangga padamu.”

Hasan tersenyum malu. “Aku hanya ingin Rasulullah tahu bahwa aku mencintainya.”

Mencintai dan meneladani Rasulullah saw. harus terus diupayakan sepanjang hayat. Jangan sampai rasa cinta pada Rasulullah padam begitu saja.

Semangat kecil untuk mencintai dan meneladani Rasulullah saw. perlu terus dipupuk. Upaya mencintai Rasulullah saw. pun dapat diwujudkan dengan berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari.

Simak berbagai informasi lain seputar Maulid Nabi Muhammad saw. melalui kumpulan artikel Tirto:

Cek Kumpulan Artikel Maulid Nabi

Baca juga artikel terkait MAULID NABI 2025 atau tulisan lainnya dari Nurul Azizah

tirto.id - Edusains
Kontributor: Nurul Azizah
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Nurul Azizah & Yulaika Ramadhani