Menuju konten utama

Rangkuman tentang Maulid Nabi Muhammad SAW & Fakta-Faktanya

Fakta-fakta seputar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang akan jatuh pada Kamis, 28 Agustus 2023 atau 12 Rabiul Awwal 1445 Hijriah. Berikut selengkapnya.

Rangkuman tentang Maulid Nabi Muhammad SAW & Fakta-Faktanya
Ilustrasi sejarah maulid nabi

tirto.id - Terdapat sejumlah fakta yang menarik untuk disimak seputar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang akan jatuh pada Kamis, 28 Agustus 2023 atau 12 Rabiul Awwal 1445 Hijriah.

Maulid Nabi diperingati umat muslim seluruh dunia untuk mengenang hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Umat Islam mempercayai bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, yang mana kelahirannya di muka bumi adalah berkah bagi seluruh alam semesta.

Maulid Nabi adalah momen penting yang dianggap sebagai waktu yang tepat untuk merenungkan ajaran dan kehidupan Nabi Muhammad serta merayakan semangat spiritualnya.

Perayaan Maulid Nabi dapat berupa berbagai aktivitas, seperti pembacaan kisah kehidupan Nabi, ceramah keagamaan, pertemuan keluarga, bakti sosial, serta perayaan dengan menyajikan makanan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Di Indonesia, Maulid Nabi secara khusus diperingati sebagai hari libur nasional alias tanggal merah. Regulasi yang menjadi dasar utama tanggal merah Maulid Nabi Muhammad SAW setiap tahunnya adalah Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres RI) Nomor 251 Tahun 1967 tentang Hari-Hari Libur, yang ditanda tangani oleh Presiden Soeharto pada 16 Desember 1967.

Fakta Maulid Nabi Muhammad SAW

Berikut ini adalah beberapa fakta seputar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang perlu diketahui oleh muslim Tanah Air.

1. Arti dari maulid

Secara etimologi, istilah “Maulid” berasal dari bahasa Arab “Walada Yalidu Wiladan” yang berarti kelahiran. Kata ini biasanya disandingkan atau dikaitkan dengan Nabi Muhammad SAW.

2. Maulid nabi tidak diperingati dalam sejarah Islam awal

Header Kronik Ramadan Ibn Arabi

Header Kronik Ramadan Ibn Arabi

Peringatan kelahiran Nabi Muhammad tidak tercatat secara resmi dalam tradisi Islam awal, dan juga diyakini bahwa Nabi Muhammad sendiri tidak bermaksud agar para pengikutnya merayakan kelahirannya.

Namun, pada abad-abad awal Islam, mengadakan acara khusus untuk menghormati Muhammad adalah hal yang biasa dan sering kali mencakup pembacaan puisi. Menurut para sejarawan, hal inilah yang kemungkinan besar membuka jalan bagi perayaan Maulid.

3. Asal mula peringatan maulid

Moch Yunus dalam studinya berjudul “Peringatan Maulid Nabi: Tinjauan Sejarah dan Tradisinya di Indonesia” ada dua pendapat yang menengarai awal munculnya tradisi Maulid.

Pertama, tradisi Maulid pertama kali diadakan oleh khalifah Mu’iz li Dinillah, salah seorang khalifah dinasti Fathimiyyah di Mesir yang hidup pada tahun 341Hijriyah.

Kedua, Maulid diadakan oleh khalifah Mudhaffar Abu Said pada tahun 630 H yang mengadakan acara Maulid besar-besaran.

4. Nabi Muhammad lahir sebelum kalender hijriah ditemukan

Kalender hijriah resmi ditetapkan sebagai kalender umat Islam oleh Khalifah Umar bin Khattab pada 8 Rabi’ul Awwal tahun 17 H. Tahun pertama kalender hijriah diawali pada peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madina.

Sehingga, sebenarnya 12 Rabiul Awwal adalah tanggal konversi dari hari kelahiran Nabi Muhammad. Bangsa Arab kala itu menyebut tahun dengan menisbatkannya pada peristiwa besar yang terjadi. Pencatatan waktu kelahiran Nabi Muhammad SAW, misalnya, menyebut tanggal 12 Rabi'ul Awal tahun Gajah.

Sebab, pada tahun itu, terjadi peristiwa besar yang menyita perhatian, yakni upaya pasukan Abrahah meruntuhkan Ka'bah tetapi gagal.

5. Maulid Nabi salah satu alasan puasa sunnah hari Senin

Puasa sunnah pada hari Senin sebagian besar disarankan dalam tradisi Islam karena Rasulullah Muhammad SAW sendiri sering berpuasa pada hari Senin.

Beliau menganggap hari Senin adalah berkah baginya karena pada hari itu dia dilahirkan ke dunia, beliau diutus dan hari turunnya Al-Quran.

"Rasulullah SAW ditanya tentang puasa di hari Senin. Beliau menjawab, "Hari itu aku dilahirkan, dan hari itu aku diutus, serta Al Qur'an diturunkan padaku." (HR. Muslim)

6. Perayaan maulid tidak disebutkan dalam Al-Quran

Perayaan Maulid Nabi tidak memiliki dasar dalam Al-Quran, tetapi itu adalah tradisi budaya yang berkembang dalam sejarah Islam. Para ulama berpendapat bahwa peringatan ini adalah tradisi yang baik bagi umat Islam guna mempertebal iman.

7. Cara perayaan yang beragam

Perayaan Maulid Nabi di Turki

Ilustrasi Tari Darwis. foto/IStockphoto

Cara orang merayakan Maulid Nabi berbeda-beda di seluruh dunia, yang biasanya didasari oleh tradisi masyarakat setempat. Beberapa muslim merayakannya dengan membaca kisah kehidupan Nabi, sementara yang lain mengadakan prosesi, pertunjukan seni, atau memberikan sumbangan kepada yang membutuhkan.

8. Maulid Nabi dilarang di beberapa negara

Beberapa negara dengan mayoritas muslim seperti Arab dan Qatar mengharamkan perayaan Maulid Nabi karena dianggap sebagai bid'ah. Namun, di banyak negara lain, termasuk di Indonesia perayaan ini sangat populer dan diakui secara resmi.

9. Perdebatan tanggal pasti maulid

Para sejarawan klasik berpendapat bahwa tanggal 12 Rabi'ul Awal mungkin bukan tanggal kelahiran Nabi Muhammad.

Melansir laman Woman’s Day, para ahli berpendapat bahwa tanggal ini hanya secara populer dikutip sebagai tanggal kelahiran Nabi.

Hal ini bisa jadi karena ketika Maulid pertama kali dirayakan pada masa Dinasti Fatimiyah di Mesir, pemerintah memilih tanggal 12 Rabi'ul Awwal sebagai tanggal Maulid.

Yang kita tahu pasti adalah bahwa Nabi Muhammad pasti lahir pada hari Senin, dan kemungkinan besar di bulan Rabi'ul Awwal.

10. Hari libur nasional di sejumlah negara

Ilustrasi Kalender

Ilustrasi Kalender. foto/Istockphoto

Maulid Nabi adalah hari libur nasional di beberapa negara mayoritas muslim termasuk Indonesia. Negara lain yang menetapkan maulid sebagai hari libur nasional adalah Mesir, Aljazair, Bahrain, Irak, Kuwait, Indonesia, dan Yaman.

Baca juga artikel terkait MAULID NABI 2023 atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Yulaika Ramadhani