tirto.id - Transformasi Bali United yang mengubah pengelolaan klub dari perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka adalah terobosan baru bagi sepakbola Indonesia.
Dampaknya, Bali United menjadi klub pertama di Indonesia yang mau tak mau membuka segala hal legal dan keuangannya ke publik. Sebelumnya, dua aspek ini adalah hal tabu diungkap klub-klub di Indonesia; tabir yang serbagelap.
Pada 10 Juni lalu, PT Bali Bintang Sejatera, pengelola Bali United, merilis dokumen prospektus. Dokumen ini dirilis menjelang penawaran perdana saham di Bursa Efek Indonesia yang dimulai hari ini. Prospektus diharapkan membantu calon investor mengenal lebih dekat perusahaan. Segala jeroan perusahaan dibuka secara detail.
Dalam dokumen, tampak peran penting Bali United membantu finansial klub-klub Liga 1 dan Liga 2.
Relasi ini memperlihatkan PT Bali Bintang Sejahtera memiliki beberapa anak perusahaan. Salah satu di antaranya PT Kreasi Karya Bangsa. Hampir 90 persen perusahaan dimiliki PT Bali Bintang, 10 persen sisanya dipunyai Yabes Tanuri, pemilik saham dan pendiri Bali United.
Bantuan Bali United Mencarikan Sponsor Empat Klub Liga 1
Isi dokumen menyebutkan PT Kreasi Karya Bangsa, yang beroperasi sejak 1 April 2018, bergerak dalam bisnis agensi periklanan olahraga. Pada musim ini tercatat ada beberapa klub Liga 1 dan Liga 2 yang memakai jasa PT Kreasi untuk mencari iklan.
Di antaranya empat klub liga 1: Arema FC, PSIS Semarang, PSS Sleman, Semen Padang; dan dua klub liga 2: PSMS Medan dan Celebes FC.
CEO PSIS Semarang Yoyok Sukawi semula malu-malu saat ditanyai perihal ini. Namun, ia akhirnya mengaku dan tahu bahwa PT Kreasi adalah anak usaha Bali United.
“Enggak masalah kalau itu. Yang penting, kalau kami itu [melihatnya] bila ada produk sponsor masuk, agensinya dari akhirat pun juga boleh. Nyari sponsor itu susahnya setengah mati, kok,” ucapnya.
Konfirmasi juga diungkapkan oleh CEO PSS Sleman Viola Kurniawati. Namun, ia tak begitu paham soal siapa di balik PT Kreasi Karya Bangsa.
“Kerja sama dengan PT Kreasi benar. Tapi, soal itu [Bali United di balik PT Kreasi], saya enggak bisa berkomentar. Itu dari sebelum saya masuk [ke PSS],” ucapnya. Ia baru diangkat jadi CEO PSS sejak Mei lalu, sedangkan kerja sama antara PT Kreasi dan PSS terjalin sejak Februari 2018.
Manajer Divisi Bisnis dan Marketing Arema FC Yusrinal Fitriandi semula tak tahu jika PT Kreasi adalah anak usaha Bali United. "Setelah cukup lama, baru akhirnya kami tahu," katanya kepada Tirto.
Dalam dokumen prospektus tertuang tugas pokok PT Kreasi Karya Bangsa kepada tiga klub ini hanya menghubungkan satu sponsor, yakni Indofood. Di Arema, PSIS dan PSS, Indofood memang didapuk jadi sponsor utama. Itulah mengapa logo Indofood menempel di dada jersey tiga klub ini.
Sementara pada Semen Padang, PT Kreasi diberi wewenang mengurusi sponsorship produk PT Multistrada Tbk seperti produk ban Achilles dan Corsa.
Brand-brand yang disalurkan kepada empat klub Liga 1 lewat PT Kreasi itu sebenarnya memiliki ikatan dengan Bali United. Pemilik Indofood, yaitu Anthony Salim (Salim Group), dan Corsa/Archiles yakni Pieter Tanuri, mempunyai saham di Bali United.
Sebagai pendiri klub, Pieter memiliki 20,1 persen saham klub. Sedangkan Anthony Salim, orang terkaya kelima di Indonesia versi Forbes, lebih memilih menyamarkan kepemilikannya lewat PT Indolife Pensiontama. Saat ini PT Indolife memiliki 6,67 persen saham di PT Bali Bintang Sejahtera.
Di Arema, misalnya, Indofood memberikan dana segar Rp6 miliar per tahun; yang tak jauh berbeda diberikan Indofood kepada PSIS dan PSS Sleman. Begitu juga dana dari Archiles kepada Semen Padang.
Rentan Konflik Kepentingan?
Dengan daya tawar itu tentu posisi Bali United menjadi penting. Relasi bisnis ini bisa jadi dilematis dan rentan konflik kepentingan. Meski begitu, pihak Arema, PSS, dan PSIS menampik asumsi tersebut.
Yusrinal tak risih jika nanti ada yang menyindir Arema “dibantu” secara finansial oleh Bali United.
“Kenapa harus khawatir kalau memang bekerja secara profesional? Justru itu contoh buat industri bola modern,” katanya.
Komentar serupa dikatakan Viola dari PSS Sleman: ”Setahu saya ini murni bisnis."
"Aku sih lebih khawatir sama jadwal liga yang enggak pasti,” katanya.
Adapun Yoyok dari PSIS Semarang berkata bahwa kehadiran PT Kreasi Karya Bangsa membantu sekali menyelaraskan keinginan sponsor dan klub.
“Yang ngerti cara promosinya, timing-nya, kapan promosi, kapan launching, penempatannya di mana ... itu agensi,” katanya.
Yoyok memberi contoh bahwa seringkali kepentingan klub dan sponsor bertabrakan. Suatu ketika sponsor ingin salah seorang pemain ikut syuting, tapi pada hari itu berbenturan dengan jadwal pertandingan. Tanpa agensi yang paham sepakbola, biasanya klub harus legawa menerima keinginan sponsor. Namun, kondisi berbeda jika ada agensi yang paham bisnis sepakbola.
“Di sinilah peran agensi yang biasanya menengahi. Biasanya punya rencana jauh-jauh hari. Ini membantu sekali ke klub,” katanya.
“Intinya kami sangat terbantu dengan ada agensi. Bahkan dengan ada agensi begini, sekarang banyak produk-produk yang tadinya enggak tertarik dengan bola menjadi tertarik,” katanya, menegaskan sekali lagi sekalipun agensi itu milik klub rival selama dijalankan secara profesional.
Ucapan Yoyok ini senada penjelasan CEO Bali United Pieter Tanuri soal fokus bisnis PT Kreasi Karya Bangsa dalam bisnis marketing olahraga khususnya sepakbola.
Pieter mengatakan PT Kreasi dibentuk di tengah jalan dengan melihat prospek bisnis di bidang pemasaran olahraga, bukan hanya sepakbola.
"Ada sponsor yang bilang tertarik dengan sepakbola, tapi ketika bukan [jadi sponsor] Bali United, kok, penjualan produknya enggak meningkat sesuai harapan? Saya ingat Sari Roti, misalnya, yang akhirnya minta dibuatkan berbagai macam paket, termasuk hingga kegiatan. Jadi bukan cuma nempel di jersey, doang."
"Enggak bisa sponsor cuma nempel di jersey. Harus ada konten kreatif di medsos, dan kegiatan-kegiatan offline lainnya. Sponsor itu minta ke agensi lain, ternyata enggak punya pengalaman di sepakbola, enggak paham cara memasarkan sponsor ke dalam kegiatan [ke kalangan suporter], enggak ngerti cara menyesuaikan jadwal klub dengan pemain untuk event," ujar Pieter kepada Tirto.
"Yang dikhawatirkan [kalian], karena ikut mencarikan sponsor, nanti bisa atur-atur pertandingan, kan? Tidak semudah itu," kata Pieter kepada Tirto.
"Sponsorship itu terikat kontrak. Sebelum liga dimulai, sponsorship sudah diteken. Kalau sudah diteken, mau ngatur gimana? Klub bisa menggugat kalau sponsorship batal hanya karena, misalnya, enggak mau ikut mengatur pertandingan. Jatuhnya wanprestasi," ucapnya, lagi.
Bagi Pieter, bisnis adalah bisnis. "Sedekat-dekatnya saya dengan Pak Glenn Sugita [pemilik Persib], bahkan saya pernah di Persib, enggak pernah tuh pertandingan Persib vs Bali United ada yang aneh-aneh."
"Coba ingat-ingat pertandingan Persib vs Bali United menjelang akhir musim 2017. Bali masih berpeluang juara, Persib sudah enggak punya peluang. Kedua tim main normal, serius, ngotot. Apa saya dibantu? Enggak. Hasilnya seri. Padahal, kalau Bali menang, kami bisa naik ke puncak klasemen."
Posisi PT Kreasi Karya Bangsa yang jadi anak usaha Bali United menjadi keuntungan tersendiri. Klub ini dimiliki oleh sejumlah konglomerat Indonesia. Maka, besar kemungkinan ke depan PT Kreasi tak cuma memasarkan Indofood dan Corsa/Archiles. Sangat terbuka ia menjadi agensi bagi brand-brand Salim Group lain di pasar olahraga Indonesia.
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Fahri Salam