tirto.id - Hari Senin ini menjadi hari bersejarah bagi sepakbola saham Indonesia. PT Bali Bintang Sejahtera, yang menaungi Bali United, melantai di pasar modal dengan skema IPO alias initial public offering (penawaran perdana saham).
Jumlah yang ditawarkan sebanyak 2 miliar unit saham atau setara 33,33 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh kepada publik. Harga penawaran umum Bali United berada pada batas atas yang ditetapkan, yaitu Rp175 per saham, setelah mengalami perubahan dua kali; masing-masing dalam rentang Rp100-Rp150 per saham dan Rp155-Rp175 per saham.
Dengan demikian, dana yang akan diraup oleh klub sepakbola yang dibangun Pieter Tanuri dari aksi go public ini mencapai Rp350 miliar.
Emiten berkode saham BOLA ini memiliki tiga segmen kegiatan utama: manajemen klub sepakbola profesional, agensi olahraga, dan bisnis restoran.
Rencananya, dana hasil IPO digunakan buat modal kerja perseroan (60,5 persen), menambah modal anak-anak perusahaan (20,4 persen), dan belanja modal (19,1 persen).
Klub pertama di ASEAN dan kedua di Asia yang melantai di bursa ini cukup diminati investor. Saham Bali United bahkan mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed, menurut catatan PT Kresna Sekuritas, penjamin pelaksana emisi efek atau underwriter, bersama PT Buana Capital Sekuritas Indoensia.
Menurut CEO Bali United Pieter Tanuri, tingginya permintaan membuat nilai pemesanan melonjak hingga Rp730 miliar.
“Terus terang awalnya sempat underestimate, tapi ternyata setelah dibuka penawaran ke publik, responsnya bagus sekali,” ucapnya kepada Tirto, pekan lalu.
“Ada orang-orang biasa membeli walau hanya 1 lot saham. Ada dosen, ada office boy, guru, bahkan ada anak kecil yang memecahkan celengan untuk membeli.”
Direktur Utama Kresna Sekuritas Octavianus Budiyanto mengungkapkan kuatnya basis suporter klub sepakbola yang dibintangi Irfan Bachdim dkk., ini menjadi penyebab tingginya permintaan saham Bali United. Suporter tim yang dikenal dengan sebutan Semeton Dewata memborong saham tersebut.
“Jatah pooling (masa penawaran) hanya 1 persen senilai Rp3,5 miliar, tapi kemarin sudah ratusan miliar nilai pemesanan yang masuk," ujar pria yang akrab disapa Okky kepada Tirto. "Bagi masyarakat Bali, ini merupakan kebanggaan. Penawaran dilaksanakan di Bali karena kami ingin suporter mempunyai rasa memiliki terhadap klub Bali United.”
Auto Reject dan Ilikuid Setelah Dibeli Suporter
Segera setelah "merumput" di Bursa, saham Bali United dengan kode emiten BOLA dibuka melejit hingga 69,14 persen menjadi Rp296 per saham pada pembukaan perdagangan pukul 09.00.01. Kenaikan harga ini setara 69,14 persen. Harga ini bertahan hingga 10 menit awal perdagangannya.
Dengan kata lain, saham Bali United terkena auto reject atas.
Hal itu sudah diprediksi. Berlebihnya permintaan membuat saham emiten BOLA berpeluang mengalami auto rejection atau batas penghentian perdagangan saham otomatis oleh Jakarta Automated Trading System (JATS) pada perdagangan hari pertama di BEI.
Saat ini berlaku tiga kelompok batasan auto rejection berdasarkan SK Direksi BEI Kep-00096/BEI/08-2015 (PDF).
Namun, khusus pada perdagangan perdana, ada kebijakan khusus berupa dua kali lipat persentase batas maksimal atas serta bawah. Artinya, pada perdagangan perdana, emiten dengan harga saham Rp50-Rp200 memiliki batas pergerakan harga naik dan turun sebesar 70 persen. Sementara untuk harga saham rentang Rp200-Rp5.000 sebesar 50 persen. Sementara harga saham di atas Rp5.000 memiliki batas pergerakan harga naik dan turun 40 persen.
Dengan demikian, jika pada pembukaan perdagangan perdana harga saham menembus level Rp300 per saham, emiten Bali United dapat terkena auto reject.
“Kemungkinan auto rejection di hari pertama IPO berpeluang terjadi, apalagi kalau banyak pelaku pasar yang sangat minat terhadap saham tersebut. Kalau pelaku pasar tidak dapat pada saat book building (masa pembentukan harga), maka akan mengejar di pasar reguler di bursa,” ujar Reza Priyambada, pengamat pasar modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia.
Auto rejection juga turut dipengaruhi oleh rilis berita menggembirakan seputar ekspansi usaha perseroan, proyek baru, akuisisi bisnis perusahaan, serta laporan keuangan dan laporan kinerja tahunan yang mencatatkan hasil memuaskan. Auto rejection juga berpeluang terjadi saat cum date, yaitu tanggal terakhir untuk memiliki saham, dan turut mendapatkan hak atas aksi korporasi yang dilakukan oleh suatu emiten.
Secara historis, perdagangan perdana saham marak dihiasi auto rejection -- jadi hal ini jamak terjadi. Misalnya emiten FOOD, perusahaan perdana yang listing di BEI pada 2019.
Pencatatan perdana saham PT Sentra Food Indonesia Tbk mengalami kenaikan 93 poin atau 68,89 persen ke level Rp228 per saham dari harga IPO Rp135 per saham. Dengan demikian, saham FOOD terkena auto rejection lantaran menembus batas atas transaksi perdagangan.
Auto reject pada debut perdana perdagangan juga dialami oleh PT Meta Epsi Tbk. Pemilik kode emiten MTPS ini ditransaksikan menguat 50 persen atau setara 160 persen ke level Rp480 per saham dari harga IPO senilai Rp320 per saham.
Menurut Reza, kenaikan harga saham saat IPO patut diwaspadai oleh para pelaksana penjamin emisi. Sebab, jangan sampai kenaikan harga saham hanya sebatas momentum sesaat saat pelaksanaan IPO.
“Karena kalau sudah naik saat itu, akan sulit lagi naik tinggi pada perdagangan selanjutnya,” ucap Reza.
Saham Bali United boleh jadi langsung melejit di hari perdananya di bursa efek. Namun, ke depan, perjalanan saham Bali United belum tentu berjalan mulus dan terus menerus diminati investor. Ia bisa saja menghadapi risiko tidak likuid atau ilikuid, seperti yang dialami sejumlah emiten di bursa. Atau lebih parah lagi, sahamnya akan menjadi "saham tidur" di lantai bursa.
Dirk G. Baur dan Conor Mckeating dalam studi analisis berjudul Do Football Clubs Benefit from Initial Public Offerings? mengungkapkan saat klub melantai ke pasar bursa, tujuan awalnya mendapatkan investor.
Namun, sebagian besar saham malah jatuh ke tangan fans, bukan orang yang mencari keuntungan dari pasar saham. Sebagai seorang fans, tentu dia akan berupaya semaksimal mungkin agar saham tak ia jual. Cara berpikir ini berbeda dari seorang trader yang akan melepas saham ketika menilai untung.
Fenomena ini biasa disebut sebagai ilikuid alias tidak cair. Di dunia bursa, saham illikuid tidak disenangi oleh investor. Mayoritas investor atau trader saham hanya tertarik pada saham yang ramai "dikunjungi" alias ramai diperdagangkan karena volume transaksinya besar. Bila jarang ada transaksi penawaran, imbasnya pada nilai saham yang cenderung stagnan.
Antisipasi yang Bisa Dilakukan Bali United
Agar lebih likuid di pasar, pihak Bali United mesti berupaya menarik minat investor. Salah satunya adalah diversifikasi bisnis. Ini sudah tampak dalam prospektus yang mengklaim dana dari publik akan digunakan untuk menumbuhkan unit bisnis lain.
PT Bali Bintang Sejahtera memiliki beberapa anak perusahaan yang bergerak di beberapa unit bisnis lain.
Misalnya, PT Kreasi Karya Bangsa (KKB) yang bergerak di bidang agensi. Ada pula PT Radio Swara Bukit Indah lewat bisnis radio. PT Bali Boga Sejahtera bergerak di bidang jasa boga, restoran, dan kafe. PT IOG Indonesia Sejahtera yang punya usaha dalam bidang aktivitas olahraga dan rekreasi. (Kelak, PT IOG menjadi tumpuan Bali United termasuk dalam pengembangan bisnis e-sports.)
"KKB itu kami bikin karena ternyata ada peluang di sana," ujar CEO Bali United Pieter Tanuri. "Saya ingin membesarkan industri olahraga, bukan hanya sepakbola. Jadi KKB akan menjadi tim yang serius menggarap marketing sampai ke ranah-ranah non-sepakbola."
Pitere mencontohkan bagaimana salah satu unit bisnis Bali United menggelar acara musik bertajuk Bali United Festival 2019 di halaman stadion Wayan Dipta.
"Yang datang puluhan ribu orang, loh," klaim Pieter. "Saya serius menyambungkan sepakbola dan event, khususnya musik. Saya sudah membeli grass cover untuk melindungi rumput stadion agar tidak rusak saat dipakai untuk event. Saya tahu belum banyak yang punya di Indonesia. Ini contoh bagaimana saya menyiapkan unit bisnis di Bali United."
Bali United juga sudah memiliki saluran televisi di Matrix Garuda TV.
"Saya bikin TV dengan visi seperti MU TV, Arsenal TV, dan lain-lain. Ini bukan channel di YouTube. Ini channel TV, sekarang bisa diakses via Matrix. Sekarang sehari sekitar 6 jam, penginnya sehari bisa siaran 24 jam," lanjut Pieter.
Kesigapan untuk menyiapkan diversifikasi unit bisnis sejak awal melantai ini dipelajari Pieter saat Corsa, produk ban yang dibidaninya melalui PT Multistrada, menjadi rekanan resmi Manchester United dan Paris St. Germain.
"Sponsor dan hak siar itu tidak akan cukup. Diversifikasi unit bisnis lain menjadi penting. Makanya, Bali United punya semboyan Beyond Football -- Lebih dari sekadar sepakbola," lanjut Pieter.
Hal yang sama dinilai oleh Direktur Utama Kresna Sekuritas Octavianus Budiyanto. “Karena itu kami melihat potensi saham Bali United ke depan akan liquid. Banyak barang baru di Indonesia ditunjang dengan industri bola yang sexy,” ungkap Okky.
Terlepas dari internal manajemen tim Bali United dan geliat di pasar saham, faktor lain yang menunjang keberlangsungan Bali United di lantai bursa adalah PSSI itu sendiri. Bali United membutuhkan iklim kompetisi yang stabil dan terjamin.
Dua poin itu belum bisa dipenuhi oleh PSSI jika melihat rekam jejak badan pengurus sepakbola tanah air selama beberapa tahun terakhir.
"Soal jadwal, kalau mengikuti perkembangan dari tahun ke tahun, perubahan-perubahan itu toleransinya di bawah 10 persen dari area jadwal yang ada. Untuk tahun ini, dari beberapa pekan, hanya ada satu pergeseran dan itu pun karena tim nasional," ujar Tisha kepada Tirto saat ditemui di Stadion Gelora Bung Karno, Sabtu lalu.
"Soal wasit, kami juga berbenah dengan membentuk Badan Independen Wasit, yang direncanakan bisa bekerja musim ini. Jadi, saya rasa hal seperti itu tidak perlu dikhawatirkan. Ke depan, saya rasa akan lebih baik"
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan & Dea Chadiza Syafina
Editor: Zen RS