Menuju konten utama

Cara Menyusun Pertanyaan untuk Survei Elektabilitas Capres

Bagaimana cara menyusun pertanyaan untuk survei elektabilitas capres? Penjelasannya akan dibahas lengkap pada artikel di bawah ini.

Cara Menyusun Pertanyaan untuk Survei Elektabilitas Capres
Tangkapan layar survei capres Ipsos, Oktober 2023. foto/Dok. Ipsos Public Affairs

tirto.id - Memasuki tahun politik sejumlah lembaga dan organisasi mulai merilis survei elektabilitas capres atau calon presiden versi mereka masing-masing. Survei capres biasa diterbitkan oleh lembaga-lembaga riset dan survei.

Setiap lembaga punya cara tersendiri dalam menyusun pertanyaan survey elektabilitas capres. Namun, pertanyaan survei yang disampaikan kepada responden haruslah relevan, mudah dimengerti, dan mampu menjawab tujuan dari alasan diadakannya survei.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), elektabilitas sendiri artinya keterpilihan atau kemampuan untuk dipilih menduduki suatu jabatan dalam pemerintahan.

Artinya, survei elektabilitas capres ini sama saja mengukur capres mana saja yang memiliki keterpilihan tertinggi hingga terendah untuk menduduki jabatan eksekutif. Umumnya, survei elektabilitas capres turut dilengkapi dengan survei popularitas partai politik dan tokoh publik lainnya.

Hasil survei capres nantinya akan menjadi acuan bagi tim sukses capres dan partai politik (parpol) untuk menyusun strategi pemenangan.

Selain itu, berdasarkan riset yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) hasil polling atau survei dapat membentuk opini publik, khususnya di kalangan pemilih pemula.

Macam-macam Survei Elektabilitas Capres

Jelang tahun Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 ada sejumlah survei yang dirilis untuk mengukur elektabilitas capres. Berikut ini macam-macam survei elektabilitas capres yang terbit jelang Pemilu 2024:

1. Survei Ipsos

Survei Ipsos adalah survei elektabilitas capres yang diselenggarakan oleh lembaga riset dan survei Ipsos Public Affairs. Lembaga ini menggelar survei elektabilitas capres pada periode 17-19 Oktober 2023.

Survei elektabilitas capres yang dilakukan oleh Ipsos melibatkan 1.207 responden di 34 provinsi di Indonesia. Margin of error diklaim sebesar 2,83 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Teknik yang digunakan dalam Survei Ipsos adalah random sampling, dengan hasil:

    • Ganjar-Mahfud: 31,98 persen
    • Prabowo-Gibran: 31,32 persen
    • Anies-Cak Imin: 28,91 persen
    • Tidak tahu: 1,82 persen

2. Survei LSI

Survei capres LSI merupakan survei elektabilitas capres yang cukup populer di Indonesia. Survei LSI diselenggarakan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI).

Survei terbaru LSI dilakukan 2 hingga 8 Oktober 2023 dengan melibatkan 1.620 responden yang dipilih secara acak berjenjang atau mulitistage random sampling. Margin of error dari ukuran sampel tersebut sebesar lebih kurang 2,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, dengan hasil:

    • Prabowo Subianto: 37,0 persen
    • Ganjar Pranowo: 35, 2 persen
    • Anies Baswedan: 22, 7 persen
    • Tidak Tahu/Tidak Jawab: 5,2 persen

3. Survei Polling Institute

Lembaga Polling Institute juga merilis survei capres yang akan maju di Pemilu 2024. Survei Polling Institute terbaru dilaksanakan pada 1 hingga 3 Oktober 2023 melibatkan 1.206 responden berusia 17 tahun atau sudah menikah.

Para responden dipilih melalui teknik random digit dialing (RDD). Margin of error survei kurang lebih 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen. Berikut hasilnya:

    • Prabowo Subianto: 36,5 persen
    • Ganjar Pranowo: 31,2 persen
    • Anies Baswedan: 18,7 persen
    • Tidak Tahu/Tidak Jawab: 13,6 persen

Tips Menyusun Pertanyaan Survei Elektabilitas Capres

Menyusun pertanyaan sangat penting untuk dilakukan sebelum melakukan survei elektabilitas capres.

Pertanyaan diperlukan untuk membuat sebuah kuesioner yang merupakan instrumen pengumpulan data. Setiap peneliti tentu ingin hasil surveinya menunjukkan data yang valid dan sesuai dengan kondisi sebenarnya.

Oleh karena itu, pertanyaan yang diajukan di dalam kuesioner harus bisa dijawab dengan baik, tepat, benar, dan jujur. Tentu ada beberapa tips yang dapat dilakukan peneliti dalam menyusun pertanyaan survei elektabilitas capres, sebagai berikut:

1. Memahami tujuan survei

Menurut Morrisan dalam Metode Penelitian Survei (2014), langkah pertama yang harus dilakukan untuk membuat pertanyaan survei capres adalah memahami tujuannya.

Tujuan survei ini akan memengaruhi jenis pertanyaan yang akan dijaukan. Dalam kasus survei elektabilitas capres, tujuan utama peneliti melakukan survei adalah mengetahui indeks atau ukuran keterpilihan suatu tokoh atau partai politik dalam pemilihan presiden (pilpres).

Dari tujuan tersebut, peneliti dapat menentukan jenis pertanyaan apa saja yang tepat untuk menjawab keterpilihan suatu tokoh menjadi capres. Pertanyaan-pertanyaannya bisa jadi menyinggung soal:

    • kriteria capres yang diinginkan masyarakat;
    • kepopuleran capres di masyarakat;
    • tingkat ekspos setiap capres di media-media;
    • pertanyaan lain yang relevan.

2. Berhati-hati saat membuat pertanyaan sensitif

Survei sering kali menuntut responden untuk memberikan data yang bersifat rahasia dan personal.

Padahal, tidak setiap responden mau terbuka dengan pertanyaan-pertanyaan sensitif tertentu. Hal ini tentunya dapat memengaruhi responden untuk memberikan jawaban jujur atau tidak.

Beberapa jenis pertanyaan sensitif bisa terkait penghasilan, keyakinan, ras, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang menimbulkan rasa malu terhadap diri responden untuk memberikan jawaban jujur.

Oleh karena itu, pastikan untuk berhati-hati dan membuat tidak menyinggung saat mengajukan pertanyaan sensitif.

3. Membuat pertanyaan dengan spesifik

Membuat pertanyaan dengan spesifik diperlukan agar jawaban yang disampaikan responden sesuai dengan kondisi sebenarnya.

Menurut Asep Ferry Bastian dalam Strategi Marketing Mix Politik dalam Pemenangan Pilkada (2022) adalah mengukur pengaruh dukungan tokoh yang sebelumnya memimpin.

Pasalnya, tokoh yang sebelumnya memimpin sudah pernah berhasil memengkan pemilu dan memenuhi kriteria suara mayoritas. Oleh karena itu, dukungan pemimpin sebelumnya dinilai masih dapat memengaruhi keterpilihan calon pemimpin berikutnya.

Contoh pertanyaan spesifik bisa berupa:

    • Jika Partai A tidak lagi mengusung Presiden B untuk menjadi capres, apakah Ibu/Bapak akan tetap memilih Partai A?
    • Jika Partai A tidak lagi mengusung Presiden B untuk menjadi capres, maka partai apa yang akan Ibu/Bapak Pilih?

4. Menghindari jenis pertanyaan bias atau subjektif

Tips membuat pertanyaan survei elektabilitas capres lainnya adalah menghindari jenis pertanyaan bias atau subjektif. Dikutip dari Customer Thermometer, pertanyaan bias dapat melemahkan kemampuan responden untuk menyatakan kejujuran.

Jenis pertanyaan bias biasanya mengharahkan responden menuju jawaban tertentu. Meskipun sekilas pertanyaan tersebut tampak relevan dan masuk akal, namun pertanyaan bias menyebabkan responden menjawab sesuatu yang sebetulnya tidak mewakilinya.

Contoh jenis pertanyaan bias atau subjektif yang sebaiknya dihindari adalah:

    • Seberapa besar kepuasan Ibu/Bapak terhadap kinerja Capres A yang luar biasa?
Penyertaan kata 'luar biasa' di pertanyaan menyebabkan responden yang menjawab mau tak mau setuju bahwa kinerja Capres A positif.

Contoh jenis pertanyaan bias lainnya adalah:

    • Apakah kinerja Capres A selama menjabat selalu memuaskan (Ya/Tidak)
Pertanyaan tersebut bias, karena menyertakan kalimat absolut, yaitu 'selalu.' Pertanyaan memuat kata absolut dianggap menyebabkan responden tak bisa memberikan jawaban yang lebih representatif.

5. Menghindari kata yang sulit dipahami

Salah satu syarat penting dalam menyusun pertanyaan survey capres adalah menghindari kata yang sulit dipahami atau kurang umum. Kata-kata yang dimaksud bisa berupa bahasa asing, akronim, atau istilah-istilah tidak umum lainnya.

Masih menurut Morrisan jangan pernah berasumsi responden akan mengerti sendiri pertanyaan yang diajukan. Dengan kata lain, menyusun pertanyaan yang mudah dipahami sepenuhnya menjadi tanggung jawab peneliti.

Kata yang sulit ini dapat menyebabkan responden memahami suatu pertanyaan dengan cara berbeda sehingga memengaruhi jawabannya. Akibatnya, jawaban yang diberikan responden bisa jadi tidak valid atau tidak mewakili jawaban yang sebenarnya.

Pertanyaan dengan kata-kata yang sulit dipahami, misalnya:

    • Seberapa yakin Ibu/Bapak tidak terlibat golput di pemilu yang akan datang?
Alih-alih hanya menyebut istilah golput peneliti dapat menuliskan penjelasan apa itu golput dan kepanjangannya, sebagai berikut:

    • Seberapa yakin Ibu/Bapak tidak terlibat Golongan Putih (Golput) di pemilu yang akan datang? ― Golongan putih adalah golongan pemilih yang tidak memilih pasangan calon tertentu.

6. Menghindari pertanyaan berlaras ganda

Kesalahan umum yang sering terjadi pada saat menyusun pertanyaan survei elektabilitas capres adalah pertanyaan berlaras ganda. Pertanyaan berlaras ganda adalah dua pertanyaan yang muncul dalam satu kalimat dan hanya bisa dijawab dengan satu jawaban.

Contoh pertanyaan berlaras ganda seperti berikut:

Dalam satu pekan berapa kali Ibu/Bapak melihat Capres A di media sosial dan membaca beritanya di media massa?

Pertanyaan berlaras ganda berisiko membuat jawaban responden tidak valid. Pasalnya, bisa jadi jawaban tersebut sebetulnya hanya berlaku untuk satu topik pertanyaan dan tidak berlaku untuk topik lainnya.

Alih-alih membuat pertanyaan berlaras ganda, pisahkan pertanyaan tersebut dalam dua pertanyaan, seperti:

    • Dalam satu pekan berapa kali Ibu/Bapak melihat Capres A di media sosial?
    • Dalam satu pekan berapa kali Ibu/Bapak membaca berita tentang Capres A di media massa?

7. Memastikan jenis jawaban konsisten

Pastikan jenis jawaban yang perlu diberikan kepada responden setipe atau konsisten, setidaknya pada satu kelompok pertanyaan. Dikutip dari Survei Monkey, kesamaan jenis pertanyaan dan jawaban ini dapat menurunkan risiko kesalahan menjawab pada responden.

Hindari mencampur-adukkan pertanyaan pilihan ganda dengan pertanyaan terbuka dalam satu kelompok topik pertanyaan. Selain itu, hindari membeda-bedakan interval jawaban pertanyaan tertutup dalam satu kelompok pertanyaan.

Misalnya, pada pertanyaan nomor 1 terdapat 4 interval jawaban yang keempatnya menunjukkan intensitas dari sering ke jarang. Sementara itu, pada pertanyaan nomor 2 terdapat 6 interval jawaban yang keenamnya menunjukkan intensitas dari jarang ke sering.

Selain berisiko menyebabkan responden salah memilih jawaban, ketidak-konsistenan semacam ini menyulitkan pelaku survei dalam mengolah data.

8. Menyertakan instruksi cara menjawab

Pastikan untuk menyertakan instruksi cara menjawab survei yang mudah dipahami oleh responden. Instruksi cara menjawab survei dapat disertakan jika jenis jawaban merupakan interval kuantitatif atau kualitatif.

Misalnya, pada survei kuantitatif di mana peneliti ingin mencari tahu penilaian kinerja capres di jabatan sebelumnya. Pada kolom jawaban tersedia rentang angka 1 hingga 5.

Beri penjelasan kepada responden apa artinya angka 1 hingga 5 tersebut, angka berapa yang menunjukkan poin tertinggi ke rendah. Berikut contohnya:

Menurut penilaian Bapak/Ibu berapa poin untuk kinerja Capres A di bidang ekonomi selama masa kerjanya di Provinsi A tahun 2018 - 2022?

[Poin 1 adalah yang terendah/terburuk dan poin 5 adalah yang tertinggi/terbaik]

    • 1
    • 2
    • 3
    • 4
    • 5

9. Mengacak urutan pertanyaan

Tips membuat pertanyaan survei capres lainnya adalah mengacak urutan pertanyaan. Tips ini mungkin terdengar janggal, karena kebanyakan kasus merekomendasikan jenis pertanyaan harus urut dan saling berkaitan.

Namun, melansir Question Pro mengacak urutan pertanyaan dalam survei politik efektif untuk menurunkan risiko jawaban bias. Hal ini karena urutan pertanyaan yang acak dapat mengurangi kebosanan atau kejenuhan responden terhadap pertanyaan survei yang banyak dan cenderung mirip-mirip.

Oleh karena itu, mengacak urutan pertanyaan bisa dilakukan untuk meningkatkan akurasi jawaban dan memastikan responden menjawab dengan jujur.

10. Menguji coba pertanyaan

Tips terakhir dalam menyusun pertanyaan survey adalah melakukan uji coba pertanyaan. Uji coba pertanyaan ini dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh jenis pertanyaan mudah dipahami, tidak membingkungkan, dan tidak menyinggung siapa pun.

Uji coba pertanyaan bisa dilakukan kepada kelompok khusus maupun tim internal peneliti.

Daftar Pertanyaan Survei Elektabilitas Capres

Berikut ini contoh daftar pertanyaan yang bisa disertakan dalam merancang survei elektabilitas capres:

Contoh Pertanyaan Popularitas Capres dan Cawapres

1. Nama Capres yang paling sering Ibu/Bapak cari di internet selama satu bulan terakhir

Capres A

Capres B

Capres C

Capres D

2. Nama Cawapres yang paling sering Ibu/Bapak cari di internet selama satu bulan terakhir

Cawapres A

Cawapres B

Cawapres C

Cawapres D

3. Dalam satu bulan terakhir siapa saja di antara nama-nama pasangan calon (Paslon) capres dan cawapres berikut yang pernah Bapak/Ibu lihat melalui televisi

Paslon A

Paslon B

Paslon C

Paslon D

4. Dalam satu bulan terakhir siapa saja di antara nama-nama pasangan calon (Paslon) capres dan cawapres berikut yang pernah Bapak/Ibu lihat melalui media sosial

Paslon A

Paslon B

Paslon C

Paslon D

5. Di antara nama-nama pasangan calon (Paslon) capres dan cawapres berikut siapa yang memenuhi kriteria sebagai Presiden menurut penilaian Bapak/Ibu

Paslon A

Paslon B

Paslon C

Paslon D

Contoh Pertanyaan Penilaian Kinerja Capres dan Cawapres

1. Berapa nilai kinerja Capres A selama menjabat sebagai Kepala Daerah Provinsi A?

[Poin 1 adalah yang terendah/terburuk dan poin 5 adalah yang tertinggi/terbaik]

1

2

3

4

5

2. Berapa nilai kinerja Cawapres A selama menjabat sebagai Kepala Daerah Provinsi B Periode 2011 - 2016?

[Poin 1 adalah yang terendah/terburuk dan poin 5 adalah yang tertinggi/terbaik]

1

2

3

4

5

3. Berapa nilai kemampuan memimpin Capres B selama menjabat sebagai Menteri A Periode 2020 - 2023?

[Poin 1 adalah yang terendah/terburuk dan poin 5 adalah yang tertinggi/terbaik]

1

2

3

4

5

4. Berapa nilai kejujuran Capres C selama menjabat sebagai Kepala Daerah Provinsi C Periode 2019 - 2023?

[Poin 1 adalah yang terendah/terburuk dan poin 5 adalah yang tertinggi/terbaik]

1

2

3

4

5

5. Berapa nilai perhatian pada rakyat Cawapres B selama menjabat sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Periode 2020 - 2023?

[Poin 1 adalah yang terendah/terburuk dan poin 5 adalah yang tertinggi/terbaik]

1

2

3

4

5

Contoh Pertanyaan Keterlibatan Parpol

1. Pemilu 2024 memang masih lama, namun jika saat pemilu diadakan saat ini partai politik (Parpol) mana yang akan Ibu/Bapak pilih?

Parpol A

Parpol B

Parpol C

Parpol D

2. Jika Capres A tidak diusung oleh Parpol A di pemilu 2024, parpol mana yang sebaiknya mengusung Capres A?

Parpol A

Parpol B

Parpol C

Parpol D

3. Parpol manakah yang seharusnya mengusung Capres A di Pemilu mendatang?

Parpol A

Parpol B

Parpol C

Parpol D

4. Jika Capres A tidak diusung oleh Parpol A di pemilu 2024, apakah Ibu/Bapak akan tetap memilih parpol A?

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

5. Jika Capres B diusung oleh Parpol A apakah Ibu/Bapak akan memilih Parpol A?

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Baca juga artikel terkait SURVEI ELEKTABILITAS CAPRES atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Politik
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Dhita Koesno