tirto.id - Penyakit Japanese Encephalitis (JE) menjadi perhatian Pemerintah RI saat ini. Melalui Kementerian Kesehatan, program vaksinasi JE tengah digalakkan. Provinsi Kalimantan Barat menjadi salah satu lokasi imunisasi massal vaksin JE mulai September 2023 lalu karena memiliki kasus infeksi JE cukup tinggi.
Semenjak 2014 telah ditemukan kejadian JE sebanyak 145 kasus di Indonesia. Temuan di Kalimantan Barat sebanyak 30 kasus dan menjadi tertinggi kedua setelah Provinsi Bali yang mencapai 77 kasus.
Penyakit Japanese Encephalitis disebabkan oleh virus JE. Virus tersebut rentan menginfeksi terutama anak-anak berusia kurang dari 10 tahun. Akibat yang ditimbulkan adalah peradangan pada otak yang bisa memicu gangguan saraf hingga kematian.
Apa itu Japanese Encephalitis?
Japanese Encephalitis adalah penyakit yang timbul akibat infeksi virus JE (Japanese Encephalitis). Virus ini tidak secara langsung bisa masuk ke tubuh manusia. Penularannya memanfaatkan nyamuk Culex yang merupakan nyamuk rumahan dan sering menggigit di malam hari.
Nyamuk Culex cenderung berkembangbiak di genangan air kotor. Ada pun virus JE bisa masuk ke tubuhnya melalui perantaraan inang. Inang tersebut antara lain babi, kuda, dan beberapa spesies burung.
Sasaran objek yang dihisap darahnya oleh nyamuk Culex adalah binatang dan manusia. Dari sinilah penularan virus JE terjadi. Manusia menjadi dead-end host untuk JE sehingga tidak menularkan pada orang lain jika terinfeksi.
Masa inkubasi virus JE yang masuk tubuh kira-kira 5-15 hari. Setelah itu infeksi virus JE mulai mengembangkan berbagai gejala hingga terjadi radang otak. Gejala yang terlihat antara lain:
- Demam, sakit kepala dan muntah
- Mengalami perubahan status mental atau gangguan mental
- Terjadi berbagai gejala neurologis
- Tubuh lemah
- Gangguan gerakan
- Muncul kejang-kejang, terutama pada anak-anak
Kemenkes dalam websitenya menyebutkan, Case Fatality Rate (CFR) penyakit JE sekira 20-30 persen. Sebanyak 30-50 persen penderita yang sembuh, berpotensi memiliki gejala sisa seperti lumpuh, kejang, perubahan perilaku, hingga kecatatan berat. Menurut CDC, orang yang terinfeksi JE dan mengembangkan penyakit neurologis jumlahnya kurang dari satu persen.
Cara Mencegah Penyakit Japanese Encephalitis
Tindakan pencegahan penyakit Japanese Encephalitis (JE) berkaitan langsung dengan pengendalian terhadap nyamuk Culex. Pencegahan dapat berupa pemberantasan tempat berkembang biak nyamuk, hingga mencegah munculnya genangan air. Ada berbagai tindakan alternatif lain untuk setidaknya mencegah nyamuk Culex menggigit tubuh:
1. Menggunakan berbagai sarana pengusir nyamuk pada tubuh
Upaya paling nyata agar terhindar dari infeksi JE yaitu mengusahakan agar nyamuk tidak sampai menggigit. Saat ini gigitan nyamuk menjadi satu-satunya cara penularan virus tersebut. Contoh tindakan yang dapat diambil yaitu mengoleskan losion antinyamuk, memakai minyak kayu putih, dan sebagainya.
2. Menempatkan tanaman dan bahan alami lain yang tidak disukai nyamuk
Ada beberapa jenis hayati yang dikenal dapat mengusir nyamuk. Bahan alami tersebut memiliki aroma tertentu yang tidak disukai nyamuk dan akhirnya memilih tidak mendekat. Contoh bahan alami ini antara lain bunga lavnder, bunga krisan, bunga kamboja, daun jeruk purut, bawang putih, dan sebagainya.
3. Mengenakan baju dan celana panjang
Baju lengan panjang dan celana panjang bisa menjadi alternatif terhindar dari gigitan nyamuk. "Jarum" di mulut nyamuk tidak mampu menembus kulit karena tebalnya pakaian.
4. Ikut vaksinasi JE
Vaksinasi JE lebih diutamakan bagi bayi berusia mulai sembilan bulan dan anak-anak kurang dari 15 tahun. Dosis tiap anak dilakukan dua kali dengan jeda interval antar-dosis sepanjang 1-2 tahun. Vaksinasi JE memberikan kekebalan terhadap virus JE.
Orang dewasa dan lansia masih memungkinkan mendapatkan vaksin JE. Hal ini dapat dilakukan jika mereka akan memasuki kawasan yang menjadi endemis JE.
5. Meningkatkan kekebalan tubuh
Penyakit akibat virus dapat ditangkal jika memiliki kekebalan tubuh yang baik. Kekebalan tubuh dapat dipacu dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga, cukup tidur, menjaga diri agar tidak stres, dan sebagainya.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Nur Hidayah Perwitasari