tirto.id - Imunisasi atau vaksinasi Japanese Encephalitis (JE) telah digalakkan di seluruh wilayah Kalimantan Barat (Kalbar). Angka kejadian ensefalitis atau radang otak akibat virus JE di sana terbilang cukup banyak. Dari kejadian 145 kasus JE di Indonesia periode 2014 hingga Juli 2023, sebanyak 30 kasus muncul di Kalbar.
JE adalah penyakit berbahaya yang menyerang otak dengan menimbulkan peradangan. Pemicunya adalah virus JE yang ditularkan melalui perantara nyamuk, terutama dari spesie Culex tritaeniorrhynchus. Hewan tersebut adalah nyamuk rumahan yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar dan berkembang biak pada air tergenang.
Nyamuk Culex mendapatkan virus JE di dalam tubuhnya melalui berbagai cara. Contohnya saat nyamuk ini mengisap darah inang, ada kemungkinan turut memasukkan virus JE ke tubuhnya. Inang yang diduga menyimpan virus tersebut antara lain kerbau, babi, dan sebagian jenis burung.
Masa inkubasi virus JE kurang lebih 4-14 hari setelah menginfeksi tubuh seseorang. Setelah itu sekumpulan gejala dapat muncul seperti demam mendadak, penurunan kesadaran, sakit kepala, sulit bicara, susah berjalan atau gangguan motorik lainnya, sampai kejang terutama pada anak. Orang yang paling rentan terkena JE adalah anak-anak dengan usia kurang dari 10 tahun.
Penyakit ini cukup berbahaya. Dari kasus JE yang ditemukan, sekitar 16-30 persen berakhir dengan kematian terutama pada anak kurang dari 10 tahun.
Kalau pun pasien mendapatkan kesembuhan, umumnya masih memiliki gejala sisa berupa gangguan saraf. Ada banyak bentuk gangguan saraf yang mungkin terjadi di antaranya:
1. Gangguan sistem motorik seperti permasalahan pada motorik halus, kelumpuhan, dan gerakan abnormal;
2. Gangguan perilaku, seperti agresif, emosi tidak terkontrol, gangguan perhatian, sampai depresi;
3. Gangguan intelektual, misalnya retardasi; atau
4. Gangguan fungsi saraf lain, contohnya gangguan ingatan/memori, epilepsi, dan kebutaan.
Vaksin Japanese Encephalitis untuk Usia Berapa?
Vaksin JE dianjurkan untuk diberikan pada bayi berusia mulai 9 bulan dan anak-anak kurang dari 15 tahun. Imunisasi JE dijadwalkan sebanyak dua dosis bagi setiap anak. Jarak pemberian antar-vaksin memiliki interval 1-2 tahun.
Imunisasi JE dapat pula diberikan pada orang dewasa dan lansia. Hanya saja, vaksin tersebut disuntikkan dalam keadaan tertentu saja seperti ketika akan berkunjung ke daerah berstatus endemis JE.
Cara Mencegah Penyakit Japanese Encephalitis
Pemberian vaksin JE adalah cara mencegah penyakit Japanese Encephalitis. Imunisasi ini memberikan efektivitas dalam penurunan dan sekaligus pencegahan kasus JE. Ketika angka kejadian JE dapat ditekan, beban ekonomi akibat penyakit JE akan berkurang.
Vaksinasi JE turut memiliki efek pengendalian. Semakin banyak anak mendapatkan vaksin JE, tubuh mereka lebih kuat dalam menghalau datangnya virus di tubuh karena tubuh telah kebal. Vaksin JE memberikan efek kekebalan sampai periode waktu tertentu dan jika diberikan kembali setelah interval 1-2 tahun akan memperpanjang kegunaannya.
Di samping itu, penularan virus JE berkaitan erat dengan gigitan nyamuk. Pencegahan tidak ada salahnya pula dilakukan dengan mencegah perkembangbiakan nyamuk di lingkungan sekitar.
Kemenkes telah menyarankan program 3M Plus untuk pemberantasan sarang nyamuk. Tindakan dalam program tersebut meliputi:
1. Menguras tempat penampungan air
2. Menutup tempat penampungan air
3. Mendaur ulang berbagai barang yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk
Ada pun sisi "plus"-nya yaitu mengusahakan agar nyamuk tidak mendekat ke tubuh. Contohnya yaitu menanam tanaman penangkal nyamuk, memakai obat antinyamuk, dan sebagainya.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Nur Hidayah Perwitasari