Menuju konten utama

Mengenal Encephalitis, Penyakit Penyebab Alfin Lestaluhu Meninggal

Kenali encephalitis: gejala, penyebab, pengobatan, hingga pencegahannya

Mengenal Encephalitis, Penyakit Penyebab Alfin Lestaluhu Meninggal
Alfin Lestaluhu. ANTARA/PSSI

tirto.id - Dunia sepak bola Indonesia tengah berduka. Salah satu pemain timnas, Alfin Lestaluhu meninggal dunia pada Kamis (31/10/2019), di Rumah Sakit Harapan Kita. Penyebab ia meninggal karena peradangan otak atau encephalitis.

Encephalitis adalah peradangan akut (pembengkakan) otak yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau karena sistem kekebalan tubuh yang secara keliru menyerang jaringan otak, demikian dilansir dari Encephalitis Info.

Namun kebanyakan Enceephalitis disebabkan oleh infeksi virus. Otak menjadi meradang akibat upaya tubuh saat melawan virus.Encephalitis terjadi pada 1 dari setiap 1.000 kasus campak.

Jika semakin parah penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi seperti kehilangan memori, perubahan perilaku atau kepribadian seperti perubahan suasana hati, serangan frustrasi dan kemarahan, dan kecemasan. Epilepsi dan Afasia atau masalah bahasa dan bicara juga termasuk dalam komplikasi penyakit otak ini.

Gejala Encephalitis

Encephalitis umumnya dimulai dengan demam dan sakit kepala. Gejalanya dengan cepat memburuk, dan mungkin ada kejang, kebingungan, kantuk, dan kehilangan kesadaran, bahkan koma.

Dalam kasus yang lebih serius, orang tersebut mungkin mengalami sakit kepala yang sangat parah, mual, muntah, disorientasi, kehilangan memori, masalah bicara, masalah pendengaran, halusinasi, serta menjadi agresif.

Penyakit ini dapat mengancam jiwa, tetapi ini sebenarnya jarang terjadi. Kematian tergantung pada sejumlah faktor, termasuk tingkat keparahan penyakit dan usia.Pasien yang lebih muda cenderung sembuh tanpa banyak masalah kesehatan, sedangkan pasien yang lebih tua berisiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi dan kematian.

Penyebab Encephalitis

Encephalitis umumnya disebabkan oleh virus yang masuk ke dalam tubuh. Ada beberapa jenis virus yang kemudian menghasilkan jenis penyakit yang berbeda, yaitu encephalitis Jepang disebarkan yang oleh nyamuk, encephalitis kutu ditularkan melalui kutu, rabies dapat disebarkan melalui gigitan mamalia.

Jenis encephalitis ini kemudian dibagi lagi menjadi dua yaitu encephalitis primer atau sekunder. Encephalitis primer atau infeksi dapat terjadi ketika jamur, virus, atau bakteri menginfeksi otak. Virus dalam jenis encephalitis primer ini berupa virus umum, termasuk HSV ( virus herpes simpleks) dan EBV (virus Epstein-Barr), Virus masa kecil yang termasuk campak dan gondong, serta Arbovirus yaitu virus yang disebarkan oleh nyamuk, kutu, dan serangga lainnya

Sedangkan encephalitis sekunder, atau pasca infeksi, adalah ketika sistem kekebalan merespons infeksi sebelumnya dan secara keliru menyerang otak. Peradangan jenis ini dapat disebabkan oleh komplikasi infeksi virus. Gejala mulai muncul beberapa hari atau bahkan berminggu-minggu setelah infeksi awal. Sistem kekebalan tubuh pasien memperlakukan sel-sel otak yang sehat sebagai organisme asing dan menyerang mereka. Pada lebih dari 50 persen kasus encephalitis, penyebab pasti penyakit ini tidak ditemukan.

Pengobatan Encephalitis

Pengobatan untuk encephalitis berfokus pada meringankan gejala. Antivirus yang mengatasi peradangan ini pun masih terbatas. Salah satu antivirus yang bisa digunakan adalah asiklovir.

Kortikosteroid juga dapat diberikan untuk mengurangi peradangan otak, terutama dalam kasus-kasus encephalitis pasca-infeksi (sekunder). Jika pasien memiliki gejala yang parah, mereka mungkin memerlukan ventilasi mekanis untuk membantu mereka bernafas dan perawatan pendukung lainnya.

Antikonvulsan kadang diberikan kepada pasien yang mengalami kejang. Obat penenang bisa efektif untuk kejang, gelisah, dan lekas marah. Untuk pasien dengan gejala ringan, pengobatan terbaik adalah istirahat, banyak cairan, dan Tylenol (parasetamol) untuk demam dan sakit kepala.

Pencegahan Encephalitis

WebMD menjelaskan bahwa tetap mengikuti perkembangan vaksin adalah cara paling efektif untuk mengurangi risiko pengembangan encphalitis. Ini termasuk vaksin untuk campak, gondong, rubella, dan jika virus ada di daerah tersebut, Japanese ensefalitis dan tick-borne encephalitis.

Di daerah yang diketahui memiliki nyamuk yang membawa virus penyebab encephalitis, individu harus mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko digigit. Ini mungkin termasuk mengenakan pakaian yang sesuai, menghindari daerah yang dipenuhi nyamuk, menghindari pergi ke luar pada waktu-waktu tertentu di siang hari ketika ada banyak nyamuk, menjaga rumah bebas dari nyamuk, menggunakan obat nyamuk, dan memastikan tidak ada air yang tergenang di sekitar rumah.

Baca juga artikel terkait PERADANGAN OTAK atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Febriansyah
Penulis: Febriansyah
Editor: Yulaika Ramadhani

Artikel Terkait