Menuju konten utama

BPS: Neraca Dagang Surplus US$4,34 Miliar di September 2025

Penyumbang utama surplus nonmigas berasal dari lemak dan minyak hewani atau nabati (HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), serta besi dan baja (HS 72).

BPS: Neraca Dagang Surplus US$4,34 Miliar di September 2025
Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Selasa (17/9/2024). tirto.id/Nabila Ramadhanty Putri Darmadi

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia pada September 2025 kembali mencatat surplus sebesar 4,34 miliar dolar AS. Dengan capaian ini, neraca perdagangan Tanah Air telah membukukan surplus selama 65 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

“Surplus pada September 2025 ini lebih ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar 5,99 miliar dolar AS,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers, Senin (3/11/2025).

Ia menjelaskan, komoditas penyumbang utama surplus nonmigas berasal dari lemak dan minyak hewani atau nabati (HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), serta besi dan baja (HS 72). Sementara itu, neraca perdagangan komoditas migas justru mencatat defisit 1,64 miliar dolar AS, yang disumbang oleh impor minyak mentah dan hasil minyak.

Secara kumulatif, sepanjang Januari hingga September 2025, neraca perdagangan Indonesia masih mencatat surplus besar senilai 33,48 miliar dolar AS. Surplus tersebut ditopang oleh sektor nonmigas dengan nilai 47,20 miliar dolar AS, sedangkan sektor migas masih mengalami defisit 13,71 miliar dolar AS.

Pudji menambahkan, dari sisi mitra dagang, Amerika Serikat menjadi negara penyumbang surplus terbesar bagi Indonesia dengan nilai 13,48 miliar dolar AS, disusul India sebesar 10,45 miliar dolar AS, dan Filipina sebesar 6,54 miliar dolar AS. Adapun defisit terdalam tercatat terhadap Tiongkok sebesar 14,32 miliar dolar AS, Australia sebesar 4,01 miliar dolar AS, dan Singapura sebesar 3,43 miliar dolar AS.

Untuk kelompok nonmigas, tiga negara penyumbang surplus terbesar masih sama, yakni Amerika Serikat (15,70 miliar dolar AS), India (10,52 miliar dolar AS), dan Filipina (6,45 miliar dolar AS). Sementara defisit nonmigas terdalam berasal dari Tiongkok (15,60 miliar dolar AS), Australia (3,38 miliar dolar AS), dan Thailand (1,29 miliar dolar AS).

“Surplus nonmigas terbesar sepanjang Januari hingga September 2025 didorong oleh komoditas lemak dan minyak hewani atau nabati (HS 15) dengan nilai 25,14 miliar dolar AS, diikuti bahan bakar mineral (HS 27) sebesar 20,5 miliar dolar AS, serta besi dan baja (HS 72) sebesar 14,11 miliar dolar AS,” ujar Pudji.

Adapun defisit terbesar berasal dari komoditas mesin dan peralatan mekanis (HS 84) dengan nilai 20,63 miliar dolar AS, mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85) sebesar 8,66 miliar dolar AS, serta plastik dan barang dari plastik (HS 39) senilai 8,66 miliar dolar AS.

Baca juga artikel terkait NERACA DAGANG atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Insider
Penulis: Hendra Friana
Editor: Hendra Friana