tirto.id - Tidak atau bolehkah wanita haid ziarah kubur, masih menjadi perbedaan pandangan. Umat Islam terutama para muslimat seyogianya paham mengenai hukumnya.
Lantas, apakah orang haid boleh ke makam? Bagaimana hukum ziarah kubur bagi wanita haid menurut 4 madzhab?
Z. Safitri dalam Persepsi Masyarakat Terhadap Praktik Ziarah Kubur pada Makam Ulama di Samalanga (2017) menjelaskan, berdasarkan konteks terminologi Islam, ziarah kubur merujuk pada kunjungan ke makam orang yang telah meninggal dunia.
Pada awal perkembangan Islam di jazirah Arab, ziarah kubur dilarang oleh Rasulullah Saw. Namun, setelah para muslim dianggap memiliki pondasi akidah yang kuat, muncul anjuran untuk berziarah kubur dari Rasulullah Saw. guna mengingat kematian.
Bolehkah Wanita Haid Ziarah Kubur?
Empat mazhab dalam Islam memandang hukum ziarah kubur bagi perempuan haid berbeda.
Firman Arifandi dalam buku A-Z Ziarah Kubur dalam Islam (2019) menjelaskan hukum ziarah kubur bagi wanita haid menurut 4 madzhab dalam Islam sebagai berikut.
1. Madzhab Hanafi
Menurut Madzhab Hanafi, wanita yang sedang haid diperbolehkan untuk melakukan ziarah kubur dengan beberapa pembatasan tertentu. Dalam Mazhab Hanafi perempuan haid menjadi haram melakukan ziarah kubur bila ada kekhawatiran bakal menangis histeris.Namun, bila ziarah membuatnya ingat akan kematian dan akhirat, maka ziarah diperbolehkan bagi perempuan yang sedang haid. Perempuan haid diharapkan untuk menjaga jarak dan tidak menyentuh langsung makam.
2. Madzhab Maliki
Dalam Madzhab Maliki, perempuan yang sedang haid diizinkan untuk melakukan ziarah kubur, asalkan mereka tidak mengenakan pakaian hias atau menggunakan wewangian.Serupa dengan Mazhab Hanafi, bila menimbulkan fitnah serta tangisan histeris maka perempuan haid tidak diperbolehkan untuk ziarah.
3. Madzhab Syafi'i
Mazhab Syafi'i menganggap ziarah kubur bagi wanita yang sedang haid sebagai perbuatan yang makruh (dapat ditinggalkan tanpa dosa), namun bukan sebagai larangan yang mutlak. Meskipun demikian, lebih baik bagi wanita haid untuk menghindari melakukannya.4. Madzhab Hanbali
Serupa dengan Mazhab Syafi’i, menurut Madzhab Hanbali, perempuan yang sedang haid sebaiknya tidak melakukan ziarah. Meski demikian, hukum perempuan haid berziarah menurut Mazhab Hanbali adalah makruh, bukan haram.Ziarah kubur merupakan salah satu ibadah penting dalam Islam yang membantu umat Muslim untuk mengingat kematian dan akhirat.
Meskipun terdapat perbedaan pandangan mengenai hukum ziarah kubur bagi wanita yang sedang haid di antara madzhab-madzhab tersebut, prinsip utamanya adalah menjaga kesucian dan mengikuti tata cara yang sesuai dengan ajaran agama.
Doa Ziarah Kubur bagi Wanita Haid
Ada banyak doa yang dapat dibaca ketika wanita haid berziarah ke makam orang tua dan sebagainya. Berikut ini beberapa contoh doa ziarah kubur bagi wanita haid:
1. Doa Ziarah Kubur bagi Wanita Haid versi Singkat
Lafal Arab:مُؤَجَّلُونَ وَإنَّا إنْ شاءَ اللَّهُ بِكُمْ لاحقُونَ
Arab Latinnya:
Assalamu’alaikum daara qaumin mukminin wa ataakum ma tu‘aduna ghadan muajjalun, wa inna insya Allahu bikum lahiqun.
Artinya:
"Semoga keselamatan bagi kamu sekalian wahai negeri kaum yang beriman, dan akan datang apa yang dijanjikan kepada kamu sekalian dengan segera. Dan sesungguhnya kami, dengan izin Allah akan menyusul kamu sekalian,” (HR. Muslim).
2. Doa Ziarah Kubur bagi Wanita Haid versi Panjang
Lafal Arab:رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الْاَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا، خُصُوْصًا إِلَى آبَاءِنَا وَاُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا وَأَسَاتِذَتِنَا وَمُعَلِّمِيْنَا وَلِمَنْ أَحْسَنَ إِلَيْنَا وَلِأَصْحَابِ الحُقُوْقِ عَلَيْنَا
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُمْ. اللَّهُمَّ اَنْزِلِ الرَّحْمَةَ وَالْمَغْفِرَةَ وَالشَّفَاعَةَ عَلَى أَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنْ أَهْلِ لَاالَهَ اِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سًبْحَانَ رَبَّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ علَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ. اَلْفَاتِحَةْ
Arab Latinnya:
Rabbighfir lī, wa li wālidayya, warham humā kamā rabbayānī shaghīrā.
Allāhummaghfir lil muslimīna wal muslimāt, wal mukminīna wal mukmināt, al-ahyā’i minhum wal amwāt, min masyāriqil ardhi ilā maghāribihā, barrihā wa bahrihā, khushūshan ilā ābā’inā, wa ummahātinā, wa ajdādinā, wa jaddārinā, wa asātidzatinā, wa mu‘allimīnā, wa li man ahsana ilainā, wa li ashhābil huquqi ‘alaynā.
Allāhummaghfir lahum, warhamhum, wa ‘āfihim, wa‘fu ‘anhum. Allāhumma anzilir rahmata, wal maghfirata, was syafā’ata ‘alā ahlil qubūri min ahli lā ilāha illallāhu Muhammadun rasūlullāh.
Rabbanā ātina fid duniā hasanah, wa fil ākhirati hasanah, wa qinā ‘adzāban nār. Subhāna rabbika rabbil ‘izzati ‘an mā yashifūna, wa salāmun ‘alal mursalīna, wa shallallāhu ‘alā sayyidinā Muhammadin, wa ‘alā ālihī, wa shahbihī, wa sallama, wal hamdulillāhi rabbil ‘alamīn. Al-Fatihah.
Artinya:
"Tuhanku, ampunilah dosaku dan [dosa] kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil.
Ya Allah, ampunilah mukminin, mukminat, muslimin, muslimat, yang masih hidup, yang telah wafat, yang tersebar dari timur hingga barat, di darat dan di laut, khususnya bapak, ibu, kakek, nenek, ustadz, guru, mereka yang telah berbuat baik terhadap kami, dan mereka yang masih memiliki hak terhadap kami.
Ya Allah, berikanlah ampunan, kasih sayang, afiat, dan maaf untuk mereka. Ya Allah, turunkanlah rahmat, ampunan, syafa’at bagi ahli kubur penganut dua kalimat syahadat.
Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Lindungi kami dari siksa api neraka. Maha suci Tuhanmu, Tuhan pemilik kemuliaan, dari segala yang mereka gambarkan. Semoga kesejahteraan melimpah untuk para rasul. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga, dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam."
Tata Cara Ziarah Kubur bagi Wanita Haid
Muhammad Ibnu Saroji dalam artikel "Ketentuan Ziarah Kubur Bagi Perempuan Haidh" (2018) yang dipublikasikan di NU Online menjelaskan tentang ketentuan ziarah bagi perempuan haid. Berikut ini penjelasan mengenai tata cara ziarah kubur.
1. Tidak membaca Al-Qur'an
Wanita yang sedang haid tidak diperkenankan membaca ayat-ayat Al-Qur'an saat melakukan ziarah kubur. Hal ini termasuk dalam pembatasan yang berlaku karena keadaan haid.2. Menjaga kesopanan
Meskipun tidak ada larangan khusus dalam syariat Islam terkait ziarah kubur bagi wanita yang sedang haid, diharapkan untuk menjaga kesopanan saat ziarah.Dalam hal ini perempuan yang sedang haid tidak diperbolehkan melakukan tindakan yang menimbulkan fitnah serta menangis berlebihan. Menangis berlebihan menunjukkan ketidakrelaan terhadap takdir Allah.
3. Niat melakukan ziarah untuk mengingat kematian
Melalui kunjungan ke makam orang-orang yang telah meninggal, manusia diingatkan bahwa kehidupan di dunia ini hanya bersifat sementara. Sementara kehidupan setelah kematian adalah kekal.4. Lakukan zikir dan doa
Meskipun wanita yang sedang haid dilarang membaca Al-Qur'an, perempuan masih diperbolehkan untuk melakukan zikir dan doa saat berziarah kubur.Untuk zikir dan doa ziarah kubur bagi wanita haid diperbolehkan membaca ayat kursi, surat Al-Fatihah, surat Al-Ikhlas, surat An-Nas, surat Al-Falaq, dan lainnya. Ingat, tujuan dari membaca ayat Alquran tersebut adalah untuk zikir dan doa.
Larangan Ziarah Kubur Bagi Wanita Haid
Dikutip dari Nu Online, terdapat sejumlah larangan ziarah kubur bagi wanita haid. Beberapa hal yang menjadi larangan antara lain:
1. Tidak Membaca Al-Qur'an
Wanita haid dilarang membaca ayat Al-Qur'an tertentu, seperti ayat kursi, surat Al-Fatihah, surat Al-Ikhlas, surat An-Nas, dan surat Al-Falaq, dengan maksud qiroatul qur'an (membaca Al-Qur'an). Namun, jika membacanya dalam konteks zikir atau wirid, hal tersebut diperbolehkan.2. Tidak Membawa dan Menyentuh Mushaf
Larangan bagi wanita haid untuk membawa dan menyentuh mushaf (benda yang berisi tulisan Al-Qur'an).Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Dhita Koesno
Penyelaras: Syamsul Dwi Maarif