Menuju konten utama

BNPB: Faktor Utama Banjir di Garut akibat Penyempitan Badan Sungai

Bencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Garut pada 15 Juli 2022 menyebabkan 19.546 jiwa mengungsi di 12 titik pengungsian.

BNPB: Faktor Utama Banjir di Garut akibat Penyempitan Badan Sungai
Warga mencari barang dan perabotan yang bisa diselamatkan dari rumahnya yang terendam banjir bandang Sungai Cimanuk di Garut, Jawa Barat, Sabtu (16/7/2022). ANTARA FOTO/Novrian Arbi/wsj.

tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan penyempitan badan sungai menjadi faktor utama penyebab banjir dan longsor di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Hal itu disampaikan Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari.

"Penyempitan badan sungai tersebut berdasarkan pantauan survei udara melalui pesawat nirawak," kata Abdul Muhari dalam konferensi pers daring, Selasa (26/7/2022).

Penyempitan badan sungai ini mengakibatkan tanggul tidak mampu menahan luapan saat debit hulu ekstrem. Muhari mengatakan penyempitan badan sungai ini menjadi catatan penting untuk mitigasi jangka panjang.

Dari pengamatan tersebut, Muhari mengungkapkan kawasan yang tersapu banjir memiliki keunikan, yakni sisi kiri berupa persawahan dan sisi kanan pemukiman.

"Sebenarnya masih bisa kita rekayasa secara keteknikan, baik dari berbasis ekosistem maupun struktur untuk bisa membuat mitigasi bencana banjir di lokasi ini ke masa depan lebih baik lagi," kata dia.

Muhari menjelaskan bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Garut pada 15 Juli 2022 menyebabkan 19.546 jiwa mengungsi di 12 titik pengungsian.

Kabupaten Garut memiliki grafik kejadian bencana tanah longsor sangat tinggi karena berada pada kontur berbukit. BNPB mencatat pada 2012 sampai 2021, tanah longsor mendominasi kejadian bencana di Garut dengan 116 kejadian, disusul banjir dan angin puting beliung.

Pola kejadian bencana di Kabupaten Garut mengikuti musim hujan. Secara geografis Kabupaten Garut terletak di daerah kawasan yang dikelilingi perbukitan dengan kecuraman cukup tinggi.

Muhari mengingatkan ekosistem di daerah perbukitan harus dijaga supaya daerah resapan air di hulu dan daerah aliran sungai yang terkonservasi dengan baik. Hal itu bisa mengurangi risiko bencana banjir.

Selain intensitas hujan yang cukup tinggi, tutupan lahan hijau di daerah hulu yang makin berkurang. Dari citra satelit mulai 2000 hingga 2022, daerah resapan air makin menipis.

BNPB mendorong pemerintah daerah untuk penghijauan kembali di Garut. Hal itu untuk solusi jangka panjang agar Garut terhindar dari banjir.

Baca juga artikel terkait KORBAN BANJIR GARUT

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Editor: Gilang Ramadhan