Menuju konten utama

Bahlil Ungkap Investor Brasil Tertarik Garap Pabrik Etanol di RI

Dalam pertemuan tersebut, Bahlil menjelaskan bahwa kedua negara sepakat memperkuat kolaborasi di bidang energi baru terbarukan.

Bahlil Ungkap Investor Brasil Tertarik Garap Pabrik Etanol di RI
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memberikan pemaparan saat menjadi pembicara pada Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025 di Jakarta Convention Center (JICC) Senayan, Jakarta, Jumat (10/10/2025). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/sgd

tirto.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan bahwa investor dari Brasil berencana untuk membuka pabrik etanol di Indonesia. Hal ini disampaikan Bahlil usai mendampingi Presiden Prabowo Subianto menerima kunjungan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva beserta delegasinya di Jakarta.

Dalam pertemuan tersebut, Bahlil menjelaskan bahwa kedua negara sepakat memperkuat kolaborasi di bidang energi baru terbarukan.

“Kemarin kami menampingi Bapak Presiden dalam menerima delegasi Brasil, Presiden Lula dengan beberapa delegasinya. Salah satu dari antaranya adalah Menteri ESDM Brasil. Kami bertukar pandangan untuk melakukan kerjasama dalam pengelolaan sumber daya alam di bidang pertambangan termasuk dalam energi baru-terbarukan,” kata Bahlil usai menghadiri Upacara Peringatan Hari Pertambangan dan Energi ke-80, di Monas, Jakarta, Jumat (24/10/2025).

Bahlil menjelaskan, Brasil merupakan salah satu negara yang menggunakan etanol pada bahan bakar minyak (BBM). Saat ditanya mengenai potensi investasi Brasil yang akan membuka pabrik etanol di Indonesia, Bahlil pun optimis hal tersebut bisa saja terjadi.

"Etanol itu di negara mereka E30, tapi di beberapa negara bagian sudah ada sampai E100, ada E85. Semalam kami diskusi. Ada kemungkinan besar (buka pabrik etanol)," ujar Bahlil.

Bahlil menambahkan, kerja sama ini akan berdampak langsung pada perekonomian daerah karena bahan baku etanol seperti singkong, jagung, dan tebu akan memberdayakan sektor pertanian dan menciptakan lapangan pekerjaan.

“Jadi ini kita akan kolaborasi plasma intilah. Jadi supaya juga ekonomi daerah bisa tumbuh. Nah begitu ditanam, selesai, baru kita bangun pabrik etanolnya. Ya paling lama satu setengah tahun, dua tahun," ungkap Bahlil.

Dalam kesempatan itu, kedua negara sepakat saling bertukar pandangan dan pengetahuan dalam pengembangan etanol, metanol, serta mekanisme pendataan dan regulasi energi. Indonesia sendiri menargetkan mandatori E10 bisa diterapkan pada 2027.

"Kita 2027 kita akan rencana mandatori untuk E10. Tetapi di B40 ke B50 itu kita yang cepat (mulai tahun depan),” ujar Bahlil.

Langkah ini diharapkan memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus menciptakan peluang kerja baru di sektor bioenergi dan pertanian rakyat.

Baca juga artikel terkait BAHLIL atau tulisan lainnya dari Natania Longdong

tirto.id - Insider
Reporter: Natania Longdong
Penulis: Natania Longdong
Editor: Dwi Aditya Putra