tirto.id - Kalangan Muhammadiyah telah menjalani ibadah puasa sejak Senin, 11 Maret 2024, sesuai dengan ketetapan PP Muhammadiyah tentang 1 Ramadhan 1445 H. Artinya, warga Muhammadiyah juga telah mendirikan sholat Tarawih pada malam 1 Ramadhan yang bertepatan pada Ahad, 10 Maret 2024.
Keputusan Muhammadiyah mengenai 1 Ramadhan 1445 H berbeda dari pemerintah dan kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Karena perbedaan metode, awal Ramadhan versi pemerintah dan NU baru dimulai pada Selasa, 12 Maret 2024. Sholat Tarawih perdana dilakukan pada malam 1 Ramadhan yang jatuh di hari Senin, 11 Maret 2024.
Hukum mengerjakan sholat Tarawih adalah sunnah muakadah. Hukum tersebut tidak bersifat wajib, namun terdapat penekanan bahwa umat muslim dianjurkan untuk melaksanakan sholat Tarawih di bulan Ramadhan.
Jumlah Rakaat Sholat Tarawih Muhammadiyah
Dalam melaksanakan sholat sunnah malam di bulan Ramadhan, kalangan Muhammadiyah umumnya melakukan sholat Tarawih tidak lebih dari 11 rakaat. Ketentuan mengenai jumlah rakaat sholat Tarawih versi Muhammadiyah termaktub dalam hadist Abu Salamah bin ‘Abdur Rahman yang berbunyi sebagai berikut:
“Dari Aisyah [diriwayatkan bahwa] ketika ia ditanya mengenai shalat Rasulullah saw. di bulan Ramadhan. Aisyah menjawab: Nabi saw. tidak pernah melakukan shalat sunnat di bulan Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat. Beliau salat empat rakaat dan jangan engkau tanya bagaimana bagus dan indahnya. Kemudian beliau shalat lagi empat rakaat, dan jangan engkau tanya bagaimana indah dan panjangnya. Kemudian beliau shalat tiga rakaat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jika sesuai dengan hadits di atas, maka pola sholat Tarawih kalangan Muhammadiyah terdiri dari 4 rakaat yang dikerjakan sebanyak 2 kali. Lantas, tahap terakhir adalah menutupnya dengan sholat Witir 3 rakaat. Apabila diakumulasi, total rakaat sholat Tarawih Muhammadiyah adalah 11 rakaat.
Sebelas rakaat sholat Tarawih Muhammadiyah dapat dikerjakan dengan formasi 4-4-3, yaitu 2 sholat Tarawih empat rakaat dan 1 sholat Witir 3 rakaat. Pola lain juga bisa diterapkan untuk melaksanakan sholat Tarawih, seperti 2-2-2-2-2-1, yang berarti sholat dua rakaat sekali salam dilakukan sebanyak 5 kali, dipungkasi dengan 1 rakaat sholat Witir.
Bacaan Doa Setelah Sholat Tarawih Muhammadiyah
Berdasarkan laman Muhammadiyah.or.id, bacaan doa setelah sholat Tarawih versi Muhammadiyah telah dibahas dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) tentang Salat Tathawwu’. Selain itu, bacaan tersebut juga muncul dalam buku Tuntunan Ramadhan susunan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 2012.
Mengacu pada refrensi di atas, berikut adalah bacaan doa setelah sholat Tarawih versi Muhammadiyah, tepatnya saat dibaca usai sholat Witir:
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
Bacaan latin: "Subhanal malikil quddus"
Artinya: “Maha suci Allah yang Maha Merajai dan yang Maha Bersih” (3x)
Jika sudah membaca wirid di atas, lanjut membaca doa berikut ini:
رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
Bacaan latin: "Rabbil malaikati war-ruh"
Artinya: “Yang menguasai para malaikat dan Ruh/Jibril” (1x)
Bacaan doa setelah sholat Tarawih versi Muhammadiyah di atas berlandaskan pada sebuah hadits riwayat berikut ini:
“Dari Ubay bin Ka’ab Adalah Rasulullah saw ketika salat witir membaca surat ‘Sabbihisma rabbikal a’la’ (al-A’la), dan surat ‘Qul ya ayyuhal kafirun’ (al-Kafirun) dan surat ‘Qul huwallahu ahad’ (al-Ikhlas). Kemudian, apabila telah selesai mengucapkan salam, beliau membaca ’Subhanal malikil quddus’ tiga kali.” [H.R. an-Nasa’i dalam Sunan an-Nasa’i no.1729, Kitab Qiyamu al-Lail wa tatawwu’u an-Nahar, Bab Nau’un Akharun min al-Qira’ati fi al-Witri].
Susunan doa di atas bisa dibaca setelah menyelesaikan sholat Tarawih, yang biasa dikerjakan kalangan Muhammadiyah sebanyak 11 rakaat. Bila dibandingkan dengan NU, susunan doa setelah sholat Tarawih cenderung berbeda. Kalangan muslim NU memiliki bacaan doa pada setiap sholat witir yang dikerjakan.
Selepas membaca doa usai sholat witir, doa Subhānal malikil quddūs baru dibaca. Namun, bagian tersebut dilanjutkan dengan bacaan doa yang berbeda dari Muhammadiyah, yaitu Subbūhun, quddūsun, rabbunā wa rabbul malā’ikati war rūh, yang berarti “Suci dan qudus Tuhan kami, Tuhan para malaikat dan Jibril”.
Penulis: Ahmad Yasin
Editor: Fitra Firdaus