tirto.id - Salat tarawih di bulan suci Ramadan termasuk amalan sunnah yang dianjurkan. Biasanya salat ini dilakukan secara berjemaah usai salat isya'. Pengerjaan salat tarawih, didahului membaca niat seperti layaknya salat lain.
Dikutip dari Tuntunan Ibadah Pada Bulan Ramadan yang disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah (2013:31), salat tarawih merupakan salat sunnah malam pada bulan Ramadan, dan dikerjakan sesudah salat isya' hingga fajar atau sebelum datangnya waktu salat subuh.
Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa ‘Aisyah R.A. isteri Nabi Muhammad berkata, "Rasulullah selalu mengerjakan salat (malam) pada waktu antara selesai salat isya', yang disebut orang "atamah" hingga fajar, sebanyak sebelas rakaat." [H.R. Muslim].
Niat Salat Tarawih
Dikutip dari "Melafalkan Niat dalam Shalat" oleh Cholil Nafis, melafalkan niat salat menjelang takbiratul ihram menurut kesepakatan para pengikut mazhab Imam Syafi’iy dan Imam Ahmad bin Hambal adalah sunnah. Melafalkan niat sebelum takbir dapat membantu untuk mengingatkan hati. Dengan demikian, jika seseorang keliru dalam melafalkan niat, maka yang dianggap adalah niatnya, bukan lafal niat tersebut.
Sementara itu, dalam Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah, tertulis, "Bila kamu hendak menjalankan salat, maka mengucaplah 'Allahu Akbar dengan ikhlas niatmu karena Allah.” Niat dalam hal ini adalah menyengaja dalam melaksanakan salat.
Dalam salat tarawih, niat salat dalam bahasa Arab, berbeda redaksi antara yang dilafalkan oleh seorang imam dan juga makmumnya. Hal ini terletak pada bacaan apakah dia sebagai "imam" atau "makmum" dalam salat tersebut.
Berikut adalah lafal niat salat tarawih jika dalam posisi sebagai imam.
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا ِللهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatat Tarāwīhi rak‘atayni mustaqbilal qiblati adā’an imāman lillāhi ta‘ālā.
Artinya: "Aku menyengaja sembahyang sunnah tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai imam karena Allah."
Namun, ketika dalam salat tersebut posisi kita sebagai makmum, maka niatnya adalah sebagai berikut.
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatat Tarāwīhi rak‘atayni mustaqbilal qiblati adā’an ma’mūman lillāhi ta‘ālā.
Artinya: Aku menyengaja sembahyang sunnah tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai makmum karena Allah."
Dalam praktiknya di Indonesia, terdapat perbedaan jumlah rakaat salat tarawih yang dikerjakan. Ada yang berpendapat 8 rakaat, ada pula yang berpendapat 20 rakaat. Kedua pendapat tersebut sama-sama memiliki dalil.
Dalil salat tarawih dikerjakan dengan 8 rakaaat adalahhadis Nabi Muhammad SAW diriwayatkan oleh Imam al-Bukhārī dari ’Ā’isyah r.a. sebagai berikut.
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى فِيمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلاَةِ الْعِشَاءِ وَهِىَ الَّتِى يَدْعُو النَّاسُ الْعَتَمَةَ إِلَى الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُسَلِّمُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ [رواه مسلم]
Artinya, "Dari ‘Ā’isyah, istri Nabi saw, (diriwayatkan bahwa) ia berkata, "Pernah Rasulullah melakukan sholat pada waktu antara setelah selesai Isya yang dikenal orang dengan ‘Atamah hingga Subuh sebanyak sebelas rakaat di mana beliau salam pada tiap-tiap dua rakaat, dan beliau salat witir satu rakaat [H.R Muslim].
Sementara itu dikutip dari Buku Saku Sukses Ibadah Ramadhan karya Ma'ruf Khozin terbitan Pengurus Pusat Lajnah Ta'lif wan Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) (2017:28), Imam al-Tirmidzi berkata, "Mayoritas ulama mengikuti riwayat Umar, Ali dan sahabat Rasulullah yang lainnya sebanyak 20 rakaat. Ini adalah pendapat al-Tsauri, Abdullah bin Mubarak dan al-Syafii. Al-Syafii berkata: Seperti ini yang saya jumpai di Negeri kami Makkah. Umat Islam salat 20 rakaat” (Sunan al-Tirmidzi 3/169).
Baik salat tarawih dengan 8 rakaat maupun 20 rakaat, niatnya tetap serupa.
Niat Salat Witir
Sementara itu untuk salat witir, bisa dikerjakan dengan dua rakaat kemudian dilanjutkan satu rakaat atau tiga rakaat sekaligus. Pada dasarnya, salat witir merupakan salat yang dilakukan dengan bilangan ganjil. Yaitu satu rakaat, tiga rakaat, dan seterusnya.
Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad bersabda, "Witir itu adalah hak setiap muslim, siapa yang lebih suka witir lima rakaat, maka kerjakanlah, dan barang siapa yang lebih suka witir satu rakaat, maka kerjakanlah". (Hadis shahih, riwayat abu Daud: 1212 dan al-Nasa'i: 1693).
Berikut adalah niat salat witir dan terdapat perbedaan pada saat melafalkan bacaan apakah sebagai imam atau makmum dan juga dalam jumlah rakaatnya.
Niat Salat Witir tiga rakaat sekaligus.
اُصَلِّى سُنَّةَ الْوِتْرِثَلاَثَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) ِللهِ تَعَالَى
Ushallii sunnatal-witri salasa’raka’atin mustaqbilal qiblati [makmuuman / imaaman] lillaahi ta’aalaa.
Artinya, "Saya (berniat) mengerjakan Sholat Sunnah Witir, tiga raka’at dengan menghadap kiblat, [makmum / imam], karena Allah Ta’ala".
Niat salat witir dua rakaat:
اُصَلِّى سُنَّةَ الْوِتْرِرَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) ِللهِ تَعَالَى
Ushallii sunnatal-witri rak’ataini mustaqbilal qiblati [makmuuman / imaaman] lillaahi ta’aalaa.
Artinya, "Saya (berniat) mengerjakan Sholat Sunnah Witir, dua raka’at dengan menghadap kiblat, [makmum / imam], karena Allah Ta’ala".
Niat salat witir satu rakaat:
اُصَلِّى سُنَّةَ الْوِتْرِرَكْعَةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) ِللهِ تَعَالَى
Ushallii sunnatal-witri rok’atan mustaqbilal qiblati [makmuuman / imaaman] lillaahi ta’aalaa.
Artinya, "Saya (berniat) mengerjakan Sholat Sunnah Witir, satu raka’at dengan menghadap kiblat, [makmum / imam], karena Allah Ta’ala".
Editor: Fitra Firdaus