tirto.id - Beberapa waktu terakhir muncul kabar bahwa sejumlah kampus top dunia menolak mahasiswa penerima beasiswa LPDP karena tunjangan hidup yang dianggap tidak mencukupi.
University of Amsterdam jadi salah satu universitas yang disebut menolak penundaan studi mahasiswa PhD penerima LPDP. Isu ini pun memunculkan kekhawatiran soal kelayakan beasiswa LPDP di mata universitas-universitas terkemuka dunia.
Pihak LPDP membenarkan adanya kendala tersebut, namun menegaskan bahwa penolakan itu hanya terjadi pada kasus tertentu dan tidak mewakili keseluruhan kerja sama dengan kampus luar negeri.
Bahkan, ratusan mahasiswa LPDP saat ini masih aktif belajar di berbagai institusi pendidikan top global tanpa kendala. LPDP juga menyatakan bahwa besaran tunjangan hidup ditetapkan melalui kajian menyeluruh sesuai standar negara tujuan.
Apa Tidak Bisa Daftar Kampus Top Dunia dengan LPDP Lagi?
Kekhawatiran soal batalnya studi ke kampus top dunia mencuat setelah sejumlah universitas di Belanda, termasuk University of Amsterdam, menolak penundaan studi bagi mahasiswa penerima beasiswa LPDP.
Penolakan itu disebut terkait dengan besaran living allowance yang dianggap belum mencukupi standar biaya hidup di negara tersebut. Namun, LPDP menegaskan bahwa secara umum, kerja sama dengan kampus top dunia tetap berjalan baik.
Direktur Beasiswa LPDP Dwi Larso, menjelaskan bahwa dana tunjangan hidup yang diberikan telah disusun berdasarkan kajian menyeluruh. Menurutnya, setiap kebijakan disusun dengan mempertimbangkan prinsip akuntabilitas dan keberlanjutan dana pendidikan.
“Besaran living allowance yang diberikan kepada penerima beasiswa ditentukan berdasarkan kajian menyeluruh terhadap standar biaya hidup di masing-masing negara tujuan studi,” papar Dwi Larso.
Sejauh ini, lebih dari 1.900 penerima beasiswa LPDP tengah menempuh pendidikan di institusi top dunia tanpa kendala berarti. Bahkan, total penerima beasiswa LPDP telah mencapai lebih dari 55 ribu orang, dengan 20 ribu di antaranya masih aktif menjalani studi.
Dwi juga menyebutkan bahwa dalam kasus tertentu, mahasiswa dapat mengajukan penyesuaian atau mencari alternatif kampus yang masih mendukung skema LPDP. LPDP pun telah menjalin komunikasi aktif dengan banyak institusi untuk memastikan skema pembiayaan tetap relevan dan dapat diterima.
“Kami terbuka terhadap masukan dan siap melakukan penyesuaian yang diperlukan, selama hal tersebut sejalan dengan prinsip akuntabilitas dan keberlanjutan dana pendidikan,” tegasnya.
Mengenai daftar kampus top dunia versi LPDP tahun 2025, University of Amsterdam memang tidak tercantum. Meski begitu, LPDP memastikan bahwa daftar tersebut masih mencakup universitas bergengsi di berbagai negara tanpa kendala pembiayaan.
Penolakan dari sebagian kampus bukan berarti LPDP kehilangan kredibilitas di mata universitas top dunia, melainkan menjadi sinyal penting untuk melakukan refleksi menyeluruh terhadap mekanisme dan kebijakan yang ada.
Situasi ini justru membuka ruang evaluasi yang konstruktif, agar skema pembiayaan yang ditawarkan dapat lebih responsif, adaptif, dan selaras dengan dinamika kebutuhan riil mahasiswa serta tuntutan institusi pendidikan global.
Penulis: Satrio Dwi Haryono
Editor: Indyra Yasmin
Masuk tirto.id







































