tirto.id - Penyakit vaginismus merupakan salah satu masalah disfungsi seksual yang dialami perempuan. Kondisi ini terjadi ketika otot dinding vagina berkontraksi, mengetat atau menegang secara tidak sadar saat ada upaya penetrasi ke dalamnya.
Akibat kontraksi terus-menerus tersebut, akan terjadi kesulitan penetrasi dan muncul rasa sakit atau rasa tidak nyaman pada vagina.
Cleveland Clinic melansir, hingga kini angka pasti penderita vaginismus masih belum dapat diketahui karena umumnya perempuan malu untuk berkonsultasi dengan dokter terkait hal tersebut.
Walaupun penderita vaginismus tidak mengalami masalah pada gairah seksual, namun mereka kesulitan menjalani hubungan intim.
Apa Saja Gejala Vaginismus?
Lantas, kapan biasanya gejala vaginismus diketahui oleh penderita pertama kali? Mengingat tak sedikit perempuan yang kurang paham mengenai disfungsi seksual ini, maka umumnya mereka baru tahu di akhir masa remaja atau awal usia dewasa saat hendak berhubungan seks pertama kali.
Beberapa gejala vaginismus yang bisa dideteksi adalah:
- Rasa sakit pada vagina saat melakukan hubungan intim (dispareunia) disertai otot vagina yang mengejang.
- Sulit melakukan penetrasi.
- Kejang otot dan berhenti bernapas ketika melakukan penetrasi.
- Rasa sakit jangka panjang di vagina tanpa ada penyebab yang diketahui.
- Sulit saat hendak memasang tampon.
- Sulit melakukan pemeriksaan ginekolog misalnya memasang alat pap smear.
- Vaginismus primer adalah vagina tidak pernah bisa mengalami penetrasi.
- Vaginismus sekunder adalah vagina pernah mengalami penetrasi, namun kemudian tidak bisa lagi akibat trauma, masalah kesehatan ginekologi, radiasi dll.
Faktor Penyebab Vaginismus
Dilansir dari laman Hermina Hospitals, faktor penyebab pasti terjadinya vaginismus pada masing-masing perempuan bisa berbeda. Namun kebanyakan kasus ini awalnya terjadi akibat trauma yang dialami perempuan.
Trauma itu dapat berupa trauma fisik maupun psikis misalnya pernah menjadi korban pemerkosaan atau pelecehan seksual. Bisa juga terjadi setelah aborsi atau melihat dan menyaksikan proses aborsi yang menyakitkan pada perempuan lain.
Berikut ini beberapa faktor penyebab terjadi vaginismus:
- Memiliki hubungan buruk dengan pasangan
- Memiliki riwayat mengalami kekerasan seksual
- Mengalami stres atau kecemasan
- Takut terjadi kehamilan
- Trauma pada rasa sakit yang pernah dialami akibat operasi, infeksi atau masalah ginekologis
- Menderita penyakit fisik pada vagina semisal infeksi saluran kemih, infeksi kelamin, kanker
- Trauma menjalani persalinan
- Pernah cedera panggul
- Menopause, dll
Pengobatan vaginismus
Dokter sebelumnya akan melakukan anamnesis berdasarkan gejala yang dialami oleh penderita. Setelah mengetahui riwayat medis dan mendapatkan hasil tes psikologis, dokter akan memutuskan jenis pengobatan dan terapi yang akan dilakukan, seperti,
1. Terapi konseling
Menurut laman Healthline, terapi dan konseling merupakan salah satu cara mengatasi masalah vaginismus dari sisi psikologis. Apalagi jika penyebab masalah tersebut adalah trauma dan ketakutan yang dialami pada masa lalu.
Dokter atau konselor kerap memberikan pilihan pada penderita apakah menjalani terapi relaksasi atau hipnosis untuk membuat penderita merasa nyaman dan dapat mengatasi ketakutannya.
2. Pelvic Floor Exercise
Pelvic floor exercise adalah sejenis senam yang menyerupai senam kegel dengan tujuan untuk mengencangkan otot panggul bawah. Otot panggul yang kuat memudahkan melakukan kontrol pada otot di area vagina hingga dapat mengurangi rasa sakit.
3. Latihan emosional
Latihan emosional berfungsi untuk mengatasi masalah emosional yang memicu terjadinya vaginismus. Dengan pengendalian masalah emosi itu, penderita dapat mengidentifikasi sekaligus menyelesaikan emosinya yang mengganggu.
4. Memakai dilator vagina
Dilator vagina adalah alat yang berfungsi melebarkan vagina. Penggunaan alat ini hanya akan dilakukan oleh dokter jika dibutuhkan. Bentuk dilator adalah tabung dengan ujung tumpul serta memiliki aneka ukuran. Paling kecil adalah seukuran pensil.
Penulis: Cicik Novita
Editor: Nur Hidayah Perwitasari