Menuju konten utama

7 Penyebab Vagina Gatal dan Bagaimana Bentuk Vagina yang Sehat?

Penyebab vagina gatal di antaranya infeksi jamur hingga bacterial vaginosis.

7 Penyebab Vagina Gatal dan Bagaimana Bentuk Vagina yang Sehat?
Ilustrasi Vagina. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Vagina adalah organ intim perempuan yang harus dijaga kebersihannya. Menjaga kebersihan vagina berarti juga menjaga kesehatan organ reproduksi dan tubuh secara keseluruhan.

Namun, kebersihan vagina hanyalah salah satu dari masalah yang sering dibicarakan di kalangan perempuan. Masalah lain yang kerap dipertanyakan adalah bentuk vagina itu sendiri. Lantas, seperti apakah bentuk vagina yang normal dan sehat?

Perlu diketahui bahwa bentuk vagina bisa berbeda-beda pada tiap perempuan. Jadi, sebenarnya tidak ada bentuk vagina yang benar-benar ideal atau bisa dijadikan patokan.

Tipe dan penjelasan tentang bentuk vagina

Menurut laman Medical News Today, berikut beberapa tipe vagina berdasarkan bentuk, ukuran, warna, hingga rambut pubisnya:

1. Bentuk dan ukuran

Vagina sebenarnya adalah organ reproduksi bagian dalam, sedangkan bagian luarnya disebut dengan vulva. Vulva sendiri terdiri dari beberapa bagian, mulai dari labia mayora, labia minora, hingga klitoris.

Bentuk labia mayora dan minora bisa sangat bervariasi, ada yang bentuknya simetris, asimetris, lebar, tapi ada pula yang berukuran kecil. Klitoris pada tiap perempuan juga bisa berbeda-beda. Ada yang memiliki klitoris berukuran kecil seperti biji kacang, tapi ada juga yang agak besar hingga seukuran ujung jempol.

2. Warna

Sama halnya seperti warna kulit tubuh, warna vulva juga sangat bervariasi pada setiap perempuan. Vulva yang sehat umumnya memiliki warna merah, merah muda, burgundy, atau warna wine.

Warna vulva sendiri bisa berubah karena beberapa faktor, salah satunya akibat adanya rangsangan seksual. Saat terangsang, terjadi peningkatan aliran darah pada vagina sehingga warna kulit luarnya berubah menjadi lebih merah atau bahkan keungu-unguan.

Perubahan warna vulva menjadi merah atau ungu juga bisa terjadi karena infeksi jamur dan hal ini merupakan tanda bahwa vagina sedang dalam kondisi tidak sehat.

3. Rambut pubis/kemaluan

Rambut pubis merupakan salah satu tanda kematangan seksual dan muncul ketika memasuki masa pubertas. Selain itu, rambut pubis sebenarnya juga berfungsi untuk melindungi vagina dari bakteri yang merugikan.

Sama seperti bentuk dan warna vulva, tidak ada patokan ideal mengenai rambut pubis agar dianggap normal. Jumlah, warna, maupun tekstur rambut pubis bisa berbeda-beda pada setiap orang.

Tanda vagina yang sehat

Sehat atau tidaknya vagina tidak bisa hanya ditentukan oleh bentuk, ukuran, dan juga warnanya. Vagina yang sehat justru bisa dinilai dari cairan dan bau yang dikeluarkan.

1. Cairan vagina

Cairan yang biasa disebut keputihan ini berfungsi untuk membersihkan vagina dari segala kotoran. Vagina yang sehat akan mengeluarkan cairan yang bening atau berwarna agak putih, licin seperti putih telur, dan tidak berbau.

Sebaliknya, salah satu tanda vagina tidak sehat adalah keluarnya cairan keputihan yang berwarna kuning pekat, hijau, atau abu-abu. Teksturnya juga kental atau menggumpal seperti bubur dan disertai bau tak sedap yang menyengat. Hal seperti ini biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri atau gejala penyakit menular seksual.

2. Bau

Secara alami, vagina mengandung banyak bakteri menguntungkan yang juga otomatis akan mengeluarkan bau. Jadi, vagina yang sehat dan normal adalah vagina yang mengeluarkan bau khas, bukan yang tidak berbau sama sekali.

Akan tetapi, apabila vagina mengeluarkan bau yang tidak sedap dan menyengat, hal itu bisa menandakan adanya infeksi atau penyakit.

3. Pendarahan

perempuan dewasa bisa mengalami pendarahan yang biasa disebut sebagai menstruasi. Ini adalah jenis perdarahan yang normal dan terjadi setiap bulan sebagai tanda kesiapan kehamilan pada seorang perempuan.

Jumlah darah menstruasi yang keluar juga bervariasi pada setiap perempuan. Namun jika pendarahan terlalu banyak hingga mengganggu aktivitas dan menyebabkan anemia, coba konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Tak hanya itu, pendarahan di luar siklus menstruasi juga perlu diwaspadai karena bisa jadi tanda adanya penyakit.

Penyebab vagina gatal

Rasa gatal bisa menjadi tanda adanya sesuatu yang tidak normal pada vagina, mulai dari infeksi, penyakit, atau terjadi iritasi karena bahan kimia. Berikut tujuh penyebab vagina terasa gatal seperti dikutip dari Healthline:

1. Iritasi

Iritasi bisa terjadi karena vagina kontak dengan bahan-bahan kimia. Mulai dari sabun, cairan pembersih vagina, tisu toilet yang mengandung pewangi, hingga cairan yang digunakan dalam vaginal douching. Bahan-bahan kimia tersebut berpotensi menyebabkan iritasi dan tak hanya menimbulkan rasa gatal, vagina juga bisa terasa nyeri dan terlihat kemerahan.

2. Penyakit kulit

Beberapa penyakit kulit seperti eczema bisa menyebabkan rasa gatal pada vagina. Eczema atau dermatitis atopik adalah kondisi ruam kemerahan dan gatal yang biasa dialami oleh penderita asma dan alergi. Eczema juga membuat kulit terasa kasar bersisik dan bisa menyebar ke area vulva.

Selain eczema, psoriasis juga bisa menjadi penyebab vagina terasa gatal. Psoriasis merupakan penyakit yang menyebabkan kulit menjadi kasar, menebal, dan gatal. Meski umumnya terjadi pada bagian persendian seperti lutut dan siku tangan, psoriasis juga bisa menyebar di area vulva.

3. Infeksi jamur

Ada jenis jamur yang memang tumbuh di area vagina dan tidak menyebabkan masalah kesehatan. Namun saat pertumbuhan jamur mulai tidak terkendali, hal ini bisa mengakibatkan infeksi. Vagina akan terasa gatal, timbul sensasi panas terbakar, keputihan tidak normal, serta bau tak sedap.

4. Bacterial vaginosis

Bacterial vaginosis adalah kondisi ketika terjadi ketidakseimbangan jumlah bakteri di dalam vagina. Saat jumlah bakteri merugikan jauh lebih banyak dibanding bakteri baik, timbul infeksi yang membuat vagina terasa gatal dan berbau tak sedap.

5. Penyakit menular seksual

Penyakit menular seksual juga akan berpengaruh pada vagina. Beberapa penyakit menular seksual yang bisa menyebabkan vagina gatal antara lain gonore, herpes, trikomoniasis, chlamydia, dan kutil kelamin.

6. Menopause

Saat menopause, kadar hormon estrogen akan menurun sehingga membuat jaringan vagina menipis, lebih kering, dan kehilangan elastisitasnya. Hal inilah yang berpotensi menyebabkan timbulnya rasa gatal pada area vagina.

7. Stres

Kondisi psikologis seseorang rupanya bisa meningkatkan risiko terjadinya iritasi dan gatal pada area organ intim. Stres diketahui akan menurunkan sistem imun sehingga menyebabkan tubuh mudah mengalami infeksi, termasuk di area vagina.

Hal ini didukung oleh hasil studi terhadap hewan yang menunjukkan bahwa hormon kortisol yang dilepaskan saat stres bisa berpengaruh pada kesehatan vagina.

8. Kanker vulva

Vagina yang terasa gatal bisa jadi gejala penyakit kanker vulva, tapi penyakit ini diketahui cukup jarang terjadi. Pada kanker vulva, area organ intim akan terasa gatal secara terus-menerus disertai dengan perubahan warna dan tekstur kulit vulva. Gejala lainnya adalah keputihan dan pendarahan di luar siklus menstruasi.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari