tirto.id - Vagina atau beberapa area di sekitarnya bisa saja terasa sakit maupun nyeri setelah Anda melakukan hubungan seksual dengan suami.
Jika hal tersebut terus terjadi dan bahkan mengganggu aktivitas seksual Anda bersama pasangan, mungkin ada baiknya Anda mulai mencari tahu penyebabnya.
Namun, sebelum itu, coba pastikan terlebih dahulu apakah yang terasa sakit dan tak nyaman setelah bercinta adalah vagina atau jangan-jangan sakit yang Anda rasakan setelah berhubungan seksual berasal dari vulva?
Apa itu vagina dan bedanya dengan vulva?
Dilansir dari laman Healthline, vagina adalah saluran panjang berotot yang membentang dari lubang vagina ke leher rahim. Sedangkan vulva terdiri dari labia, klitoris, lubang vagina, dan lubang uretra. Labia adalah bibir, atau lipatan kulit di sekitar lubang vagina.
Banyak orang mengatakan "vagina" nya terasa sakit atau nyeri usai bercinta dengan suaminya, padahal yang dimaksud adalah "vulva".
Jika Anda mengalami nyeri pada vagina atau vulva setelah melakukan hubungan seksual atau bercinta dengan suami, maka ada beberapa penyebab mengapa hal itu bisa terjadi. Berikut penyebab vagina terasa sakit atau nyeri setelah bercinta dengan pasangan.
Penyebab vagina terasa sakit usai bercinta dengan suami?
Vagina bisa menjadi sakit selama atau setelah berhubungan seks karena beberapa alasan. Misalnya, mungkin karena gesekan yang berlebihan, infeksi, alergi atau bahkan trauma.
Berikut beberapa penyebab vagina terasa nyeri atau sakit setelah bercinta,
1. Kurangnya pelumasan
Dilansir dari laman Medical News Today kurangnya pelumas atau lubrikasi bisa menyebabkan rasa sakit, perih dan bahkan rasa tak nyaman pada vagina saat melakukan hubungan seksual atau setelah sesi bercinta dengan pasangan selesai.
Sebenarnya, vagina memang bisa menciptakan pelumasan secara alami, baik untuk membersihkan dirinya sendiri maupun saat perempuan terangsang secara seksual.
Namun, meskipun kekeringan vagina sering terjadi setelah perempuan menopause, tetapi kadar estrogen yang rendah dapat terjadi pada usia berapa pun dan mengakibatkan kurangnya pelumas saat bercinta.
Selain itu, kurangnya pelumas atau lubrikasi yang keluar dari vagina juga bisa terjadi lantaran sesi foreplay yang kurang maksimal dan terlalu cepat dilakukan penetrasi pada vagina.
Jika Anda mengalami rasa sakit pada vagina lantaran kurangnya pelumas, cobalah untuk memperlama sesi foreplay bersama pasangan. Selain itu coba jelaskan pada pasangan, rangsangan seperti apa yang Anda inginkan untuk memaksimalkan keluarnya lubrikasi sebelum sesi penetrasi vagina.
Namun, jika foreplay dan rangsangan sebelum bercinta sudah sangat maksimal tetapi lubrikasi yang keluar masih sedikit maka cobalah untuk menemui dokter dan konsultasikan masalah Anda.
2. Alergi lateks
Alergi terhadap lateks yang menjadi bahan utama kondom bisa menyebabkan rasa terbakar, gatal, dan nyeri pada vagina jika pasangan menggunakan kondom lateks.
Jika hal itu terus terjadi, cobalah untuk menggunakan alternatif kondom selain yang berbahan lateks, seperti kondom poliisoprena, kondom internal, atau kondom poliuretan.
3. Kurangnya gairah untuk bercinta dengan pasangan
Dalam beberapa kasus, seseorang mungkin sedang tidak mood untuk berhubungan seksual dengan suami atau mereka mungkin tidak sepenuhnya siap untuk berhubungan seks dengan pasangannya.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), melakukan penetrasi saat perempuan tidak terangsang atau tidak siap ternyata dapat membuat hubungan seks tidak nyaman atau menyakitkan, baik selama sesi bercinta maupun setelah hubungan seksual.
Jika Anda mengalami hal ini, cobalah cari tahu mengapa Anda tak lagi bergairah untuk berhubungan seksual. Kemudian coba bicarakan dengan pasangan Anda untuk mencari solusi bersama agar hubungan seksual Anda dengan suami kembali bergairah dan area disekitar vagina tak lagi sakit selama bercinta atau setelah sesi bercinta selesai.
4. Cedera di sekitar vagina
Apakah Anda mengalami cidera di sekitar vagina? Misalnya Anda terjatuh atau area sekitar vagina terpentok sesuatu saat Anda olah raga?
Sebab, cedera yang terjadi pada vagina atau di sekitar area vagina ternyata dapat menyebabkan hubungan seksual menjadi menyakitkan atau tidak nyaman.
Selain cidera yang mungkin terjadi saat Anda olah raga, cedera lain yang mungkin terjadi adalah ketika Anda sebelumnya melahirkan bayi besar dan menyebabkan robeknya vagina serba menyebabkan terbentuknya jaringan parut.
Hal ini tentu saja bisa mengakibatkan rasa sakit saat berhubungan seksual. Jika Anda mengalami kondisi tersebut maka cobalah untuk bertemu dan berkonsultasi dengan dokternya tentang kemungkinan perawatan untuk jaringan parut di vagina Anda.
5. Kista ovarium
Kista ovarium adalah kantung berisi cairan yang tumbuh di ovarium. Kista ovarium yang tumbuh dapat menyebabkan beberapa gejala, seperti nyeri panggul, nyeri saat berhubungan seks dan kesulitan buang air kecil.
Office on Women’s Health (OWH) menjelaskan bahwa dokter mungkin akan meresepkan pereda nyeri atau kontrasepsi hormonal untuk meredakan gejala kista ovarium yang mengganggu hubungan seksual Anda dan pasangan.
Namun, dalam kasus yang lebih parah, yaitu ketika kista menyebabkan rasa sakit yang luar biasa dan tidak akan hilang, maka Anda mungkin akan memerlukan pembedahan untuk mengatasi masalah ini.
6. Vulvodynia
Vulvodynia adalah suatu kondisi yang menyebabkan rasa sakit pada vulva. Menurut ACOG, rasa nyeri yang timbul cenderung terletak pada pembukaan vagina.
Jika Anda mengalami ini, maka segera konsultasikan pada dokter sebab mungkin akan memerlukan pengobatan atau bahkan pembedahan untuk mengatasi kondisi tersebut.
7. Masalah kulit tertentu
Menurut ACOG, kondisi kulit tertentu seperti dermatitis kontak ternyata juga dapat menyebabkan kulit pecah-pecah atau bisul di dekat vulva.
Kulit yang pecah-pecah di sekitar vulva tentu akan mengakibatkan rasa sakit dan tak nyaman selama atau setelah Anda berhubungan seksual.
Jika Anda mengalami hal ini, ada baiknya untuk berkonsultasi pada dokter dan jangan sembarang membeli obat tanpa resep dokter untuk mengatasi masalah tersebut.
Sebab, bisa jadi kondisi kulit tersebut justru terjadi karena produk perawatan atau sabun yang Anda gunakan untuk membersihkan sekitar vagina ternyata terlalu keras dan tak cocok untuk kulit Anda.
Selain itu, masalah kulit di sekitar area vulva juga bisa terjadi karena penggunaan pakaian dengan bahan tertentu hingga penggunaan pelumas yang tak cocok dengan kulit Anda.
8. Herpes
Herpes adalah salah satu dari penyakit/infeksi menular seksual atau IMS yang bisa menyebabkan luka terbuka pada alat kelamin.
Herpes yang terjadi di sekitar vulva tentu bisa menyebabkan rasa sakit dan tak nyaman saat Anda berhubungan seksual dengan suami. Jika Anda mengalami masalah tersebut maka hal terbaik yang bisa Anda lakukan adalah segera menghubungi dokter untuk mengatasi masalah tersebut.
Menurut CDC, saat ini tidak ada obat untuk herpes, tetapi pengobatan dapat membantu mengurangi jumlah dan tingkat keparahan herpes yang dialami seseorang.
9. Vaginisme
Vaginismus bisa menyebabkan otot antara lubang vagina dan lubang anus menjadi kejang tanpa Anda sadari. NAMS menjelaskan bahwa vaginismus dapat mempersulit penetrasi dan menyebabkan rasa sakit selama atau setelah berhubungan seks.
Jika Anda mengalami vaginismus, maka coba konsultasikan dengan dokter dan mungkin Anda akan mendapatkan beberapa opsi perawatan, seperti,
- Konseling dan terapi fisik
- Biofeedback
- Dilator vagina
- Psikoterapi perilaku kognitif
- Latihan relaksasi
- Obat-obatan tertentu
10. Vaginitis
Vaginitis adalah infeksi bakteri atau jamur yang menyebabkan peradangan pada vagina. Gejalanya bisa berupa keluarnya cairan yang berbau, gatal, dan nyeri.
Hal ini tentu sangat berpengaruh saat Anda melakukan hubungan seksual karena bisa menyakitkan baik selama berhubungan seks atau setelah Anda bercinta.
Pada infeksi bakteri, dokter kemungkinan akan meresepkan antibiotik, dan untuk infeksi jamur, dokter mungkin akan meresepkan obat antijamur.
11. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) bisa terjadi ketika bakteri dari anus atau kulit naik ke dalam uretra dan masuk ke kandung kemih atau ginjal.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), ISK memiliki gejala yang mirip dengan beberapa infeksi menular seksual (IMS) dan bisa menyebabkan rasa sakit serta tak nyaman saat bercinta atau setelah sesi bercinta selesai.
Oleh karena itu, jika Anda merasa menderita ISK atau memiliki gejala seperti sering buang air kecil dengan rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil, terdapat darah dalam urin, maka segeralah untuk bertemu dengan dokter dan mengonsultasikan masalah tersebut.
12. Trauma yang pernah dialami
Jika seorang perempuan pernah mengalami trauma seperti pelecehan seksual termasuk perkosaan, maka hal tersebut dapat mengasosiasikan seks dengan rasa sakit, kemudian menyebabkan pengencangan dan ketegangan vagina selama hubungan seksual.
Hal ini tentu akan sangat menyakitkan pada perempuan selama ia melakukan hubungan seksual dengan pasangannya maupun setelah sesi bercinta selesai.
Jika hal tersebut yang terjadi pada Anda maka cobalah untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Nantinya, mereka mungkin dapat memberikan Anda terapi yang bisa membantu meredakan ketegangan pada otot dasar panggul dan mengatasi trauma.
13. Menopause
North American Menopause Society (NAMS) mengatakan bahwa menopause akan menyebabkan kekeringan pada vagina, penipisan dinding vagina hingga lubang vagina yang lebih menyempit. Kurangnya pelumasan dan fleksibilitas ini dapat menyebabkan hubungan seksual yang tentu akan menyakitkan pada perempuan.
Jika Anda mengalami masalah ini, maka beberapa solusi yang bisa di lakukan di antaranya,
- Membeli dan menggunakan pelumas dengan bahan yang aman saat akan berhubungan seksual.
- Membeli dan menggunakan kondom yang sudang mengandung pelumas tambahan ketika akan bercinta.
- Menghubungi dokter untuk mendapat beberapa rekomendasi obat yang mungkin bisa membantu Anda mengatasi masalah tersebut.
Editor: Iswara N Raditya