tirto.id - Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyoroti akar masalah anjloknya produksi komoditas pangan strategis seperti kedelai dan susu di masa lalu.
Menurutnya, hal ini disebabkan oleh kepatuhan berlebihan terhadap rezim pasar bebas yang diusung oleh International Monetary Fund (IMF).
“Kesalahan kita dulu adalah terlalu patuh pada IMF. Pasar bebas, maaf, Neolib, kapitalis,” kata Amran dalam acara Town Hall Meeting Satu Tahun Kemenko Pangan di Gedung Graha Mandiri, Jakarta, Selasa (21/10/2025).
Ia menjelaskan bahwa kebijakan pasar bebas saat itu membuat banyak sektor pertanian dan peternakan dalam negeri kolaps. “Sedangkan sekarang ini adalah ekonomi Pancasila, arahan Bapak Presiden. Dan itu yang benar,” tambahnya.
Amran kemudian memaparkan bukti konkret dari dampak kebijakan tersebut. Sejak IMF masuk pada tahun 1969, produksi susu nasional langsung turun dan menciptakan pertumbuhan impor hingga 40 persen. Bahkan, dalam beberapa tahun belakangan, impor susu mencapai 80 persen.
“Kami tunjukkan datanya. Kami tunjukkan. Susu, salah satu susu, seperti kedelai, mati suri. Kedelai, bawang putih, dulu jagung, ayam, mati seketika semua. Kenapa? Kita pasar bebas. Melepas,” ucapnya.
Amran menceritakan upayanya menyelamatkan peternak lokal dengan mempertemukan mereka dengan pengusaha susu besar. “Masa tega mematikan saudara kita sendiri. Sama dengan mematikan Republik ini,” tuturnya.
Sebagai solusi, Amran menyatakan telah mengambil langkah tegas dengan membuat regulasi yang melindungi peternak dalam negeri. “Akhirnya kami minta izin Pak Menko. Saya lapor Pak Menko, kami buat regulasi. Itu tidak boleh impor sebelum serap punya peternak Indonesia. Ini kita selesaikan satu-satu,” tuturnya.
Dari sisi kedelai, Amran menyampaikan komitmen untuk membangkitkan kembali komoditas yang sempat terpuruk tersebut. Tujuannya untuk mengurangi ketergantungan nasional pada impor.
“Sekarang yang kita akan selesaikan ke depan, kedelai. Kita sudah program. Sekarang sudah program, kita tanam dengan kerja sama perguruan tinggi, Andalas, IPB, UGM, seluruh Indonesia,” ucapnya.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id







































