tirto.id - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyanggah pernyataan yang mengatakan bahwa ekonomi Indonesia rapuh dan sudah mulai kehilangan tenaga untuk tumbuh lebih tinggi. Sebaliknya, ia menilai bahwa ekonomi Indonesia masih solid, bahkan menjadi negara ke-3 dengan kekuatan ekonomi terbesar di antara negara-negara anggota G20.
“Indonesia ekonomi masih solid diantara G20 kita nomor 3,” ujar dia, kepada para pewarta di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu (5/11/2025).
Sementara itu, kendati pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2025 yang sebesar 5,04 persen secara tahunan (year on year/yoy) jauh lebih rendah dari pertumbuhan di kuartal sebelumnya yang masih tumbuh di angka 5,12 persen (yoy), namun capaian itu menunjukkan bahwa Indonesia masih mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.
Selain itu, Airlangga juga menilai bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal III 2025 jauh lebih baik ketimbang realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III tahun sebelumnya.
“Ya dengan angka yang 5,04 persen itu berarti kita bisa menjaga di level 5 persen. Dibandingkan kuartal yang lalu (2024) kan jauh lebih baik, year on year ya,” kata Airlangga.
Dengan stimulus tambahan senilai Rp30 triliun yang digulirkan mulai awal kuartal IV 2025, hingga penyaluran Rp50 triliun Kredit Usaha Rakyat (KUR) ke 800 ribu debitur, politikus Partai Golkar itu yakin, seluruh sektor ekonomi akan segera bergerak.
Dus, geliat dari sektor-sektor industri inilah yang kemudian diharapkan dapat membuat ekonomi Indonesia di sisa tahun 2025 bisa tumbuh sesuai target, mencapai 5,2 persen (yoy).
“Nah upaya kita perlu lakukan di Q4 itu kita harus tingkatkan lagi ekonomi supaya angka rata-rata 5,2 bisa dicapai. Kita kan menggelontorkan bansos dan nilainya kan hampir Rp30 triliun. Kalau konsumsi relatif spike ya masuk kuartal IV,” lanjut Airlangga.
Sementara itu, sebelumnya Ekonom dari Universitas Andalas, Syafruddin Karimi menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai kehilangan tenaga. Hal ini terlihat dari kenaikan pertumbuhan ekonomi secara triwulanan (quartal to quartal/qtq) yang sebesar 1,43 persen.
“Secara triwulanan, ekonomi hanya naik 1,43 persen, menandakan dorongan yang rapuh di tengah gejolak eksternal dan domestik. Ekspor memang meningkat tiap bulan Juli–September, tetapi transmisi ke daya beli dan investasi belum solid. Fakta ini menegaskan bahwa mesin pertumbuhan bekerja, tetapi tidak pada putaran optimal,” kata Syafruddin dalam keterangannya.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Dwi Aditya Putra
Masuk tirto.id







































