Menuju konten utama

Adakah Efek Samping Vaksin Japanese Encephalitis & Berapa Lama?

Apa saja efek samping vaksin japanese encephalitis yang mungkin terjadi dan jenis-jenis vaksin japanese encephalitis.

Adakah Efek Samping Vaksin Japanese Encephalitis & Berapa Lama?
Ilustrasi vaksin. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Vaksin Japanese Encephalitis (JE) mulai dicanangkan sebagai vaksin wajib untuk anak-anak mulai September-November 2023. Di Kalimantan Barat misalnya, pemberian vaksin JE telah dilakukan oleh dinas kesehatan setempat melalui program imunisasi di posyandu, puskesmas, dan fasilitas kesehatan lainnya.

Japanese Encephalitis (JE) merupakan jenis virus yang dapat menyebabkan radang otak. Virus JE diketahui membutuhkan hewan seperti babi atau kerbau sebagai inang perantaranya. Virus ini kemudian ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Culex yang lebih sering mencari mangsa saat malam hari dan suka berkembang biak di genangan air.

Penyakit Japanese Encephalitis termasuk penyakit berbahaya yang lebih sering menyerang anak-anak. Sekitar 16-30 persen kasus JE bisa berujung pada kematian. Kalaupun bertahan hidup, anak-anak penderita JE biasanya akan mengalami gejala sisa seperti gangguan saraf.

Japanese Encephalitis sudah menjadi masalah kesehatan serius di dunia, terutama di Asia. WHO melaporkan ada sekitar 67.900 kasus baru JE per tahunnya di 24 negara yang ada di kawasan Asia dan Oceania.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan mencatat bahwa sejak 2014 hingga Juli 2023, setidaknya sudah ada 145 kasus JE di Indonesia. Jumlah kasus JE terbanyak ada di Bali dengan 77 kasus, sedangkan wilayah terbanyak kedua adalah Kalimantan Barat dengan 30 kasus.

Sayangnya, sampai saat ini belum ditemukan obat yang bisa menyembuhkan penyakit Japanese Encephalitis. Pengobatan yang ada saat ini hanya untuk meredakan gejala akibat penyakit JE tersebut.

Karena itu, salah satu cara untuk mencegah penyakit ini adalah dengan melakukan vaksinasi Japanese Encephalitis, khususnya untuk anak-anak.

Jenis-Jenis Vaksin Japanese Encephalitis

Vaksin Japanese Encephalitis adalah jenis vaksin untuk mencegah penyakit Japanese Encephalitis atau JE pada manusia. Vaksin JE ini sudah digunakan di lebih dari 12 negara. Vaksin JE juga terbukti aman, efektif, dan tentunya sudah mendapat rekomendasi dari WHO.

Saat ini ada empat jenis vaksin JE yang digunakan secara luas, yaitu:

  • Live-attenuated vaccine (strain SA 14-14-2)
  • Inactivated Vero cell-derived vaccine (JE-VC)/IXIARO
  • Inactivated mouse brain-derived vaccine (JE-MB)
  • Live attenuated chimeric vaccine (gen dari yellow fever 17D) (IMOJEV)
Di Indonesia, jenis vaksin JE yang digunakan adalah IMOJEV. Vaksin JE juga sudah masuk dalam jadwal imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sejak 2017.

Dosis Vaksin Japanese Encephalitis yang Benar

Pemberian vaksin JE mulai diberikan kepada bayi usia 9 bulan. Sementara dosis vaksin JE dalam sekali imunisasi adalah 0,5 ml.

Pemberian vaksin JE untuk bayi usia 9 bulan hingga anak-anak dengan usia kurang dari 18 tahun adalah 1 dosis. Kelompok usia ini, terutama yang tinggal di daerah endemis JE, memerlukan booster setelah 1-2 tahun kemudian.

Untuk kelompok usia 18 tahun ke atas, vaksin JE cukup diberikan 1 dosis. Orang dewasa juga tidak memerlukan booster karena titer proteksinya tetap tinggi sampai 5 tahun kemudian.

Efek Samping Vaksin Japanese Encephalitis

Efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) jarang terjadi dalam pemberian vaksin Japanese Encephalitis. Beberapa efek samping vaksin JE yang mungkin terjadi antara lain:

  • Bekas suntikan terasa nyeri, kemerahan, atau bengkak.
  • Demam ringan
  • Muntah
  • Bayi/anak rewel atau menangis berlebihan
  • Mengantuk
  • Kehilangan nafsu makan
Efek samping vaksin JE biasanya akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu sekitar 2-3 hari. Perlu diketahui juga bahwa vaksin IMOJEV yang digunakan di Indonesia tidak boleh diberikan kepada ibu hamil atau pasien immunocompromised (sistem imun lemah). Hal ini karena IMOJEV termasuk jenis vaksin hidup yang dilemahkan.

Apabila ada wanita dewasa yang mendapat vaksin IMOJEV, maka dianjurkan untuk menunda kehamilan setidaknya 28 hari setelah melakukan vaksinasi. Vaksin ini juga tidak direkomendasikan untuk ibu menyusui dan sebaiknya tidak diberikan saat terjadi demam akut.

Baca juga artikel terkait JAPANESE ENCEPHALITIS atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari