tirto.id - Vaksin Japanese Encephalitis (JE) mulai diberikan kepada anak-anak di Indonesia. Mengutip laman Sehat Negeriku Kemenkes, pelaksanaan awal imunisasi JE telah dilakukan di seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Barat. Sasaran penerima vaksin JT di provinsi tersebut mencapai 1,3 juta anak yang dilakukan lewat posyandu, puskesmas, dan fasyankes lainnya.
Japanese Encephalitis merupakan penyebab utama terjadinya radang otak karena infeksi virus JE di seluruh dunia. Infeksi virus ini menjadi masalah kesehatan utama di Asia, termasuk Indonesia. Publikasi dari WHO menyebutkan, kejadian radang otak di 24 negara kawasan Asia - Oseania tercatat muncul 67.900 kasus baru per tahunnya.
Kejadian JE di Indonesia pada periode 2014 sampai Juli 2023, dilaporkan terdapat 145 kasus. Sekitar 30 kasus di antaranya muncul di Provinsi Kalimantan Barat.
Virus JE menular ke manusia lewat perantaraan gigitan nyamuk, terutama spesies Culex tritaeniorrhynchus. Nyamuk rumahan jenis ini biasa bertelur di genangan air seperti sawah. Nyamuk tersebut mendapatkan virus JE dari air dan hewan lain yang menjadi inang seperti sebagian burung, kerbau, hingga babi.
Gejala radang otak karena JE akan muncul sekira 4-14 hari semenjak terinfeksi. Gejala yang kerap ditemui adalah demam mendadak, penurunan kesadaran, sakit kepala, sulit bicara, susah berjalan atau gangguan motorik lainnya, sampai kejang terutama pada anak.
Apakah Vaksin Japanese Encephalitis Diperlukan untuk Anak?
Pasien JE memiliki risiko kematian dari 16-30 persen kasus yang ditemukan. Kematian paling banyak dialami anak, terutama berusia kurang dari 10 tahun. Jika pasien mampu bertahan, saat sembuh kemungkinan masih memiliki gejala sisa seperti gangguan saraf dan sampai sekarang belum ada obatnya.
Penularan virus JE melalui gigitan nyamuk. Negara dengan iklim tropis lebih sering ditemukan kasus peradangan otak karena infeksi virus ini. Anak-anak di bawah 15 tahun paling rentan untuk terinfeksi.
Sebuah penelitian pada 2005-2006 lalu yang melibatkan 15 rumah sakit pada enam provinsi di Indonesia menemukan, terdapat 1.496 kasus ensefalitis atau radang otak pada anak berusia kurang dari 15 tahun. Sekitar 28 persen di antaranya dipicu infeksi virus JE. Mereka yang terkena infeksi JE sekitar 95 persen dialami anak berusia kurang dari 10 tahun.
Hal inilah yang membuat imunisasi JE pada anak diperlukan. Program pemberian imunisasi menunjukkan efektivitas dalam menurunkan kejadian radang otak akibat JE. Vaksinasi ini juga akan mengendalikan penyebaran JE terutama untuk daerah endemis.
Apakah Vaksin Japanese Encephalitis Wajib?
Dalam siaran pers Diskominfo Kota Singkawang dengan nomor 019/IKP/KOMINFO/IX/2023 tanggal 25 September 2023 tentang pemberian imunisasi JE di Kota Singkawang, kegiatan tersebut bersifat wajib. Kewajiban imunisasi ini dilakukan melalui posyandu, puskesmas, klinik, Bidan Praktik Mandiri (BPM), praktik dokter spesialis anak, dan rumah sakit.
Penerima vaksin JE yaitu bayi mulai usia 9 bulan sampai anak-anak berumur kurang dari 15 tahun. Dosis sekali imunisasi adalah 0,5 ml. Kewajiban imunisasi bisa jadi akan diikuti oleh wilayah lain yang akan digelar imunisasi massal vaksin JE.
Berapa Kali Pemberian Vaksin Japanese Encephalitis dan Dosisnya?
Pemberian vaksin JE diutamakan untuk bayi berusia mulai 9 bulan sampai anak kurang dari 15 tahun. Imunisasi ini turut dimasukkan dalam jadwal imunisasi rutin. Dosis sekali suntikan terdapat 0,5 ml cairan yang berisi virus JE yang sudah dilemahkan.
Menurut rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), vaksin JE dapat diberikan sebanyak dua dosis pada anak. Jarak atau interval pemberian vaksin pertama dengan kedua minimal 1-2 tahun. Orang dewasa atau lansia disarankan pula mendapatkan satu dosis vaksin JE saat mereka akan masuk ke daerah endemis JE.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Nur Hidayah Perwitasari