tirto.id - Menyusun teks khutbah Jumat bulan Jumadil Awal bisa dengan cara mengangkat berbagai tema. Mulai dari soal istiqamah dalam beribadah hingga keikhlasan, semuanya bisa dikemas menjadi khutbah yang menarik dan menggugah hati jemaah.
Khutbah Jumat merupakan ceramah khusus yang disampaikan sebelum pelaksanaan salat Jumat. Khutbah Jumat memiliki peran penting untuk membimbing umat, mengingatkan tentang ketakwaan, serta menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang relevan dengan kehidupan.
Melalui khutbah, jamaah diajak merenungi kondisi diri, memperbaiki akhlak, dan memahami nilai-nilai syariat secara lebih mendalam. Khutbah Jumat tentunya dapat mengangkat berbagai tema, misalnya disesuaikan dengan bulan seperti Jumadil Awal.
Dilansir dari laman Baznas, Jumadil Awal menjadi salah satu bulan musim dingin di Arab. Kata “jumadil” sendiri berarti kering atau beku, hal ini menggambarkan kondisi alam saat musim dingin saat itu.
Banyak makna dan hikmah yang bisa diambil dari Jumadil Awal, makna inilah yang bisa dijadikan tema utama dalam berdakwah, khususnya dalam khutbah Jumat.
7 Contoh Teks Khutbah Jumat Bulan Jumadil Awal

Khutbah Jumat Jumadil Awal NU Online sering menjadi rujukan bagi para khatib yang hendak menyampaikan ceramah agama. Dengan mengangkat tema-tema yang menarik dan relevan dengan bulan ini, khutbah Jumat diharapkan bisa lebih mudah diterima oleh para jemaah.
Berikut beberapa contoh teks khutbah Jumat bulan Jumadil Awal yang bisa dijadikan referensi:
1. Teks Khutbah Jumat Bulan Jumadil Awal: Istiqamah dalam Ibadah
Segala puji milik Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat Iman dan Islam kepada kita. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW.Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah, di bulan Jumadil Awal ini, kita diingatkan tentang sejarah perjuangan para pendahulu kita yang penuh keteguhan. Inti dari keteguhan itu adalah Istiqamah.
Istiqamah bukanlah sekadar melakukan amal kebaikan, tapi konsisten dan teguh pendirian di jalan kebenaran (agama Islam) tanpa berbelok atau menyimpang, hingga akhir hayat. Istiqamah adalah ujian yang berat, karena ia menuntut kontinuitas, bukan hanya sesaat.
Allah SWT telah menegaskan pentingnya istiqamah dan janji-Nya bagi mereka yang mampu melakukannya. Istiqamah adalah buah dari keimanan yang sesungguhnya. Istiqamah tidak selalu diukur dari besarnya amal, melainkan dari konsistensinya.
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang dilakukan secara berkelanjutan, meskipun sedikit. Sebagaimana sabda beliau:
“Amal (kebaikan) yang paling dicintai Allah adalah yang kontinu meski sedikit.” (HR Muslim)
Oleh karena itu, jangan remehkan dua rakaat salat Dhuha yang rutin, atau satu lembar bacaan Al-Qur’an setiap hari. Konsistensi kecil itulah yang membentuk fondasi keimanan dan ketakwaan kita.
Di bulan Jumadil Awal ini, mari kita renungkan kembali amalan-amalan kita. Apakah ibadah kita hanya musiman, misalnya rajin saat Ramadan, tapi malah sepi di bulan-bulan lainnya?
Jadikan bulan ini sebagai momentum untuk menanamkan benih istiqamah. Mulailah dengan meninjau kembali salat fardu, memperbaiki kualitasnya, dan menjadikannya tiang kehidupan. Kemudian, rutinkan amalan sunnah, sedikit demi sedikit pun tidak mengapa.
Bulan Jumadil Awal ini mengingatkan bahwa kita sudah ada di pertengahan tahun. Jangan sampai semangat ibadah kita semakin luntur atau menurun.
Oleh karena itu, marilah kita senantiasa memohon kepada Allah agar dikaruniai keistiqamahan, karena tanpa pertolongan-Nya, hati kita mudah berbolak-balik. Semoga kita termasuk golongan yang ditetapkan hatinya di atas agama-Nya, hingga akhir hayat.
2. Teks Khutbah Jumat Jumadil Awal: Keberanian dalam Berdakwah
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kita nikmat keimanan dan kesempatan untuk berkumpul di rumah-Nya yang mulia ini. Kita panjatkan syukur atas karunia-Nya yang tak terhingga.
Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, sang teladan keberanian dan kesabaran dalam menyampaikan risalah.
Bulan Jumadil Awal sering kali mengingatkan kita pada peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam yang menuntut keberanian, seperti Perang Mu’tah ketika para sahabat menghadapi musuh yang jauh lebih besar jumlahnya.
Keberanian ini bukan hanya saat di medan perang, tapi yang paling utama adalah keberanian dalam menegakkan kebenaran dan menyampaikan kebaikan, yaitu berdakwah. Berdakwah adalah tugas mulia yang membutuhkan hati yang teguh dan lisan yang jujur, tanpa gentar menghadapi celaan atau tantangan.
Dakwah adalah tugas utama seluruh umat Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW sendiri telah memberikan contoh nyata bahwa berdakwah seringkali berarti berhadapan dengan penolakan, intimidasi, bahkan ancaman.
Namun, beliau tidak pernah mundur. Keberanian beliau adalah manifestasi dari keyakinan penuh terhadap kebenaran risalah yang dibawa. Kita, sebagai umatnya, diwajibkan untuk melanjutkan estafet dakwah ini sesuai kemampuan dan konteks kita masing-masing.
Allah SWT berfirman:
“Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-Imran 104).
Ayat ini menunjukkan bahwa berdakwah, menyuruh kepada makruf dan mencegah dari mungkar, adalah jalan menuju keberuntungan sejati. Tugas ini membutuhkan keberanian moral untuk bersuara ketika kebatilan merajalela.
Seringkali, yang menghalangi kita untuk berdakwah bukanlah musuh di luar, melainkan rasa takut dan malu di dalam diri. Takut dicela, takut dianggap sok suci, atau takut kehilangan popularitas.
Keberanian yang diajarkan Islam adalah keberanian untuk mendahulukan ridha Allah di atas ridha manusia. Ingatlah, bahwa berdakwah itu bukan soal hasil, melainkan soal menyampaikan dan menunaikan kewajiban.
Keberanian berdakwah tidak harus selalu di mimbar besar. Ia dimulai dari lingkungan terdekat. Berdakwah adalah berani mengingatkan anggota keluarga tentang salat, berani menegur rekan kerja yang curang dengan cara yang hikmah, dan berani bersikap jujur meskipun pahit.
Keberanian ini pun harus dibarengi dengan ilmu dan kesantunan, agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
Maka, di bulan ini, marilah kita jadikan sisa umur kita untuk menumbuhkan keberanian spiritual dan moral dalam diri. Keberanian untuk menjalankan ajaran agama secara kafah, dan keberanian untuk menyampaikan kebenaran, sekecil apa pun itu.
Semoga Allah SWT menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang teguh, berani, dan termasuk golongan orang-orang yang beruntung.
3. Teks Khutbah Jumat Bulan Jumadil Awal: Merutinkan Ibadah Sunnah
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang telah menyempurnakan nikmat agama dan memberikan kita petunjuk melalui Rasul-Nya, Muhammad SAW.Ma'asyiral muslimin rahimakumullah
Kita saat ini berada di bulan Jumadil Awal, bulan ini memang tidak memiliki keutamaan tentang ibadah wajib atau sunnah khusus seperti Ramadan atau Dzulhijjah. Namun, seperti yang kita tahu, seluruh bulan di sepanjang tahun Hijriah selalu dipenuhi keberkahan.
Jumadil Awal mungkin dianggap sebagai bulan yang biasa-biasa saja, tapi justru inilah momentum bagi kita untuk membuatnya lebih spesial. Bagaimana caranya? Caranya dengan merutinkan ibadah sunnah.
Kualitas keimanan sejati diuji bukan saat euforia perayaan, melainkan saat rutinitas harian yang sunyi. Konsistensi dalam ibadah sunnah bisa menjadi tolok ukur ketulusan kita kepada Allah SWT.
Hadirin jemaah Jumat yang berbahagia, ibadah sunnah adaah penyempurna ibadah kita. Ibadah sunnah ibarat cadangan amal yang akan dihitung oleh Allah pada hari kiamat.
Rasulullah bersabda bahwa Allah pernah berfirman:
“....Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai selain apa yang Aku wajibkan baginya. Hamba-Ku senantiasa mendekat diri kepada-Ku dengan amalan sunnah sehingga Aku mencintainya….” (HR.Bukhari)
Ada banyak ibadah sunnah yang ringan, tapi memiliki pahala besar dan mudah dirutinkan, asalkan kita memiliki tekad. Misalnya, zikir setelah salat fardu, salat rawatib, berpuasa sunnah, dan masih banyak lagi.
Merutinkan amalan ini di bulan Jumadil Awal dapat menjadi benteng spiritual yang kuat dalam menghadapi godaan dunia.
Maka, marilah kita perbaiki kualitas hidup spiritual kita dengan merutinkan ibadah sunnah. Kita jadikan Jumadil Awal yang dianggap “biasa” ini menjadi luar biasa dengan berbagai amalan kita.
Mulailah dengan satu amalan kecil yang mampu kita jaga setiap hari. Keistiqamahan sekecil apa pun, jauh lebih baik daripada amalan besar yang terputus-putus. Semoga Allah SWT memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua untuk senantiasa teguh di atas sunnah Rasulullah SAW.

4. Teks Khutbah Jumat Bulan Jumadil Awal: Ukhuwah Islamiyah
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan orang-orang beriman itu bersaudara. Kita panjatkan syukur atas nikmat terbesar yaitu ikatan iman.Ma'asyiral muslimin rahimakumullah
Kita memasuki bulan Jumadil Awal. Jumadil berarti “kering” atau “beku”, dan di zaman dulu nama ini diberikan sesuai dengan kondisi Arab kala itu. Namun, jemaah sekalian, jangan sampai hati kita pun ikut dingin, beku, keras, dan tak peduli terhadap saudara seiman kita.
Ukhuwah Islamiyah menuntut kita untuk senantiasa menghangatkan ikatan persaudaraan, agar tidak ada satupun saudara kita yang merasa sendiri atau kedinginan dalam kesunyian.
Ukhuwah Islamiyah bukanlah sekadar hubungan pertemanan biasa atau solidaritas kelompok. Ia adalah ikatan spiritual yang dilandasi akidah tauhid yang menempatkan rasa cinta karena Allah di atas segala-galanya.
Ikatan ini lahir ketika kita mengakui Allah sebagai Rabb yang Satu, dan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya. Oleh karena itu, jika keimanan kita sama, maka status kita adalah bersaudara, tanpa memandang suku, ras, maupun kedudukan.
Allah SWT secara tegas mendeklarasikan status persaudaraan ini dalam Al-Qur'an. Ini bukan pilihan, melainkan ketetapan yang harus kita jaga. Allah berfirman dalam Surah Al-Hujurat:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati.” (QS. Al-Hujurat: 10).
Ayat ini mewajibkan kita untuk senantiasa mengupayakan perdamaian jika terjadi perselisihan. Menjadi tugas kolektif umat untuk tidak membiarkan keretakan terjadi di antara saudara seiman.
Persaudaraan ini harus diwujudkan dalam tindakan nyata, bukan sekadar ucapan. Umat Islam harus saling menguatkan dan menopang, ibarat sebuah bangunan yang kokoh. Merawat ukhuwah berarti menjauhi hal-hal yang dapat merusaknya, seperti ghibah (menggunjing), fitnah, hasad (dengki), dan su’uzhan (berburuk sangka).
Hak seorang muslim atas muslim lainnya adalah menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantar jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan ketika bersin. Yang paling fundamental adalah mencintai saudara kita sebagaimana kita mencintai diri sendiri.
Di era modern ini, tantangan terhadap ukhuwah semakin berat, terutama dengan maraknya perdebatan, hoaks, dan ghibah di media sosial.
Ingatlah, bahwa setan selalu berupaya memecah belah persaudaraan. Jangan biarkan perbedaan pandangan politik atau mazhab menjadi sebab hati kita beku dan memutuskan tali silaturahmi.
Marilah kita jaga dan pelihara Ukhuwah Islamiyah ini dengan segenap jiwa. Kita perkuat hubungan dengan tetangga, rekan kerja, dan seluruh umat Islam.
Hati yang hangat dan penuh kasih sayang adalah cermin dari keimanan yang sempurna. Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang pandai merawat persaudaraan dan termasuk dalam golongan yang dinaungi pada hari tiada naungan selain naungan-Nya.
5. Teks Khutbah Jumat Bulan Jumadil Awal: Syukur
Segala puji hanyalah milik Allah yang telah melimpahkan nikmat-Nya kepada kita, nikmat iman, Islam, dan kesempatan untuk melaksanakan salat Jumat yang mulia ini.Ma'asyiral muslimin rahimakumullah
Kita telah melewati banyak hari dan bulan, dan kini berada di bulan Jumadil Awal, sebuah penanda bahwa perjalanan waktu terus bergulir. Ini adalah waktu yang tepat untuk sejenak berhenti, merenung, dan menghitung anugerah yang telah kita terima.
Sejak awal tahun hingga saat ini, nikmat kesehatan, waktu luang, rezeki yang mengalir, hingga keamanan dalam beribadah, semuanya adalah karunia dari Allah. Kewajiban kita yang paling utama atas limpahan karunia ini adalah bersyukur.
Syukur bukanlah sekadar ucapan alhamdulillah di lisan saja, melainkan sebuah amal komprehensif yang melibatkan tiga pilar, pertama, hati yang mengakui bahwa semua nikmat datang dari Allah.
Kedua, lisan yang memuji Allah atas nikmat tersebut. Ketiga, perbuatan yang menggunakan nikmat itu di jalan yang diridhai Allah. Seseorang yang bersyukur adalah ia yang memanfaatkan kesehatan untuk beribadah dan kekayaan untuk bersedekah.
Mengapa bersyukur menjadi begitu penting? Karena syukur adalah kunci penambah nikmat. Allah SWT telah memberikan janji yang mutlak benar, yaitu jaminan pertambahan nikmat bagi hamba-Nya yang pandai bersyukur. Allah berfirman:
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS. Ibrahim: 7).
Kebalikan dari syukur adalah kufur nikmat, yaitu sikap menganggap nikmat berasal dari usaha sendiri semata, bukan dari karunia Allah. Sifat ini menjauhkan kita dari Allah dan menyebabkan hati menjadi keras.
Oleh karena itu, mari kita jauhkan diri dari sifat sombong dan angkuh, dan senantiasa menisbatkan segala kebaikan kepada-Nya.
Lalu, bagaimana kita menerapkan syukur hari ini? Jika kita diberi nikmat waktu, gunakan untuk menuntut ilmu atau beramal saleh. Jika kita diberi nikmat harta, salurkan untuk membantu anak yatim dan fakir miskin.
Jika kita diberi nikmat lisan, gunakan untuk berzikir, membaca Al-Qur'an, dan mengucapkan kata-kata yang baik. Intinya, setiap nikmat adalah amanah yang harus digunakan sesuai kehendak Sang Pemberi Nikmat.
Maka, mari kita jadikan sisa bulan Jumadil Awal ini sebagai awal dari rutinitas syukur yang lebih mendalam. Mari kita bersyukur, agar Allah senantiasa menambahkan nikmat-Nya, menjauhkan kita dari azab-Nya, dan menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang sedikit.
Semoga Allah memudahkan kita untuk selalu berzikir, bersyukur, dan menyempurnakan ibadah kepada-Nya.

6. Teks Khutbah Jumat Bulan Jumadil Awal: Menjaga Keharmonisan Keluarga
Alhamdulillahirabbil 'alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan pasangan-pasangan untuk kita agar kita memperoleh ketenangan. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.Wahai hamba-hamba Allah, marilah kita senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah, karena takwa adalah kunci kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun akhirat, termasuk di dalam rumah tangga kita.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,
Kita berada di bulan Jumadil Awal, sebuah masa yang tepat untuk mengokohkan kembali fondasi kehidupan kita. Dan fondasi terpenting dari sebuah masyarakat yang kuat adalah keluarga yang harmonis.
Keluarga (rumah tangga) adalah tempat pertama pendidikan, tempat utama perlindungan, dan tempat seorang muslim kembali mencari ketenangan setelah berjuang di luar. Jika keluarga harmonis, maka masyarakat akan damai, jika keluarga retak, maka keretakan akan menyebar ke seluruh umat.
Dalam Islam, pernikahan adalah perjanjian yang sangat agung yang tujuannya bukan hanya pemenuhan kebutuhan biologis, melainkan pencapaian tiga pilar keharmonisan, yaitu sakinah (ketenangan), mawaddah (cinta), dan rahmah (kasih sayang tulus). Mencapai keharmonisan ini membutuhkan usaha keras, bukan sekadar menunggu takdir.
Keharmonisan keluarga tercapai melalui pelaksanaan hak dan kewajiban secara adil, serta berinteraksi dengan cara yang baik. Suami wajib menafkahi dan memimpin dengan penuh kasih sayang, istri wajib menjaga kehormatan diri dan harta suami serta mendidik anak-anak dengan baik.
Kedua belah pihak harus saling memaklumi kekurangan, saling menasihati dengan hikmah, dan menghindari kekerasan verbal maupun non-verbal. Dalam Islam, Rasulullah SAW adalah teladan terbaik dalam membangun keluarga dan rumah tangga.
Beliau bahkan menetapkan standar saat bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi).
Hadits ini mendorong kita untuk tidak hanya menampilkan wajah manis di hadapan publik, tapi harus menampilkan akhlak terbaik di hadapan pasangan dan anak-anak kita.
Tantangan keharmonisan sangat besar di era sekarang, mulai dari kurangnya komunikasi, intervensi pihak ketiga, hingga kecanduan gadget yang membuat kita hadir secara fisik, tapi absen secara emosional.
Solusinya adalah mulai prioritaskan waktu berkualitas bersama keluarga, dengarkan keluh kesah pasangan dan anak, serta selesaikan masalah dengan kepala dingin, mencontoh akhlak Rasulullah SAW.
Marilah kita jaga api cinta dan kasih sayang di dalam rumah kita agar tidak padam. Jadikan rumah kita sebagai surga kecil di dunia, yang penuh dengan ketenangan, ketaatan, dan kehangatan.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita taufik untuk menjadi suami, istri, dan anak yang terbaik, sehingga keluarga kita menjadi baiti jannati (rumahku surgaku).
7. Teks Khutbah Jumat Bulan Jumadil Awal: Keikhlasan
Alhamdulillahirabbil 'alamin, segala puji bagi Allah, Pemilik seluruh alam semesta, yang menganugerahkan taufik dan hidayah kepada kita sehingga dapat berkumpul di tempat yang mulia ini.Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,
Kita berada di bulan Jumadil Awal, sebuah masa yang ideal untuk melakukan introspeksi mendalam terhadap kualitas amal ibadah yang telah kita jalani.
Pertanyaan terpenting yang harus kita ajukan bukanlah seberapa banyak amal kita, tapi seberapa ikhlas kita dalam menjalankannya. Ikhlas adalah memurnikan niat beramal semata-mata karena Allah SWT, membersihkannya dari segala kotoran duniawi, seperti pujian, sanjungan, atau pengakuan dari manusia.
Ikhlas menempati posisi sentral dalam seluruh ajaran Islam. Ia adalah ruh atau nyawa dari setiap amal perbuatan. Amal tanpa keikhlasan ibarat raga tanpa jiwa, terlihat wujudnya, tapi hampa nilainya.
Keikhlasan adalah syarat mutlak diterimanya sebuah amal di sisi Allah, bahkan amal yang sekecil apapun, jika dilandasi keikhlasan, akan menjadi besar di timbangan-Nya.
Allah SWT telah memerintahkan kita untuk mengkhususkan ibadah hanya bagi-Nya semata. Ini adalah inti ajaran tauhid. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Bayyinah:
“Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar). (QS. Al-Bayyinah: 5).
Ayat ini secara eksplisit menegaskan bahwa tujuan penciptaan manusia adalah beribadah dengan penuh keikhlasan.
Kebalikan dari ikhlas adalah riya’, yaitu melakukan amal kebajikan agar dilihat atau dipuji oleh manusia. Riya’ adalah penyakit hati yang sangat berbahaya, dan Rasulullah SAW mengkategorikannya sebagai syirkul ashghar atau syirik kecil.
Ia menghapus pahala, bahkan dapat menyeret pelakunya ke dalam kehinaan di hari kiamat. Seorang yang beramal dengan riya’ ibarat petani yang menanam benih di atas batu licin yang tertutup tanah, ketika hujan lebat turun, tanahnya akan hanyut, dan benihnya tidak tersisa.
Rasulullah SAW juga pernah bersabda:
“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, sedangkan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan yang diniatkannya…” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ikhlas harus kita terapkan dalam setiap lini kehidupan, mulai dari salat di tengah malam yang sunyi, sedekah yang disembunyikan, hingga bekerja mencari nafkah. Ikhlas berarti tidak merasa kehilangan atau kecewa ketika amalan kita tidak diketahui orang lain.
Sebaliknya, kita merasa bahagia dan tenang karena yakin Allah SWT, Dzat Yang Maha Melihat, telah mencatatnya. Berjuanglah untuk menyembunyikan kebaikan, sebagaimana kita menyembunyikan keburukan.
Ma’asyiral muslimin, marilah kita bertekad di sisa umur kita ini untuk selalu membenahi niat. Kita perangi sifat riya’ dan ujub (bangga diri) dalam hati kita. Semoga Allah SWT memberikan taufik kepada kita untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang ikhlas sehingga segala amal kita diterima di sisi-Nya.
Itulah beberapa contoh teks khutbah Jumat bulan Jumadil Awal yang bisa dijadikan inspirasi. Sebagai referensi tambahan, para khatib juga bisa mengunduh contoh naskah khutbah Jumat di bawah ini:
Khutbah Jumat Jumadil Awal PDF
Semoga khutbah-khutbah di atas bisa menjadi pengingat sekaligus memotivasi umat untuk selalu memperkuat iman dan senantiasa berbuat kebaikan di bulan Jumadil Awal. Seperti bulan-bulan lainnya, mari jadikan Jumadil Awal sebagai bulan yang istimewa dengan semakin mendekatkan diri kepada-Nya.
Butuh inspirasi lain untuk menyusun khutbah Jumat? Temukan contoh khutbah dengan berbagai tema di tautan berikut ini:
Penulis: Erika Erilia
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani
Masuk tirto.id






































