Menuju konten utama

VIVO & BP Batal Beli Minyak Pertamina Karena Kandungan Etanol

Kandungan etanol 3,5 persen pada minyak impor Pertamina jadi alasan Vivo dan BP batal membeli base fuel dari BUMN migas tersebut.

VIVO & BP Batal Beli Minyak Pertamina Karena Kandungan Etanol
Petugas melakukan pengujian sampel produk BBM rendah sulfur di Laboratorium Kilang Pertamina Internasional Unit Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (25/9/2025). PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Balongan memproduksi Diesel X yang merupakan produk BBM berkualitas tinggi dengan kandungan rendah sulfur dibawah 10 ppm standar Euro 5 melalui unit Hydrotreater berkapasitas 32 MBSD dan dapat dioperasikan dengan tiga metode operasi untuk menghasilkan gasoil series. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/agr

tirto.id - Badan usaha (BU) swasta penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM) VIVO dan BP (joint venture BP-AKR) dikabarkan batal membeli Bahan Bakar Minyak (BBM) murni atau base fuel dari PT Pertamina (Persero). Padahal, sebelumnya VIVO menyatakan sepakat untuk membeli 40 ribu barel.

"VIVO membatalkan untuk melanjutkan (pembelian). Akhirnya tidak disepakati lagi. Lalu tinggal APR. APR akhirnya tidak juga (batal). Jadi tidak ada semua," kata Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR RI, di Senayan, Jakarta, Rabu (1/10/2025).

Alasan pembatalan tersebut, kata Achmad, karena base fuel Pertamina mengandung etanol sebesar 3,5 persen. Padahal, menurut regulasi, kandungan etanol dalam BBM diperbolehkan hingga batas 20 persen.

"Isu yang disampaikan kepada rekan-rekan SPBU ini mengenai konten. Kontennya ada kandungan etanol. Secara regulasi itu diperkenankan, etanol itu sampai jumlah tertentu kalau tidak salah sampai 20 persen etanol. Sedangkan (BBM punya Pertamina) ada etanol 3,5 persen," ujarnya.

Kemudian, terkait dengan negosiasi dengan SPBU Shell, Achmad mengatakan tidak terjalin karena ada birokrasi internal Shell yang harus ditempuh.

"Tidak bisa melakukan (negosiasi dengan Shell) dikarenakan bahwa ada birokrasi internal yang harus ditempuh," jelasnya.

Sebelumnya, PT Vivo Energy Indonesia (Vivo) sepakat untuk melakukan proses b to b dengan Pertamina Patra Niaga (PPN). Dari 100 ribu barel kargo impor yang ditawarkan, Vivo menyerap 40 ribu barel untuk melayani kebutuhan konsumennya.

Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun juga sempat menyampaikan apresiasi atas langkah bersama tersebut.

“Kami menyambut baik semangat kolaborasi yang terjalin dengan Vivo. Kebijakan ini bukan sekadar soal impor BBM, melainkan tentang bagaimana semua pihak bekerja sama memastikan energi tersedia dan masyarakat dapat terlayani dengan sangat baik,” ujarnya.

Lebih lanjut, Roberth menambahkan mekanisme penyediaan pasokan kepada Vivo dengan menggunakan prosedur sesuai dengan aturan yang berlaku.

"Harapan kami, dengan niat baik ini Vivo dapat berkolaborasi, dengan tetap menghormati aturan dan aspek kepatuhan yang berlaku di BUMN,” jelas Roberth.

Baca juga artikel terkait PERTAMINA atau tulisan lainnya dari Natania Longdong

tirto.id - Insider
Reporter: Natania Longdong
Penulis: Natania Longdong
Editor: Hendra Friana