tirto.id - Saaih Halilintar viral usai membuat konten TikTok yang memperlihatkan dirinya lepas burung Lovebird ke alam liar. Adik dari Atta Halilintar itu lantas menuai kritik dari pecinta burung yang menyebut Lovebirds itu seharusnya tidak dilepas. Lalu di tengah perbincangan itu, muncul pertanyaan, bisakah Lovebird hidup di alam liar?
Dalam video TikTok yang diunggahnya pada Senin (8/7/2024), terlihat anak keenam dari pasangan Lenggogeni Faruk dan Halilintar Anofial Asmid tersebut sedang melakukan olahraga lari, lalu berhenti di depan toko yang menjual burung hias.
Saaih tampak melihat Lovebird yang ada di dalam kandang toko tersebut, lalu dia merogoh kantong celananya, mencari uang tunai. Ia kemudian memutuskan untuk membeli burung Lovebird itu.
Lovebird yang dia beli berwarna jingga beraksen hijau. Saaih mengelus burung itu di tangannya, tak lama kemudian ia melepaskan burung tersebut ke alam liar. Setelah itu, Saaih dan penjual di toko tersebut melakukan “tos”. Usai dengan aksi lepas burung, Saaih lalu melanjutkan aktivitas olahraga larinya.
Video tersebut lalu mendapat banyak kritik tajam dari para pecinta burung. Tidak sedikit yang menyindir, Saaih mungkin menduga tindakan yang dia lakukan adalah hal yang tepat, dan layak mendapat pujian, karena melepaskan burung dari sangkarnya.
Tetapi, warganet mengatakan, melepaskan Lovebird ke alam liar bukanlah tindakan yang tepat dan seharusnya tidak dilakukan.
Lovebird menurut warganet adalah burung hias yang memang cocok untuk dipelihara, sebab Lovebird tidak mempunyai kemampuan mencari makan di alam dengan baik. Di alam liar, Lovebird cenderung tidak dapat memenuhi kebutuhan makanan mereka secara mandiri.
Bisakah Lovebird Hidup di Alam Liar?
Lovebird berasal dari dari sub-Sahara Afrika dan Madagaskar. Fosil spesies purba yang berusia hampir 2 juta tahun telah ditemukan di beberapa bagian Afrika Selatan.
Burung Lovebird adalah jenis parrot atau burung beo yang populer. Mereka cantik dan cerdas, dan sebagai hewan peliharaan, mereka adalah sahabat yang baik. Seperti namanya, mereka membentuk ikatan cinta dengan pasangan monogaminya.
WebMD menulis, Lovebird senang nongkrong di dekat vegetasi yang berdampingan dengan genangan air, ladang yang dibudidayakan, atau area hutan kering. Sebagian besar lovebird membuat sarang di semak-semak atau pepohonan, meskipun beberapa lebih suka membangun sarang mereka secara berbeda dan jauh dari kawanannya.
Di lingkungan perkotaan, burung lovebird mencari area yang memiliki makanan dan air, dan mungkin bergantung pada pohon atau celah di bangunan untuk membangun sarangnya. Freedom for Animals melaporkan, di alam liar Lovebird dapat ditemukan hidup berkelompok hingga 100 ekor. Lovebird berukuran kecil yaitu hanya 12 - 15 cm, dengan lebar sayap hanya 9 cm. Burung Lovebird dapat hidup hingga 25 tahun di alam liar, usia mereka cenderung sedikit lebih singkat di dalam sangkar atau penangkaran.
Kemudian, yang menjadi pertanyaan adalah bisakah lovebird yang dilepaskan dari sangkar hidup di alam liar?
Lovebird termasuk ke dalam jenis parrot berukuran kecil. Melepaskan lovebird atau jenis parrot lainnya ke alam liar bisa dilakukan dengan catatan pelepasan tersebut di bawah program yang dikelola dengan baik. Sementara itu, pelepasan yang dilakukan oleh pemilik burung yang memelihara burung perorangan tidak dianjurkan.
Pasalnya, menurut pengalaman World Parrot Trust selama satu dekade terakhir, jenis burung parrot seperti Lovebird yang memiliki kemungkinan bertahan hidup paling tinggi adalah burung yang menetas di alam liar dan baru saja ditangkap, atau burung-burung yang dibesarkan di penangkaran di lingkungan yang dikelola dengan baik dan dipersiapkan dengan baik untuk hidup di alam liar.
Burung yang dulunya hidup di alam liar memiliki banyak keterampilan penting yang diperlukan untuk bertahan hidup, seperti mengenali makanan liar dan mengetahui cara berinteraksi dengan spesies mereka. Burung liar memiliki pola perilaku yang berkembang dengan baik dan mampu berpartisipasi dengan baik dalam hirarki sosial yang kompleks yang memungkinkan mereka untuk berinteraksi sebagai sebuah kelompok, yang membantu mereka untuk berhasil menghindari predator, mencari makanan, dan bertahan hidup.
Sebagai perbandingan, banyak burung jenis parrot yang lahir di penangkaran (terkadang selama beberapa generasi), dan telah hidup berdampingan dengan manusia. Mereka sering dipelihara sendirian, dan sangat bergantung pada pengasuhnya untuk memenuhi kebutuhan hidup (makanan, air, tempat tinggal, persahabatan, dll). Keterampilan yang mereka peroleh untuk menjadi burung peliharaan yang baik sering kali berlawanan dengan apa yang dibutuhkan untuk memastikan kelangsungan hidup mereka di alam liar.
Ketika Lovebird peliharaan atau jenis parrot lainnya dilepaskan, mereka menghadapi tekanan kelaparan yang sangat nyata, dimakan oleh predator, menghadapi cuaca ekstrim, diburu atau diburu, dan ditempatkan di lingkungan yang sama sekali tidak seperti yang pernah mereka alami sebelumnya.
Jika mereka dilepaskan sendirian, kemungkinan mereka untuk bertahan hidup semakin kecil. Hanya sebagian kecil yang akan bertahan hidup, kecuali jika mereka menjalani persiapan dan pengkondisian yang ekstensif tentang cara bertahan hidup dan berkembang. Karena alasan ini, sangat disarankan untuk tidak melepaskan Lovebird atau jenis parrot yang telah jadi hewan peliharaan dilepaskan ke alam liar, kecuali dalam kondisi yang sangat khusus.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra