tirto.id - Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) yang dinakhodai I Gede Pasek Suardika menjadikan kebebasan terpidana kasus korupsi Anas Urbaningrum sebagai momentum konsolidasi. Pasek --kolega Anas saat di Partai Demokrat dulu-- hadir dalam penyambutan Anas saat keluar dari penjara.
Pasek dan sejumlah pendukung Anas menyambut pria kelahiran 15 Juli 1969 tersebut di Lapas Sukamiskin, Bandung pada Selasa (11/4/2023). Mereka mengenakan baju putih, persis sama dengan pakaian yang digunakan Anas Urbaningrum.
Sebelumnya, Koordinator Nasional Sahabat Anas Urbaningrum, M. Rahmad mengatakan, ada sekitar 16 organisasi akan hadir dalam perayaan pembebasan Anas, salah satunya adalah Partai Kebangkitan Nasional yang dipimpin Pasek.
Selain mengumumkan akan menjemput Anas, Pasek menyampaikan sejumlah hal. Salah satunya, Pasek menyebut bahwa Anas akan membuka soal isu kriminalisasi terhadap mantan Ketua Fraksi Partai Demokrat itu di masa lalu.
“Pada saat keluar nanti, kan, akan tahu betapa kriminalisasi itu adalah fakta,” kata Pasek pada 1 Maret 2023.
Saat itu, Pasek menyinggung soal dugaan kejahatan yang dilakukan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono yang memberi kode penangkapan Anas dalam pidato di Jeddah, Arab Saudi. Pasek juga menyinggung soal adanya peran komisioner KPK kala itu yang sepakat hingga memunculkan surat perintah penyidikan (sprindik) untuk Anas.
Pasek pun meyakini Anas akan mengungkap kebenaran itu usai keluar dari lapas. “Hanya kapan waktunya, tentu beliau yang tahu kapan saat tepat harus ungkapkan itu semua,” kata Pasek.
Partai Demokrat sebagai pihak tertuduh tentu tak tinggal diam. Deputi Balitbang DPP Partai Demokrat, Syahrial Nasution mengatakan, kebebasan Anas tidak pernah menjadi kekhawatiran bagi partainya. Dia mengklaim Anas tidak akan pernah menjadi rival politik bagi Demokrat, meski ada isu bahwa Anas akan membuka aib partai berlambang mercy itu usai bebas dari penjara.
“Menurut kami hanya upaya adu domba. Ada sedikit pihak yang mencoba memanfaatkan untuk kepentingan politik dari momen ini yang sebetulnya biasa-biasa saja,” kata Syahrial Nasution dalam keterangannya pada Senin (10/4/2023).
Menurut dia, kabar bahwa Anas akan mengungkap borok Partai Demokrat yang dianggap telah menjebloskannya ke penjara hanya isu belaka. Syahrial menganggapnya isu karena ia tidak pernah mendengar langsung pernyataan itu dari Anas, melainkan hanya dari simpatisannya.
“Hingga saat ini, kami tidak pernah mendengar langsung dari Mas Anas segala hal yang belakangan diisukan tersebut. Selalu dipolitisasi dan minor sekali nadanya yang akan dilakukan Mas Anas setelah keluar dari Sukamiskin,” kata dia.
Syahrial menyebut, kelompok yang berusaha mengembuskan isu bahwa Anas akan menjadi bencana bagi Partai Demokrat adalah kelompok yang sama dengan penjegal Anies Baswedan untuk menjadi capres. Dia merasa mengenal Anas dengan baik karena latar belakang organisasi yang sama, yaitu HMI.
Teranyar, saat diubungi Tirto pada Kamis (6/4/2023), Pasek mengaku PKN akan mengambil langkah strategis partai usai Anas keluar dari lapas. Saat ini, PKN hanya fokus pada pelaksanaan program partai dan pembebasan Anas yang juga disebut sebagai salah satu pendiri PKN.
Akan Mempengaruhi Elektabilitas PKN?
Analis politik dari Universitas Multimedia Nusantara, Silvanus Alvin menilai, keluarnya Anas Urbaningrum akan mempengaruhi elektabilitas PKN. Ia menilai, Anas yang sebelumnya pernah menjadi ketua umum partai pemenang pemilu pada 2009 berpotensi mempengaruhi politik PKN.
“Tentu ada upaya untuk memanfaatkan keluarnya Anas Urbaningrum demi meningkatkan kesempatan maupun probabilitas dari PKN. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebelum masuk jeruji besi, Anas pernah menjadi Ketum Partai Demokrat dan punya popularitas di HMI,” kata Alvin.
Akan tetapi, kata Alvin, pengaruh politik akan lebih pada kelompok generasi X yang melek politik sejak 2014 daripada generasi saat ini.
Ia melihat, saat ini pemilih mulai bergeser kepada generasi milenial maupun generasi Z. Jika mengacu pada data berbagai lembaga yang dirilis lembaga survei, justru isu Anas berpotensi membawa dampak buruk karena ia merupakan eks napi korupsi.
“Dari pengamatan saya, tampaknya agak sulit narasi Anas ini membawa dampak positif [bagi generasi milenial dan Gen Z]. Karena berdasarkan riset UMN Consulting menunjukkan bahwa Gen-Z secara khusus tidak suka dengan pemimpin yang pernah terlibat kasus korupsi atau sejenisnya," kata Alvin.
Alvin menambahkan, dalam komunikasi politik yang kental sekali dengan paradigma pemasaran, maka narasi harus disesuaikan dengan target pemilih yang dominan, terutama di kalangan generasi milenial dan gen Z. Di sisi lain, partai baru seperti PKN sulit tembus bila tidak mempunyai dana atau narasi yang baik di media.
“Biasanya partai baru sulit untuk bisa tembus ke Senayan tanpa ada sokongan dana maupun narasi pemberitaan positif di media. Soal dana, mungkin lebih ke internal yang mengetahui, tapi secara narasi di media, jarang sekali PKN jadi pusat pemberitaan," kata Alvin.
Sementara itu, analis politik dari Aljabar Strategic, Arifki Chaniago menilai, isu bebasnya Anas tidak lepas dari kelompok loyalis dan PKN. Ia mengingatkan banyak loyalis Anas yang tidak di Demokrat maupun Hanura ke PKN.
“Ada dua kepentingan atau dua hal yang juga mesti kita kaitkan dengan comeback-nya Anas. Pertama, PKN tentu juga akan memanfaatkan ini sebagai momen untuk elektoralnya. Yang kedua memang ini sebuah romantisme teman lama yang sudah tidak berjumpa selama 10 tahun," kata Arifki.
Arifki menilai, narasi Anas untuk PKN akan membuat mereka bisa meningkatkan daya tawar PKN di masa depan.
“Makanya PKN menjadi ruang kunci dalam isu keluarnya Anas di Sukamiskin dan poin lainnya adalah tentu juga akan menguatkan daya tawar PKN maupun Anas di pentas politik nasional ketika antara Anas dengan SBY dihadap-hadapkan," kata Arifki.
Arifki menilai, situasi upaya membangun narasi PKN tidak hanya menguntungkan kembali hidupnya kartu politik Anas. Kelompok yang tidak suka SBY dan Demokrat akan berupaya mengadu Anas dengan Demokrat bila ada narasi politik yang satu jalur dalam membangun narasi Pemilu 2024.
Di sisi lain, Demokrat versi Moeldoko juga mungkin akan memanfaatkan perseteruan Demokrat dengan Anas karena kepentingan politik.
“Makanya tarik menarik kepentingan ini semakin memanas, situasi politik antara Demokrat, Anas maupun kubu politik lainnya. Makanya ini cukup menarik melihat apalagi dengan comeback-nya Anas dalam politik Indonesia," kata Arifki.
Namun, jika dikaitkan dengan upaya pemenangan Pemilu 2024, Arifki melihat PKN punya tantangan berat. Ia beralasan, partai yang punya kemampuan finansial seperti PSI dan Perindo saja sulit untuk lolos parlementary threshold. Ia menduga, PKN akan lebih fokus pada agenda-agenda penguasaan di tingkat kabupaten kota dan provinsi daripada tingkat nasional.
“Kemungkinan juga mereka akan mendorong dalam agenda-agenda politik yang bersifat pendek, dalam artian mungkin mereka akan mengincar posisi-posisi di DPRD atau memang kursi-kursi yang akan menguntungkan mereka," kata Arifki.
“Misalnya dimanfaatkan oleh PKN untuk menguasai berapa DPRD kabupaten/kota atau provinsi atau ini menjadi momen bagi PKN untuk memanfaatkan, mendistribusikan kader mereka yang sudah keluar Demokrat dan Hanura untuk mengisi pos-pos yang akan mereka siapkan 5 tahun ke depan," kata Arifki.
Saat disinggung apakah Anas punya kekuatan untuk melawan SBY? Arifki menilai hal itu mungkin saja terjadi. Ia beralasan, Demokrat tidak lagi memiliki pengaruh kuat sehingga Anas bisa saja berhadapan dengan SBY dalam pemilu mendatang. Ia tidak memungkiri partai lain juga akan ikut menunggangi isu tersebut.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz