tirto.id - Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro, menilai langkah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang melelang 75 wilayah kerja (WK) minyak dan gas bumi (migas) bak pisau bermata dua. Satu sisi keputusan tersebut positif, namun juga menyimpan sejumlah risiko.
“Kalau pemerintah membuka seluruh data kepada investor, maka para investor bisa memilih blok sesuai karakteristik yang diminati. Positifnya itu, tetapi negatifnya mungkin jadi tidak fokus,” kata Komaidi saat dihubungi Tirto, Senin (8/9/2025).
Skema lelang serentak menurut Komaidi mampu memperluas minat investor, tetapi berpotensi membagi perhatian investor, risiko di beberapa blok pun bisa kurang diminati karena investor memiliki banyak opsi.
“Tergantung jumlah investor. Minat bisa terpecah, tetapi secara umum kalau data yang dibuka semakin banyak tentu semakin baik. Risikonya relatif, karena investor punya banyak pilihan. Jadi memang tidak ada prioritas khusus pada wilayah kerja tertentu,” ungkapnya.
Mengenai target pemerintah terkait produksi 900 ribu barel per hari pada 2029, Komaidi menilai strategi lelang saja tidak cukup karena proses hulu migas membutuhkan waktu panjang.
"Kalau hari ini lelang, pemenang baru eksplorasi. Ketemu cadangan sekarang, butuh 4-5 tahun lagi untuk bisa dikomersialkan. Jadi kalau target 2029, saya kira agak over ekspektasi,” ujarnya.
Soal daya tarik blok migas Indonesia di tengah persaingan kawasan dan transisi energi global, Komaidi menilai kapasitas nasional cukup kuat. Ia pun menyoroti perbaikan mekanisme lelang migas yang semakin baik dan transparan.
“Mekanisme lelang semakin lama semakin baik, data juga diperbarui. Penyempurnaan wajar saja, tapi sudah menuju transparansi,” ujar Komaidi.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan terdapat sebanyak 75 wilayah kerja (WK) minyak dan gas bumi (migas) yang akan dilelang pemerintah. Penawaran lelang tersebut memiliki target hingga 2028 mendatang.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan bahwa proses penawaran yang dilakukan secara bertahap akan diubah menjadi satu waktu. Hal ini bertujuan untuk mempercepat peningkatan produksi migas nasional.
Yuliot menambahkan bahwa penawaran blok migas secara serempak tersebut ditargetkan dapat dieksekusi paling lambat pada Oktober mendatang.
Sejalan dengan hal tersebut, Dirjen Migas Kementerian ESDM, Laode Sulaeman menegaskan bahwa penawaran itu memang sudah dilakukan sejak 2024. Artinya, penawaran tidak dilakukan baru-baru ini.
"75 WK itu memang siap ditawarkan, jadi bahasanya seperti itu. Tapi tahapannya, sebenarnya dari 75 (WK) itu dari tahun 2024 juga sudah ada yang dilelangkan," kata Laode saat ditemui di Kementerian ESDM, Senin (8/9/2025).
Sementara itu, dari 75 WK yang dilelangkan, sembilan berhasil dilelangkan pada tahun 2024. Pemerintah juga telah menyiapkan 17 WK yang siap dilelangkan pada tahun ini.
"Target 2028 itu 75 WK yang dilelangkan," ujar Laode.
Penulis: Natania Longdong
Editor: Dwi Aditya Putra
Masuk tirto.id







































