tirto.id - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mengusulkan agar warga Palestina di Gaza direlokasi ke negara lain. Kali ini Trump mengusulkan agar negara-negara seperti Mesir dan Yordania bisa menampung lebih banyak warga Gaza.
Di dalam pesawat kepresidenan Air Force One dalam perjalanannya menuju Miami, Trump mengatakan bahwa dia telah membahas usulan ini dengan Raja Abdullah II dari Yordania. Dia juga berencana akan berbicara dengan Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi.
"Saya katakan kepada Raja Yordania bahwa saya ingin dia mengambil lebih banyak tanggung jawab. Karena saat ini saya melihat Gaza sebagai wilayah yang kacau, benar-benar kacau," uja Trump kepada awak media. "Saya ingin dia (Raja Yordania) menerima warga (Gaza)," imbuhnya seperti dikutip dari Antara, Minggu (26/1/2025).
Trump melanjutkan bahwa dia juga ingin agar Mesir menerima warga Gaza. "Saya ingin Mesir menerima warga (Gaza), dan saya ingin Yordania juga menerima warga (Gaza)," ucapnya.
Menurut Trump, Gaza sudah seperti "situs penghancuran". "Hampir semua bangunan hancur dan orang-orang sedang sekarat di sana. Jadi saya lebih suka terlibat dengan beberapa negara Arab untuk membangun perkampungan di lokasi lain agar mereka bisa hidup damai untuk perubahan," papar Trump.
Pemindahan warga Palestina dari Gaza ke negara lain, menurutnya dapat bersifat sementara atau jangka panjang. Sebelumnya, Trump sempat menyatakan bahwa dia ingin agar warga Palestina dipindah ke negara-negara lain, salah satunya termasuk Indonesia.
Ide relokasi warga Gaza ke negara lain ini berulang kali ditentang banyak pihak, termasuk pemerintahan AS sebelumnya di bawah kepemimpinan Joe Biden. Berbagai negara, termasuk Indonesia , mendukung kembalinya warga Gaza ke rumah tanah air mereka dan mendukung solusi dua negara atas perang yang terjadi di Gaza.
Serangan genosida yang dilakukan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023 setidaknya telah menewaskan 47.000 warga, sebagian besar di antaranya anak-anak dan perempuan. Gencatan senjata baru diberlakukan pada 19 Januari lalu. Namun Trump tidak yakin gencatan senjata akan berlangsung lama.
Editor: Rina Nurjanah